Keberangkatan Bergeser Lebih Pagi
JAKARTA, KOMPAS — Pemberlakuan sistem ganjil-genap di Tol Cikampek, khususnya dari Pintu Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur mulai pukul 06.00-09.00, menggeser jam keberangkatan mobil arah Jakarta menjadi lebih pagi. Di atas pukul 07.00, arus lalu lintas arah Jakarta terbilang lancar.
Beberapa menit setelah pembatasan ganjil-genap dimulai pukul 06.00, terjadi antrean di tikungan setelah Pintu Tol Bekasi Barat 1. Antrean sekitar 30-45 menit, sebelum jalanan lengang lagi.
Ahmad (35), pengemudi bus transjabodetabek mengatakan, kemacetan terjadi selepas Pintu Tol Bekasi Barat 1 hingga Semanggi. Bus yang dikemudikannya berangkat dari Mega City Bekasi pukul 06.20 dan tiba di Plaza Senayan pukul 08.36.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono mengatakan, itu disebabkan para pengguna mobil pribadi yang keluar rumah lebih awal dibanding biasanya. ”Para pengguna (mobil) keluar rumah lebih pagi sehingga sempat terjadi penumpukan,” katanya.
Hal itu diperkuat data kendaraan yang melintas melalui pintu tol yang terkena kebijakan ganjil-genap. Pada Pintu Tol Bekasi Barat 1, pukul 04.00-05.00, jumlah kendaraan yang melintas meningkat 37 persen dibanding lalu lintas normal. Di Pintu Tol Bekasi Timur, pergeseran waktu perjalanan terlihat pukul 05.00-06.00, meningkat 23 persen dibanding hari biasa.
Kondisi sebaliknya terasa pada pukul 06.00-09.00. Data PT Jasa Marga, jumlah kendaraan yang melalui Pintu Tol Bekasi Barat 1 menurun signifikan jika dibandingkan kondisi tanpa pengaturan ganjil-genap. Senin kemarin, 1.820 kendaraan tercatat masuk melalui Pintu Tol Bekasi Barat 1 arah Jakarta. Itu turun 30 persen dari kondisi normal yang sekitar 2.600 kendaraan.
Di Pintu Tol Bekasi Barat 2, jumlah kendaraan tercatat 1.852 unit atau turun 38,20 persen dari kondisi tanpa ganjil-genap. Biasanya, jumlah kendaraan yang melintas mencapai 3.000 unit. Di Pintu Tol Bekasi Timur 2, jumlah kendaraan arah Jakarta saat periode ganjil-genap mencapai 1.545 unit atau turun 35,60 persen dibanding kondisi normal yang mencapai 2.400 kendaraan.
Agung (54), warga Pekayon, Bekasi, merasakan penurunan kepadatan pada ruas Tol Jakarta-Cikampek itu. Perjalanannya menuju kantor di Jalan MH Thamrin melalui Semanggi lebih cepat sekitar 30 menit daripada biasanya.
”Biasanya, begitu masuk Pintu Tol Halim sudah padat dan macet. Tetapi hari ini lebih longgar,” katanya.
Penghalauan ganda
Kemarin, guna mencegah kendaraan bernomor polisi ganjil masuk ke pintu tol, polisi dan petugas Dishub Kota Bekasi melakukan pemilahan di dua titik, pertama pada Jalan Jenderal Ahmad Yani, tepat sebelum tikungan ke dalam jalan tol, dan titik kedua yang berada di depan pintu tol.
Di titik pemilahan pertama, kendaraan bernomor polisi yang tak sesuai diminta melanjutkan perjalanan ke arah utara, menuju kompleks Pemkot Bekasi. Adapun pada titik pemilahan kedua, kendaraan yang tak sesuai diminta putar balik di depan pintu tol. Tidak ada kendaraan yang ditilang kemarin.
Kepala Korps Lalu Lintas Inspektur Jenderal Royke Lumowa mengatakan, pihaknya memang masih memberikan pengarahan kepada para pengguna mobil pribadi terkait kebijakan ganjil-genap itu.
”Kami tidak mau menjebak. Jika ada 1-2 pengendara yang belum tahu, masih ada kesempatan berputar arah,” kata Royke.
Secara rata-rata, setiap 5 menit terdapat tiga kendaraan yang harus putar arah sebelum Pintu Tol Bekasi Barat 1. Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bekasi Johan Budi Gunawan mengatakan, 102 kendaraan harus putar arah pada pintu tol itu. Adapun di Pintu Tol Bekasi Timur, 84 kendaraan putar arah sebelum memasuki Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
General Manager PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Jakarta-Cikampek Raddy R Lukman menyatakan, penurunan signifikan jumlah kendaraan dipengaruhi beberapa faktor. Pengguna jalan tol mempunyai tiga opsi, yaitu beralih rute ke jalur alternatif, beralih waktu perjalanan, dan beralih moda transportasi.
