Presiden Jokowi Dinobatkan sebagai Panglima Perang Asmat
Oleh
Fabio M Lopes Costa
·2 menit baca
AGATS, KOMPAS — Presiden Joko Widodo dinobatkan sebagai Panglima Perang Asmat oleh masyarakat adat saat tiba dengan menggunakan helikopter di Pelabuhan Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Kamis (12/4/2018). Presiden menerima sebuah dayung Asmat sepanjang 3 meter sebagai simbol dari penerimaan gelar yang disebut Cesmaipit.
Gelar ini sebagai wujud pengharapan masyarakat Asmat terhadap Presiden sebagai pemimpin agar membawa perahu NKRI ke arah yang lebih baik, sejahtera, bersatu, dan aman. Dari pantauan Kompas pada pukul 12.45 WIT, Presiden disambut 50 warga yang memberikan pertunjukan tarian setempat saat tiba di Agats.
Setelah mengalungkan tas noken dan menyerahkan dayung perahu kepada Presiden Jokowi, para tetua adat menyampaikan harapannya dalam bahasa daerah setempat yang langsung diterjemahkan Wakil Bupati Asmat Thomas E Safanpo.
”Dengan gelar ini, kami memberikan mandat kepada Presiden Jokowi untuk bisa membawa perahu NKRI, khususnya Asmat, tidak melenceng. Mudah-mudahan Indonesia menuju ke arah yang semakin baik,” kata Thomas.
Thomas, selaku perwakilan masyarakat adat, menyampaikan terima kasih kepada Presiden dan jajarannya yang telah membantu masyarakat Asmat terbebaskan dari kejadian luar biasa gizi buruk dan campak.
Diketahui 72 anak dan anak balita di puluhan distrik meninggal akibat gizi buruk dan campak pada periode Januari hingga Februari 2018.
Presiden mengatakan, pemerintah pusat terus fokus membangun infrastruktur di Papua untuk mengatasi berbagai permasalahan, seperti gizi anak, pendidikan, transportasi, dan kesehatan.
Ketua Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Asmat Okto Amdesu mengaku, masyarakat Asmat sangat terharu dan bangga dengan kedatangan Presiden di Agats.
”Presiden Jokowi adalah satu-satunya presiden yang rela datang ke daerah kami. Sejak Asmat dimekarkan pada 2003, belum ada pejabat negara setingkat presiden mengunjungi kami,” kata Okto.