AS dan Korut Mengakui Perlucutan Nuklir Butuh Proses Lama
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT — Keinginan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk mewujudkan perlucutan nuklir di Semenanjung Korea tetap konsisten dan tidak akan berubah, Jumat (1/6/2018). Namun, proses perlucutan nuklir itu, seperti halnya proses penyelesaian masalah Korut dan Amerika Serikat, memang tidak akan mudah, perlu waktu lama, dan proses yang bertahap.
Presiden AS Donald Trump juga mengakui, perundingan dengan Korut tentang nuklir ini tidak akan bisa cepat selesai meski ia sebenarnya ingin menyelesaikan masalah ini hanya dalam sekali pertemuan.
”Sering kali perundingan tak bisa selesai cepat. Kemungkinan isu ini juga tak akan selesai dengan 1, 2, bahkan 3 pertemuan. Namun, nanti lama-lama juga selesai,” kata Trump kepada kantor berita Reuters ketika berada di Air Force One menuju Texas, Kamis.
Nasib pertemuan tingkat tinggi Trump dan Kim pada 12 Juni mendatang di Singapura masih belum jelas karena semuanya bergantung pada hasil pertemuan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan utusan khusus Kim Jong Un, yakni Kim Yong Chol, di New York, AS, yang berakhir pada Kamis malam. Pertemuan selama dua hari itu, kata Pompeo dengan yakin, sudah berjalan ke arah yang benar menuju pertemuan tingkat tinggi.
Akan ada utusan dari Korut lagi yang datang ke Gedung Putih, Jumat, untuk menyerahkan surat pribadi dari Kim untuk Trump. Surat pribadi itu kemungkinan berisi jawaban atas pernyataan Trump, pekan lalu, ketika membatalkan secara sepihak pertemuan Singapura. Surat tersebut pula yang mungkin akan menentukan pertemuan Singapura itu akan terjadi atau malah batal.
”Masih banyak yang harus dikerjakan dengan Korut. AS harus bisa meyakinkan Korut tentang janji Trump memberikan jaminan keamanan kepada Korut. Saya tidak bisa memperkirakan akan seperti apa bentuk kesepakatan kedua negara. Namun, ada perkembangan baik selama 72 jam ini,” tutur Pompeo.
Direktur Eksekutif Ploughshares Fund, yayasan keamanan dan perdamaian di San Francisco, AS, Philip W Yun—yang pernah menjadi penasihat untuk dua koordinator AS untuk isu Korut di Kementerian Luar Negeri AS—menilai rencana pertemuan Trump dan Kim yang ”jadi-batal-sekarang-mungkin” itu mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya yang dihadapi Presiden AS. Kalau tetap ngotot meminta Korut melenyapkan seluruh senjata nuklir dan program rudalnya, Trump akan gagal.
Meski harapannya tinggi, menghilangkan nuklir dan rudal Korut itu tidak bisa terjadi dalam waktu dekat mengingat investasi Korut yang sudah terlalu besar selama 25 tahun terakhir. Korut tidak akan mudah merelakannya begitu saja.
Janji Trump untuk memberikan bantuan ekonomi dan jaminan keamanan tidak akan membuat Korut tunduk. Meski begitu, pertemuan Singapura bisa saja berhasil, dengan catatan Trump bisa menerima pertemuan itu hanya sebagai awal dari proses panjang pembicaraan dengan Korut. Namun, tetap saja, jika terkait dengan Trump dan Kim, tidak ada yang pasti. (REUTERS/AFP/AP)