Cegah Asap di Asian Games Palembang, Riau Perpanjang Status Siaga Darurat
Oleh
Syahnan Rangkuti
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Riau memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan untuk enam bulan ke depan atau sampai 30 November 2018. Perpanjangan status siaga darurat merupakan antisipasi Riau untuk mencegah bencana asap yang dapat mencemari udara Kota Palembang, Sumatera Selatan, saat pelaksanaan Asian Games 2018 pada Agustus nanti.
”Langkah ini (perpanjangan status siaga darurat) merupakan komitmen Riau untuk menyukseskan Asian Games. Pada tahun ini, kami bertekad untuk kembali membebaskan Riau dari bencana asap untuk tiga tahun secara berturut sejak 2016,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana di Kantor Gubernur Riau, Senin (28/5/2018).
Pada kesempatan sama, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger mengatakan, sejak Januari sampai pekan terakhir Mei 2018 telah terjadi kebakaran lahan dan hutan seluas total 1.870 hektar. Sebagian besar kebakaran berskala kecil dan sporadis sehingga dapat dikendalikan dalam tempo relatif cepat sehingga tidak menyebar ke wilayah lebih luas.
Meski demikian, ada juga kebakaran yang meluas dan sulit dikendalikan. Untungnya, hujan turun memadamkan api.
Dari data titik panas yang terpantau pada satelit, terdapat 283 titik yang tersebar di hampir seluruh wilayah Riau. Di Kabupaten Pelalawan dijumpai 81 titik panas disusul Kepulauan Meranti sebanyak 67 titik dan Rokan Hilir 31 titik.
”Kabupaten Kepulauan Meranti kembali daerah paling rawan kebakaran lahan dan hutan pada awal tahun ini. Dalam lima bulan ini, lahan yang terbakar mencapai 896 hektar. Padahal, dua tahun sebelumnya pada 2016 dan 2017, kebakaran di Meranti sempat menurun sangat tajam dibandingkan tahun 2015 saat kebakaran besar di lahan sagu,” kata Edwar.
Angka luas lahan terbakar di Meranti, seperti diungkap Edwar, sebenarnya dapat dipertanyakan. Kompas yang berada di lokasi kebakaran di Pulau Tebing Tinggi, Kepulauan Meranti, pada pertengahan Februari 2018, memperkirakan luas lahan terbakar lebih dari 1.000 hektar.
Tentang perbedaan angka luas kebakaran itu Edwar tidak bersedia memberikan komentar. Ia mengatakan, luas kebakaran yang disampaikannya berasal dari data BPBD Meranti.
Kebakaran di Meranti itu sempat menjadi pembicaraan khusus di Riau. Itu disebabkan lahan terbakar berada di Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, yang merupakan lokasi restorasi gambut oleh Badan Restorasi Gambut. Menjadi pertanyaan besar, mengapa wilayah yang sedang dilakukan aktivitas restorasi oleh BRG masih dapat terbakar?
Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan Riau Brigadir Jenderal Sonny Aprianto mengatakan, pada saat ini seluruh personel satgas di Riau dalam kondisi siap siaga menghadapi kebakaran lahan. Berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Riau akan memasuki puncak musim kemarau 2018 pada Juni mendatang.
Tim Satgas Riau, kata Sonny, sudah mempersiapkan tiga helikopter bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dua di antaranya helikopter jenis Kamov buatan Rusia untuk pemadaman api dan jenis Bell 430 buatan Amerika Serikat untuk patroli udara.
Sonny menambahkan, pada tahun ini, penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Riau memiliki pendekatan berbeda. Bila sebelumnya satgas pemadam baru tiba setelah muncul kebakaran, tahun ini petugas sudah langsung ditempatkan di lokasi rawan kebakaran untuk bersiaga di lapangan.