Mandiri Institute dan LinkedIn Kolaborasi Kaji Ketenagakerjaan
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Mandiri melalui Mandiri Institute menjalin kesepakatan dengan LinkedIn untuk mengkaji kondisi ketenagakerjaan pekerja profesional di Indonesia. Hasil kajian diharapkan dapat dimanfaatkan pemangku kepentingan dalam menyusun langkah atau kebijakan strategis menyikapi perkembangan yang dinamis.
”Salah satu yang dikhawatirkan banyak pihak, baik Indonesia maupun negara-negara lain, ke depan adalah dampak atau perubahan akibat teknologi digital terhadap lapangan kerja,” kata Chairman of Advisory Board Mandiri Institute M Chatib Basri di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Chatib mengatakan hal tersebut pada acara penandatanganan nota kesepahaman antara Mandiri Institute dan LinkedIn. Nota kesepahaman ditandatangani Executive Director Mandiri Institute Anton H Gunawan serta Managing Director Asia Pacific LinkedIn Olivier Legrand. Pejabat eksekutif keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Panji Irawan, menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman tersebut.
Mandiri Institute dalam kerja sama tersebut akan memanfaatkan kekayaan data dari LinkedIn Economic Graph sebagai basis pembuatan kajian bersama. Tren ketenagakerjaan yang akan didiskusikan antara lain penyebaran dan migrasi profesional, perkembangan keahlian antarindustri dan geografi, serta pekerjaan yang makin berkembang dan dicari atau sebaliknya.
Chatib mengatakan, Mandiri Institute memandang adanya redefinisi pekerjaan akibat perkembangan teknologi. Salah satu pertanyaan adalah kesiapan Indonesia menghadapi kondisi tersebut. Studi untuk mendapatkan data terkait yang tepat menjadi langkah pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut. ”Studi ini adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia,” kata Chatib.
Salah satu yang dikhawatirkan adalah dampak atau perubahan akibat teknologi digital terhadap lapangan kerja.
Hasil yang diharapkan dari kerja sama Mandiri Institute dengan LinkedIn tersebut misalnya status Indonesia, apakah tertinggal atau tidak dibandingkan negara lain dan seberapa kesenjangannya. Demikian pula mengenai keahlian yang ada atau tidak ada di Indonesia dan negara lain.
”Dari itu semua, kita bisa tahu training seperti apa yang diperlukan sehingga nanti Mandiri Institute dan LinkedIn bisa datang dengan sebuah rekomendasi kebijakan,” ucap Chatib.
Olivier Legrand mengatakan, melalui kerja sama tersebut, LinkedIn menyajikan berbagai informasi terkait ketenagakerjaan, baik di Indonesia maupun negara lain.
Secara global, Linked Economic Graph didasarkan pada interaksi dari 562 juta anggota, 20 juta perusahaan, 15 juta lowongan pekerjaan, 50.000 keahlian yang dicantumkan, serta 60.000 institusi pendidikan yang ada di LinkedIn.
”Sementara itu, khusus di Indonesia ada 10 juta lebih anggota LinkedIn, 214.000 perusahaan, 48.000 lowongan kerja, 23.000 keahlian, serta sekitar 9.800 institusi pendidikan,” ujar Olivier Legrand.
Anton H Gunawan menuturkan, analisis data besar saat ini menjadi hal yang sangat penting. ”Terkait bonus demografi, jangan sampai masa selama 20 tahun ini tidak bisa disertai dengan peningkatan keahlian dan pemecahan masalah ketenagakerjaan di masa depan,” katanya.