Kota Mandiri Baru Belum Jadi Solusi Selama Penghuninya Masih Bekerja di Jakarta
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan kota mandiri baru di wilayah luar DKI Jakarta semula diharapkan mampu mengurangi kepadatan penduduk. Namun, kepadatan penduduk dan kemacetan di Jakarta masih terjadi. Kota mandiri baru dinilai belum menjadi solusi jika hanya sekadar menjadi tempat tinggal sementara mereka masih bekerja di Jakarta.
Sejak 29 tahun lalu, konsep kota mandiri baru telah muncul. Mulai dari Bumi Serpong Damai (BSD) pada 1989, Lippo Village Karawaci dan Lippo Cikarang pada 1993, hingga proyek kota baru Meikarta di Cikarang tahun 2017.
Kota mandiri baru adalah kota yang bisa menggerakkan perekonomiannya sendiri. Artinya, kota disebut mandiri apabila orang-orang di dalamnya hanya bekerja di kota tersebut dan tidak keluar ke kota lain.
Kota mandiri baru adalah kota yang bisa menggerakkan perekonomiannya sendiri. Artinya, kota disebut mandiri apabila orang-orang di dalamnya hanya bekerja di kota tersebut dan tidak keluar ke kota lain.
Kota mandiri baru bakal bertambah seiring rencana PT Pacific Millenium Land membangun Millennium City di Serpong, Tangerang, Banten. Hari ini, Sabtu (28/4/2018), PT Pacific Millennium Land meluncurkan Millennium City di Jakarta. Deputy Chief Operating Office Millennium City Hans Leander mengatakan, pembangunan tahap awal Millennium City akan dimulai sesudah Lebaran tahun ini.
Millennium City adalah megaproyek sebuah kota mandiri baru di atas lahan seluas 1.388 hektar. Menurut Hans, Millennium City bakal didukung fasilitas berstandar internasional. Selain itu, daya tarik lainnya adalah kawasan ini berlokasi tidak jauh dari tiga stasiun kereta, yaitu Stasiun Parungpanjang (1,8 kilometer), Stasiun Cicayur (4 km), dan Stasiun Cisauk (1 km).
Kawasan ini berlokasi tidak jauh dari tiga stasiun kereta, yaitu Stasiun Parungpanjang (1,8 kilometer), Stasiun Cicayur (4 km), dan Stasiun Cisauk (1 km).
Pengembangannya dikerjakan dalam sembilan tahap. Untuk permulaan, pada tahap pertama pengembang akan menggarap 82 hektar lahan. Di atas lahan tersebut menurut rencana akan dibangun 317 rumah.
Menurut Presiden Direktur Millenium City Tan Kian, harga satu hunian yang ditawarkan di Millennium City lebih terjangkau dibandingkan dengan di tempat lain. Pihaknya menawarkan dua tipe unit rumah, yaitu tipe 60 meter persegi dengan harga mulai Rp 627 juta dan tipe 72 meter persegi yang dibanderol mulai Rp 765 juta.
Untuk tahap dua, di atas lahan seluas 139 hektar akan dibangun 263 hunian. Setelah itu, secara bersama-sama akan dibangun juga fasilitas umum, seperti rumah sakit, sekolah, dan pusat perbelanjaan. Selanjutnya, menyusul dibangun tiga kawasan pusat bisnis.
”Tahap pertama kami harap bisa tuntas dalam tiga tahun,” kata Tan usai konferensi pers peluncuran Millennium City.
Kenyamanan dan keamanan menjadi jualan utama dari proyek kota mandiri baru ini. Hans menjelaskan, di Millennium City infrastruktur dan sarana pendukung dirancang dengan baik.
Selain ramah lingkungan dengan area terbuka hijau seluas 47 persen dari total kawasan, Millennium City juga memiliki infrastruktur yang ramah bagi kaum difabel. Jalur khusus pesepeda dan pejalan kaki jalanan yang lebar serta jalur penyeberangan bawah tanah disediakan untuk memudahkan penghuni.
Hal yang tak kalah penting, menurut Tan, kehadiran Millennium City diharapkan dapat mengurangi kepadatan di Jakarta, terutama pada akhir pekan.
Millennium City ingin mandiri dan tidak bergantung kepada Jakarta.
Tan menjelaskan, dengan dibangunnya pusat bisnis dan perbelanjaan, sekolah, rumah sakit, dan tempat hiburan, penghuni Millennium City tidak akan berdatangan ke Jakarta. Singkat kata, Millennium City ingin mandiri dan tidak bergantung kepada Jakarta.
Salah arah
Dihubungi terpisah, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Jakarta, Nirwono Yoga, berpendapat, secara umum pembangunan kota-kota mandiri baru pada awalnya dimaksudkan untuk mengurangi persoalan di Jakarta. Kemacetan dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi telah menuai persoalan sosial yang serius.
Namun, menurut Nirwono, pembangunan kota mandiri baru yang telah dimulai sejak 28 tahun lalu telah kehilangan arah dari tujuan awalnya. Ia berpandangan, sebagian kota-kota mandiri baru yang ada diperuntukkan lebih kepada tempat tinggal sementara. Artinya, penghuni kota mandiri baru hanya berada di rumah untuk beristirahat pada petang harinya setelah seharian beraktivitas di Jakarta.
”Mereka mencari tempat tinggal, bukan tempat untuk hidup. Maksud konsep kota mandiri baru sebetulnya bukan begitu,” kata Nirwono.
Mereka mencari tempat tinggal, bukan tempat untuk hidup. Maksud konsep kota mandiri baru sebetulnya bukan begitu.
Kekeliruan pembangunan kota mandiri baru, katanya, adalah tidak adanya upaya distribusi pekerjaan dari Jakarta ke kota mandiri baru. Padahal, seharusnya pembangunan kota mandiri diiringi dengan distribusi pusat-pusat kegiatan, seperti kantor pemerintah kementarian, kantor pusat swasta, dan pusat industri.
Dengan pola yang ada seperti saat ini, di mana pengembang menawarkan beragam alternatif akses transportasi menuju Jakarta, hal itu akan mengulangi kesalahan pembangunan kota mandiri baru.
Nirwono mencotohkan, jika dalam satu kota mandiri baru terdapat 200.000 penghuni dan mereka semua harus beraktivitas di Jakarta pada pagi harinya, hal itu berarti setiap hari akan ada 200.000 orang berebut akses untuk masuk ke Jakarta. Dampaknya, kemacetan yang dulu hanya di pusat kota kini sudah merembet hingga ke kawasan pinggiran Jakarta.
Kelemahan kota mandiri yang ada saat ini hanya memikirkan hunian dan fasilitas, tetapi tidak memikirkan bagaimana agar kota itu bisa mandiri secara penuh.
”Kelemahan kota mandiri yang ada saat ini hanya memikirkan hunian dan fasilitas, tetapi tidak memikirkan bagaimana agar kota itu bisa mandiri secara penuh,” ujarnya.
Untuk itu, pembangunan kota mandiri baru ke depannya diharapkan bisa betul-betul meredam derasnya pergerakan penduduk menuju Jakarta. Millennium City yang digadang-gadang bakal memiliki tiga kawasan pusat bisnis memikul beban untuk menjawab tantangan tersebut.