Pembuangan Liar Sampah Belasan Tahun Hasilkan Gunungan Sampah
Lahan-lahan kosong seperti di kolong tol menjadi sasaran tempat pembuangan sampah liar. Warga beralasan lokasi tempat pembuangan sampah jauh dari kediaman mereka.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·4 menit baca
Tumpukan sampah di kolong tol Tanjung Priok, tepatnya di Gang 23, Jalan Warakas 1, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, seperti terlihat Jumat (20/4,) terjadi karena pembuangan liar selama belasan tahun. Sampah di sana didominasi sampah rumah tangga, dari pakaian dalam hingga sofa dan matras.JAKARTA, KOMPAS –
Di kolong Tol Tanjung Priok, tepatnya di Gang 23, Jalan Warakas 1, Kelurahan Papanggo, Kecamtan Tanjung Priok, Jakarta Utara, tumpukan sampah liar sekitar 18 tahun diduga mencapai ratusan ton.
Panjang tumpukan sampah itu sekitar 600 meter dengan kedalaman sampah diperkirakan sekitar 0,5 – 1 meter.
Tumpukan sampah mulai diangkut petugas PPSU selama tiga hari terakhir. Sekitar 150 petugas bolak-balik mengangkut sampah hanya dengan gerobak motor. Truk sampah tak bisa masuk ke lahan tersebut karena hanya ada akses gang sempit yang lebarnya tak lebih dari 1,5 meter.
Volume sampah yang diangkut hingga hari ketiga pembersihan, Jumat (20/4/2018), diperkirakan mencapai 150 ton. Namun, tumpukan sampah masih terlihat banyak. Sampah didominasi limbah rumah tangga, dari kemasan plastik, pakaian dalam, matras, hingga sofa. Aroma menyengat, lumpur, serta debu menyertai para petugas yang membersihkan.
“Perkiraan belum sampai 10 persen itu yang sudah bisa diangkut keluar,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji setelah memantau pengangkutan sampah tersebut.
Berulang
Isnawa mengatakan, pengangkutan sampah di kolong tol itu diperkirakan akan memakan waktu hingga sebulan. Pengangkutan kali ini dilakukan setelah menerima laporan dari warga sekitar. Sebelumnya, pengangkutan sampah pernah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Namun karena akses yang amat terbatas, tak semua sampah bisa terangkut.
Setelah pernah diangkut beberapa tahun lalu pun, warga kembali membuang sampah di lahan di kolong tol yang dibiarkan kosong dan tanpa pagar itu. “Karena warga yang membuang banyak, sementara akses terbatas, truk kami tidak bisa datang untuk mengangkut,” kata Isnawa.
Pengawas Lingkungan Hidup Kecamatan Tanjung Priok Zaenul Arifin mengatakan, sebenarnya pemerintah sudah menyediakan tempat penampungan sampah, yaitu di Waduk Cincin. Jaraknya sekitar 500 meter dari lokasi tersebut.
Warga sekitar mengaku tempat penampungan sampah yang disediakan pemerintah terlalu jauh dari tempat tinggal mereka, yaitu sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor. “Apalagi kalau macet,” kata Salim (45), salah satu warga.
Lahan tersebut sudah digunakan sebagai tempat sampah selama setidaknya sejak sebelum tahun 2000. Awalnya, tak ada yang merasa terganggu karena belum banyak rumah di kawasan itu.
Sampah terus menumpuk sejak itu. Saat ini, pembangunan pemukiman semakin rapat dan warga mulai terganggu karena jaraknya pemukiman yang semakin dekat dengan lokasi sampah.
Warga berharap lingkungan itu bisa bebas dari tumpukan sampah. Mereka mengeluhkan aroma yang menyengat, lalat, hingga sampah yang terbawa banjir ke perkampungan saat air meluap, warga tetap membuat sampah di sana. Kondisi ini membuat rentan penyakit. Kendati demikian, mereka tetap membuang sampah di sana.
Selain itu, ancaman kebakaran tinggi. Setiap sore, warga membakar sampah di kolong tersebut. Beberapa waktu lalu, kolong tol di kawasan itu pernah kebakaran diduga dipicu pembakaran sampah. “Perusahaan pengelola jalan tol Tanjung Priok, PT CMNP juga khawatir ada kebakaran lagi kalau terus bakar sampah di sini,” kata Zaenul.
Para petugas PPSU membersihkan tumpukan sampah di kolong jalan tol Tanjung Priok, tepatnya di Gang 23, Jalan Warakas 1, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (20/4). Pembuangan sampah liar selama belasan tahun menghasilkan tumpukan sampah, dari pakaian dalam wanita, matras hingga sofa.Dalam tahun ini, setidaknya sudah ada dua tumpukan sampah hasil pembuangan liar bertahun-tahun yang dibersihkan Badan Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Sebelumnya di Teluk Jakarta yang langsung dipimpin Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan di kolong tol Tanjung Priok tersebut.
Selain di kolong tol, masih banyak terlihat titik-titik pembuangan sampah liar oleh warga. Pembuangan sampah liar itu, di antaranya terlihat di banyak titik di sepanjang rel kereta di kawasan Tanjung Priok. Lokasi-lokasi tersebut terlihat sulit diakses truk karena terletak di pemukiman padat maupun di antara rel.
Isnawa mengatakan, Jakarta memang kekurangan tempat penampungan sampah. Rencana pembuatan penampungan sampah berulangkali ditolak karena warga keberatan dengan aroma dan kumuhnya.
Isnawa mengatakan, sebaiknya lahan-lahan kosong di bawah jalan tol segera dimanfaatkan untuk ruang publik, sehingga tak lagi jadi sasaran tempat buang sampah. Warga sekitar juga diberi pelatihan mengelola sampah.
Setiap hari, Jakarta menghasilkan sekitar 7.500 ton sampah. Sekitar 7.000 ton di antaranya diangkut ke tempat pembuangan akhir Bantargebang. Adapun sekitar 500 ton bisa dikelola di dalam kota, salah satunya dengan bank sampah. Sementara itu, kapasitas tempat pembuangan akhir Bantargebang diperkirakan tinggal mempunyai daya tahan sekitar lima tahun lagi.