”Secara keseluruhan, kebijakan tersebut berhasil menurunkan jumlah rata-rata kendaraan 35 persen atau 2.783 kendaraan selama 3 jam pemberlakukan kebijakan,” kata Raddy.
Sementara itu, pembatasan kendaraan truk golongan 3, 4, dan 5 menurunkan volume lalu lintas kendaraan jenis tersebut sebesar 70 persen berdasar pantauan di Pintu Tol Cikarang Utama arah Cikampek.
Adapun untuk lalu lintas golongan 3, 4, dan 5 arah Jakarta menurun 64 persen. ”Pemberlakuan paket kebijakan Jalan Tol Jakarta-Cikampek dampaknya dapat dilihat dari sisi kelancaran Jalan Tol Jakarta Cikampek di kedua arah, di mana kondisi kelancaran lalin terpantau lancar cukup signifikan,” kata Raddy.
Luapan tidak signifikan
Kebijakan pembatasan ganjil-genap ini sebelumnya memicu kekhawatiran terjadinya peralihan arus kendaraan di ruas-ruas jalan arteri Kota Bekasi yang mengarah ke Jakarta. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi Yayan Yuliana mengatakan, pihaknya sempat mengkhawatirkan terjadinya penumpukkan di jalur-jalur arteri Kota Bekasi.
”Kami khawatir di jalan-jalan arteri terjadi penumpukan, kepadatan atau bahkan stagnan. Ternyata dilihat, (arus lalu lintas) normal dan landai. Kalau meningkat sedikit, ya, wajar. Tetapi kalau secara umum masih normal,” kata Yayan. Ia menambahkan, pihaknya mengerahkan sekitar 250 petugas untuk mengawal pemberlakuan sistem ganjil-genap tersebut.
Peningkatan kepadatan dirasakan oleh pengendara mobil pribadi di jalur alternatif menuju Jakarta. Haryono (55), warga Kemang Pratama Bekasi, mengatakan, ia harus mengantre di Pintu Tol Jatiasih JORR lebih lama daripada biasanya untuk menuju kantornya di kawasan Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Lajur bus belum optimal
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan BPTJ Karlo Manik mengatakan, lajur khusus angkutan umum (LKAU) belum dapat beroperasi dengan efektif pada hari pertama pemberlakuan ganjil-genap. Ia mengatakan, tidak semua pengendara mengetahui adanya lajur khusus tersebut.
Guna mengatasi hal ini, Karlo mengatakan, pihaknya berencana meningkatkan sosialisasi. ”Imbauan melalui mik di pintu tol dan bentuk lain mungkin diperlukan,” katanya.
Lajur khusus bus ditandai marka berbentuk wajik setiap 500 meter dari titik Pintu Tol Bekasi Timur.
Karlo menilai, jarak marka tersebut terlalu jauh. ”Marka yang ada itu sekarang ini masih setiap 500 meter, harusnya lebih dekat lagi. Kami akan koordinasikan dengan Jasa Marga,” kata Karlo.
Jarak marka yang lebih dekat diharapkan dapat membuat pengendara lebih perhatian terhadap adanya lajur khusus bus tersebut.
Pengguna bus transjabodetabek
Direktur Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) Pande Putu Yasa mengatakan, ada peningkatan signifikan pada jumlah penumpang bus transjabodetabek premium. Pada hari biasa, pada pukul 06.30-07.30 bus hanya terisi 25 penumpang. Selain itu, frekuensi keberangkatannya pun lebih sedikit, setiap 15 menit.
Senin ini, pada periode yang sama bus hampir terisi penuh, sekitar 30-32 penumpang. Padahal, frekuensi keberangkatan bus lebih banyak karena intervalnya hanya 10 menit.
Sejak subuh, sekitar pukul 05.00, sebanyak 3-4 bus sudah berbaris rapi di depan pusat perbelanjaan Mega City Bekasi. Bus tersebut berangkat dengan interval sekitar 5-10 menit. Setiap satu bus berangkat, ruang yang kosong kemudian diisi bus berikutnya.
Sekitar pukul 08.30, bus-bus ini telah berkurang peminatnya. Bus-bus tersebut meninggalkan lokasi kosong.
Masukan warga
Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, kebijakan ganjil-genap mungkin bisa dianggap menyusahkan masyarakat sehingga masukan publik sangat dibutuhkan.
”Perlu ada posko bersama yang dijaga seluruh pemangku kepentingan. Di situ sosialisasi dan feedback dapat diterima. Apakah masyarakat berterima kasih atau malah tidak suka. Kita harus cepat berempati dan menerima feedback dari masyarakat. Mungkin ada solusi dari publik,” kata Tito.