Meskipun bus transjakarta Koridor 13 sudah beroperasi sejak 16 Agustus 2017, fasilitas di sekitar Halte Puri Beta, Kota Tangerang, masih minim dan belum membuat penumpang nyaman.
Oleh
Pingkan Elita Dundu
·5 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Ramainya aktivitas penumpang dan lalu-lalang bus transjakarta Koridor 13 di Halte Puri Beta 1 dan Puri Beta 2, Ciledug, Kota Tangerang, tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai. Salah satunya terlihat dari penerangan jalan yang minim di sekitar halte, jalan berlubang dan bergelombang, serta ukuran halte yang tak memadai lagi dibandingkan jumlah penumpang.
Penerangan jalan yang minim di sekitar halte Puri Beta membuat kawasan itu gelap pada malam hari. Penerangan hanya mengandalkan lampu kendaraan yang melintas. Kondisi ini membuat penumpang angkutan umum berpotensi jadi sasaran pelaku kejahatan.
“Serem juga kalau tiba di halte ini (Puri Beta 2) malam hari. Enggak ada lampunya. Jadi harus berhati-hati,” kata Elisa (42), warga Larangan, Kota Tangerang, Senin (4/6/2018).
Ia memilih turun di Halte Puri Beta karena lalu-lintas di sekitar halte ini relatif lebih lancar dibandingkan di sekitar halte sebelumnya, yakni Halte Adam Malik, Pertukangan, Jakarta Selatan.
Elisa yang bekerja di kawasan Sudirman, Jakarta, ini juga merasa kurang nyaman lantaran pengelola bus transjakarta tidak menyediakan halte untuk menurunkan penumpang yang baru tiba. Bus hanya parkir di pinggir jalan setelah halte. Penumpang lantas keluar bus dari pintu depan bus dan langsung ke jalan.
Begitu bus berhenti dan penumpang turun, deretan angkutan kota C1 rute Kebayoran Lama–Ciledug langsung mendekati bus. Ojek juga ikut berjubel mengelilingi pintu keluar bus. Semua angkutan ini seolah berebut penumpang. Kondisi ini membuat penumpang tidak nyaman.
Peningkatan jumlah penumpang juga tidak diimbangi oleh peningkatan kapasitas halte untuk keberangkatan. Halte yang ada terasa sempit oleh penumpang yang berjejal, terutama di jam sibuk pagi hari. Di ruang halte yang terbatas ini, sebagian ruang dipakai petugas yang melayani pengisian saldo kartu uang elektronik.
Kepala Humas PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Wibowo mengakui kondisi tersebut. “Situasi ini sudah disampaikan kepada pihak yang berwenang,” ujarnya.
PT Transjakarta merupakan BUMD DKI Jakarta yang bertugas sebagai operator bus transjakarta.
Meskipun demikian, Wibowo memastikan, aspek keamanan dan kenyamanan penumpang menjadi perhatian Transjakarta dan Pemprov DKI Jakarta.
Adapun proses menurunkan penumpang bus transjakarta, kata Wibowo, harus dilakukan di halte transjakarta karena ini menyangkut kenyamanan maupun keamanan penumpang moda transportasi.
“Memperbesar halte menjadi pertimbangan mengingat antusias dari masyarakat akan pelayanan Transjakarta. Tentu ini perlu didukung dengan alur masuk keluar pelanggan maupun bus transjakarta,” paparnya.
Jalan rusak
Adapun kerusakan jalan yang parah terlihat pada jalan setelah Halte Puri Beta 1 yang akan berbalik arah menuju Jakarta. Jalan menjelang dan di depan Halte Puri Beta 2 dan Puri Beta 1 juga rusak. Akibat lubang besar dan dalam pada jalan, bus miring dan bergoyang saat melintas. Lubang ini juga membahayakan pengendara sepeda motor yang banyak melintas di sekitar halte.
Wibowo mengatakan, pihaknya telah menyampaikan secara formal maupun informal kepada pihak terkait atas kondisi jalan itu. “Perbaikan (jalan rusak) akan dilakukan oleh institusi yang berwenang,” katanya.
Ia menjelaskan, penyebab kerusakan jalan di Halte Puri Beta 1 dan 2 diduga karena cuaca yang menggerus kontruksi dasar.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang, Saeful Rohman membenarkan mengenai kerusakan jalan dan masih adanya fasilitas pendukung yang belum terbangun di antaranya penerangan di sekitar halte Puri Beta.
“Semua itu akan dikerjakan PT Transjakarta. Saat ini, prosesnya sedang berkoordinasi dengan pengembang Puri Beta. Kami sudah menerima surat pemberitahuan mengenai rencana perbaikan itu,” kata Saeful.
Penumpang meningkat
Bus transjakarta Koridor 13 ini melayani rute Tendean-Ciledug, dengan panjang jalur 9,4 kilometer. Waktu tempuh bus ini relatif cepat karena sebagian besar rute bus menggunakan jalan layang khusus transjakarta.
PT Transjakarta mencatat, jumlah penumpang dari seluruh halte Koridor 13 pada bulan Januari 2018, sebanyak 13.000 orang per hari. Di dan bulan pada Mei, jumlah penumpang menjadi 18.000 orang per hari. Halte Puri Beta merupakan salah satu halte ramai di Koridor 13.
“Jumlah itu berdasarkan data dari mesin tapping di halte sepanjang Koridor 13,” kata Wibowo.
Tingginya minat pengguna bus transjakarta Koridor 13 ini membuat pengelola memperpanjang jam operasional dari pukul 06.00 hingga 19.00 menjadi pukul 06.00 hingga 22.00 terhitung tanggal 11 April 2018.
Septian (34), warga Cipondoh, Kota Tangerang, memilih transjakarta Koridor 13 ini.
“Setelah ada Koridor 13 ini, kalau ke kantor, saya lebih sering ke Puri Beta (halte bus transjakarta) daripada naik transjakarta dari Terminal Poris (Terminal Poris Plawad) atau naik kereta listrik. Lebih cepat nyampe di kantor (dengan transjakarta Koridor 13),” kata karyawan di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat ini.
Ia berangkat dari rumahnya di Cipondoh ke Ciledug sekitar pukul 06.00 dan naik bus transjakarta Koridor 13 rute Tosari-Ciledug dari Puri Beta. Ia bisa tiba di kantornya sebelum pukul 08.00.
Sebelumnya, ia berangkat dengan bus transjakarta dari Terminal Poris Plawad. Dengan rute ini, ia harus berangkat sekitar pukul 05.30 dan tiba kantor paling cepat sekitar pukul 08.30.
"Saya sangat terbantu dengan adanya bus Koridor 13 ini. Saya tidak harus pagi sekali berangkat dari rumah dan tiba bisa lebih cepat dari waktu biasanya,” kata Septian.
Dalam perjalanannya pengelola menambah variasi rute di koridor ini menjadi Blok M-Ciledug, Pancoran Barat-Ciledug, Tosari-Ciledug, dan Ragunan-Ciledug. Variasi rute ini membantu penumpang untuk mencapai tempat tujuan secara langsung, atau mengurangi waktu tunggu saat harus berganti bus.
Perluasan pelayanan di Koridor 13 ini turut membuat jumlah penumpang bertambah.