Tim sepak bola yang dilatih dokter gigi dengan kiper sutradara film kreatif dan bek pekerja pabrik garam itu mampu mengimbangi permainan tim dua kali juara Piala Dunia, Argentina. Lebih istimewa lagi, hal itu dilakukan tim tersebut saat baru berdebut di pentas Piala Dunia.
Itulah awal yang gemilang untuk tim nasional Eslandia pada Piala Dunia Rusia 2018. Semangat juang para pemain di lapangan seolah dibakar oleh tepukan dan gemuruh suara ”hu” yang menggelorakan serbuan tim berjuluk ”Strakarnir Okkar” itu.
Eslandia boleh jadi tim negara terkecil yang ikut Piala Dunia 2018 dengan jumlah penduduk hanya sekitar 350.000 orang. Namun, sejak laga perdananya melawan Argentina pada 16 Juni lalu, para suporter mereka selalu memompakan semangat besar setiap kali mendukung timnya bertanding.
Tradisi tepukan dan teriakan khas yang kerap dikaitkan dengan suku Viking dan ditingkahi tabuhan drum itu tak henti bergema di stadion setiap Eslandia berlaga. Semakin lama, ritme itu semakin kencang, yang berakhir dengan tepuk tangan membahana di seantero stadion.
Para pendukung tim berseragam biru tersebut membawa tren baru aksi suporter sepak bola bersanding dengan ”Mexican Wave” yang sudah meramaikan Piala Dunia sejak pertama kali muncul pada edisi 1986 di Meksiko.
Perhatian dunia juga tercuri irama tepukan yang mirip dengan irama ”We Will Rock You”, lagu gubahan Brian May, gitaris kelompok musik tersohor Queen. Meski demikian, atraksi itu bukan orisinal milik Eslandia.
Berdasarkan situs New York Times, tepukan itu sebenarnya berasal dari Skotlandia. Pada tahun 2014, klub Eslandia, Stjarnan, berlaga melawan Motherwell dari Skotlandia. Tepukan para pendukung Motherwell yang berangsur-angsur menjelma menjadi lagu kebangsaan klub tersebut, ”Since I Was Young”, sungguh memikat.
Namun, tepukan yang akhirnya disebut ”Viking Thunder Clap” itu kadung melekat sebagai ”teriakan perang” pendukung Eslandia. Suasana pertandingan pun menjadi semarak dengan atraksi menarik itu. Setiap selesai laga, para pemain Eslandia juga selalu berkumpul mendekati tribune suporter mereka untuk melakukan tepukan itu bersama.
Hanya masalah kurangnya pengalaman yang membuat Eslandia dibikin remuk pada laga melawan Nigeria dengan skor 0-2 dan Kroasia dengan skor 1-2 sehingga harus pulang lebih awal dari Rusia.
Bagaimanapun, Eslandia telah memberikan hiburan tersendiri, baik lewat kiprah di lapangan hijau maupun polah para pendukungnya. Tepukan dan teriakan mereka yang tak bergema lagi akan dirindukan, apalagi masyarakat Eslandia adalah orang-orang yang sangat ramah.
Berdasarkan situs Trips To Discover, Eslandia adalah negara peserta Piala Dunia 2018 paling bersahabat. Situs tersebut mencantumkan 16 negara dengan sikap masyarakat paling ramah. Eslandia menempati posisi ke-5 setelah Thailand, Skotlandia, Irlandia, dan Selandia Baru. (AP/FIFA.COM)