Pemerintah Berdayakan Usaha Tenun Batik Gedog Tuban
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·5 menit baca
TUBAN, KOMPAS — Batik gedog Tuban termasuk salah satu kain tenun yang masuk program prioritas untuk dikembangkan secara nasional. Dewan Kerajinan Nasional memprioritaskan program pengembangan tenun di enam daerah, yakni Tuban, Jawa Timur; Donggala, Sulawesi Tengah; Sintang, Kalimantan Barat; Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur; Bangka Belitung; dan Kalimantan Timur. Program itu disinergikan dengan kegiatan kementerian koperasi usaha kecil dan menengah.
Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Mufidah Jusuf Kalla saat membuka Sinergi Program Kegiatan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Dekranas dan Tim Penggerak PKK pusat di Tuban, pekan ini, menuturkan, pelatihan dan pengembangan batik dan tenun gedog di Tuban menjadi bagian dari pelaksanaan program prioritas terkait pengembangan tenun. Pasalnya, Tuban dinilai berhasil mengembangkan batik dan tenun gedog.
”Batik gedog juga punya keunggulan dengan pengelolaan bahan baku lokal, bahan pewarnaan alami, serta memiliki motif yang khas. Batik dan tenun gedog bisa digunakan untuk fashion dan pakaian sehari-hari,” kata Mufidah.
Ia menyebutkan, pada 2017 lalu, Dekranas memberikan pembinaan peningkatan mutu benang dengan bantuan alat pengganti dan peningkatan mutu tenun dengan modifikasi alat tenun bukan mesin (ATBM). Tahun ini ada program pelatihan khusus terkait manajemen, termasuk permodalan dan pemasaran, dengan peserta 250 orang usia 16-30 tahun.
Pembinaan akan terus dilaksanakan dengan harapan mutu serta desain batik dan tenun gedog Tuban semakin baik. Daya saingnya juga semakin meningkat. ”Semua stakeholder harus saling bekerja sama dan saling dukung. Program pelatihan dan pengembangan batik gedog Tuban masuk prioritas program Dekranas pusat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas industri tenun batik di Indonesia,” papar Mufidah.
Ketua Dekranas Daerah (Dekranasda) Jatim Nina Kirana Soekarwo menyebutkan, pihaknya secara khusus telah membina pengembangan batik dan tenun gedog Tuban. Sepanjang 2017 ada fasilitasi UKM dan industri kecil menengah (IKM) di Jatim, termasuk dalam bentuk bimbingan teknis peningkatan mutu batik tulis warna alam, mutu produk kulit, serta mutu bordir dan aksesori, kepada 520 UKM dan IKM.
Selain itu, ada pengembangan usaha dan kewirausahaan kepada 170 perajin. Sebanyak 847 UKM dan IKM difasilitasi untuk mendapatkan sertifikat, baik standar internasional (ISO), standar nasional (SNI), maupun hak kekayaan intelektual (HKI). ”Kami juga memfasilitasi pameran,” kata Nina.
Nina berharap kerja sama antara Dekranas dan Dekranasda, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, dapat lebih ditingkatkan, terutama pada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) dan daya saing. Kerja sama juga menyangkut perluasan dan penguatan pasar, jaring kemitraan komunikasi dan informasi, serta pendampingan untuk sertifikasi ISO, SNI, dan HKI, dan permodalan.
Pemerintah Provinsi Jatim telah menyiapkan pinjaman dengan bunga 6 persen untuk perajin dengan jaminan kredit daerah di Bank Jatim ataupun bank perkreditan rakyat. Peluang menambah modal itu bisa dimanfaatkan perajin.
Ketua Bidang Manajemen Usaha Dekranas Bintang Puspayoga menyatakan, dengan adanya kerja sama dengan Tim Penggerak PKK, ibu-ibu mendapatkan pelatihan perkoperasian sehingga dapat terwadahi dalam satu kelompok, yaitu koperasi PKK. Sebelumnya, di Tuban ada program peningkatan mutu dan kualitas benang, peningkatan mutu gedog, pelatihan Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (Score), dan pemberian fasilitas alat tenun bukan mesin (ATBM) sebanyak 10 unit untuk tiga UKM.
Sehari sebelumnya, Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM Emilia Suhaimi menggelar Temu Mitra KUKM Produk Unggulan Daerah di Kabupaten Tuban dengan 60 pelaku UKM. Para pelaku UKM mendapatkan pembekalan tentang strategi pengembangan perluasan akses pemasaran bagi UKM batik tulis tenun gedog yang menjadi produk unggulan Tuban.
Ia berharap temu mitra itu dapat membantu akses pemasaran bagi para perajin batik tulis tenun gedog serta mendorong perajin memperbaiki kualitas desain dari produk yang mereka hasilkan. ”Lebih jauh, upaya itu diharapkan berdampak pada pertumbuhan ekonomi para pelaku usaha di Tuban,” ujar Emilia.
Temu Mitra KUKM itu merupakan bagian dari rangkaian sinergi program Kementerian Koperasi dan UKM dengan Dekranas dan Tim Penggerak PKK di Tuban. Sinergi program itu diisi dengan pelatihan tentang perkoperasian, kewirausahaan, vokasional, SDM, konsultasi sertifikasi hak cipta, akses modal, pemasaran, serta sosialisasi dana bergulir dan kredit usaha rakyat kepada lebih kurang 290 pelaku UKM.
Bupati Tuban Fathul Huda menyebutkan Tuban telah memiliki Desa Wisata Batik Margorejo di Kecamatan Kerek yang menjadi sentra kerajinan batik tenun gedog dan sanggar batik Tuban. Ia berterima kasih karena perajin batik dan tenun gedog di Tuban mendapatkan bantuan peralatan dan pelatihan dari Dekranas pusat untuk pengembangan UKM dan IKM.
Bantuan itu bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produk tenun gedog sehingga perajin bisa melayani permintaan produk di tingkat lokal hingga mancanegara. Pelaku usaha juga bisa melestarikan budaya dan mengembangkan usaha secara bertahap.
Upaya melestarikan nilai budaya juga dilakukan dengan lomba desain dan membatik secara berkala mulai tingkat SD sampai masyarakat umum. ”Regenerasi perajin penting agar potensi lokal itu bisa berkelanjutan dan dinikmati generasi penerus. Fasilitasi, pembinaan, dan bantuan pemerintah pusat juga penting agar nilai tambah produk unggulan tenun dan batik gedog dapat terus ditingkatkan,” papar Huda.
Huda berharap peran perbankan dalam memberikan kredit usaha rakyat ataupun program kemitraan dengan PT Semen Indonesia bisa memperkuat posisi UKM dan IKM. Penyerahan sertifikat hak cipta produk dari Kementerian koperasi dan UMKM serta sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi kepada perajin diharapkan juga bisa memacu perajin lainnya.