Komunikasi Persuasif Melalui Internet Dinilai Efektif
Oleh
DD16
·3 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Cara komunikasi persuasif melalui internet dinilai efektif untuk menggaet kaum milenial dalam berkampanye. Lewat cara itu, pemilih didorong untuk memilih seorang calon secara sukarela dan dengan kemauannya sendiri tanpa unsur paksaan.
Wahyuni Pudjiastuti, akademisi komunikasi dari Universitas Indonesia, mengatakan, komunikasi persuasif itu merupakan cara untuk memengaruhi pemilih dengan membujuk dan merayu para pemilih itu sehingga membuat mereka tergerak untuk memilih berdasarkan keinginan pribadi.
”Komunikasi persuasif itu lebih halus ketika kita membujuk, merayu khalayak, kemudian mereka mau memilih atas kemauan sendiri,” kata Wahyuni dalam peluncuran bukunya yang berjudul Kampanye dengan Komunikasi Persuasi di Depok, Rabu (4/4/2018).
Wahyuni menjelaskan, adapun yang dilakukan dalam komunikasi persuasif, tim kampanye membentuk narasi tentang calon yang diusung dan menyebarkannya ke publik. Narasi itu berupa pengetahuan calon, informasi program, dan catatan kredibilitasnya.
Wahyuni menilai, komunikasi persuasif sebagai cara kampanye yang efektif. Terlebih lagi saat ini terdapat media yang sangat murah dan dapat diakses oleh banyak orang, yaitu internet. Lewat internet, tim kampanye dapat menyebarkan narasi tersebut melalui media daring dan sosial.
”Ini berbeda dengan kampanye gaya lama yang menyebarkan brosur, baliho, atau pamflet. Itu sudah tidak relevan,” ujar Wahyuni.
Terkait hal itu, Direktur Media Saiful Mujani Research Center Ade Armando menyampaikan, sebelum melakukan komunikasi persuasi itu, para pihak yang melakukan kampanye penting untuk memahami perilaku media dari khalayak pemilih yang ingin disasar.
Ajang politik paling dekat adalah Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Dalam ajang itu, suara kaum milenial tidak boleh dianggap remeh. Mereka adalah penduduk yang berusia 17-37 tahun. Jumlah mereka sekitar 84 juta orang menurut data Badan Pusat Statistik 2015 atau 50 persen dari penduduk usia produktif. (Kompas, 31/1/2018)
Ade mengatakan, kaum milenial sangat aktif di internet. Mereka memiliki frekuensi penggunaan media daring yang sangat tinggi.
”Kita sangat sadar bagaimana kaum milenial, yang mendapat akses internet baik dan punya kemampuan untuk membeli gadget ataupun smartphone, frekuensi penggunaan media online-nya tinggi,” ujar Ade.
Ade menambahkan, kaum milenial banyak menghabiskan waktu untuk membuka media melalui gawai mereka. Oleh karena itu, penting adanya bagi penyelenggara kampanye untuk bisa menjangkau kaum milenial sebagai pemilih pemula melalui teknologi tersebut.
Pada 2017, Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa dan Pengguna Internet Indonesia menemukan, pengguna internet yang berusia 19-34 tahun ada 49,52 persen dari total 132,7 juta pengguna internet di Indonesia. Terkait hal itu, Ade menyampaikan, dengan jumlah pengguna yang sedemikian besar, kandidat atau calon yang menguasai media baru (internet) itu dapat memiliki kekuatan yang sangat besar.
Meski demikian, Ade menyatakan, komunikasi sosial secara langsung, antara calon pemimpin, baik itu kepala daerah maupun presiden, dan pemilihnya masih dianggap penting. Pertemuan tatap muka berguna untuk meningkatkan ikatan emosional antara pemilih dan calon pemimpin.
”Saya tidak menafikkan bahwa komunikasi sosial langsung itu tidak penting. Namun, kalau kita pusatkan pada kalangan millennial, persentase pemula ini sangat tinggi dan sangat penting untuk menggunakan media baru ini,” ujar Ade.