TUBAN, KOMPAS - Pemerintah akan mengevaluasi dan mengaudit jembatan di Indonesia menyusul ambruknya jembatan Babat Widang Selasa (17/4/2018). Evaluasi dan audit menyeluruh tersebut terkait dengan kondisi konstruksi jembatan dan beban kendaraan yang melintas.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi usai memantau lokasi menuturkan kejadian dipicu beberapa hal. Salah satunya adalah konstruksi jembatan sudah lebih 20 tahun dan diperparah dengan perilaku pengendara yang melewati jembatan tersebut.
"Analisis sementara itu kelebihan (beban) muatan (kendaraan). Tiga kendaraan, salah satunya bermuatan pasir. Ketiga kendaraan sama sana dari arah Surabaya. Harusnya posisi di jembatan tidak saling mendahului," kata Budi.
Budi mengatakan, semua kemungkinan penyebab ambruknya Jembatan Babat-Widang akan dievaluasi. Pemerintah lanjut Budi akan menghidupkan lagi jembatan timbang untuk mengecek tonase kendaraan. Total ada 129 jembatan timbang yang akan diaktifkan dengan sistem e-tilang.
Sementara itu Calon Wakil Gubernur Jatim Puti Guntur Soekarno yang juga memantau lokasi prihatin dengan kejadian itu. Ia berharap pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jatim segera menuntaskan perbaikan jembatan mengingat sebentar lagi jalur tersebut digunakan sebagai arus mudik Lebaran.
"Jembatan ini juga akses ekonomi utama. Kalau bisa jelang Lebaran bisa normal lagi. Ini memakan korban. Jembatan sudah lama ditambah lagi truk kelebihan muatan," kata Puti.
Ia berharap jembatan timbang difungsikan lagi. Truk kelebihan muatan ditertibkan. "Ini perlu dievaluasi, kelebihan muatan truk dapat diantisipasi," ujar Puti.