Tangerang di Persimpangan Kemacetan
Menginjak usia ke-25, Kota Tangerang terus dilirik sebagai perluasan megapolitan Jakarta. Beban urbanisasi di kota ini terus meningkat, sementara penyediaan transportasi publik belum sepadan.
Hari masih pagi, Senin (26/2). Jarum jam menunjukkan pukul 06.05. Gerimis yang turun malu-malu di wilayah Ciledug, Kota Tangerang, tidak mengurangi langkah Anggraini Herawati (38). Warga Paninggilan, Kecamatan Ciledug, ini bergegas menuju halte bus transjakarta di Puri Beta 2, Larangan Utara, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang.
Setelah turun dari ojek daring, karyawati sebuah perusahaan swasta di Kebon Melati, Tanah Abang, ini langsung berbaur dengan calon penumpang lainnya, menanti bus transjakarta. Antrean panjang penumpang pagi itu mengular sampai 300 meter di luar bangunan halte.
Mereka rela bertahan di bawah guyuran gerimis pagi, menunggu giliran naik bus transjakarta. “Setiap pagi, saya dan penumpang lainnya harus antre seperti ini. Antrean pagi ini lebih panjang dari kemarin,” kata Anggraini.
Sejak empat bukan terakhir, ia tidak lagi menggunakan mobil pribadi dan beralih naik bus transjakarta. "Memang agak lama menunggu, tetapi saya tidak capek lagi menyetir mobil. Tinggal duduk dan tidur dalam bus yang ber-AC. Kalau bawa mobil, saya harus jalan lebih pagi dari sekarang,," ujar Anggraini.
Antrean panjang mengular terjadi karena terbatasnya ruangan di halte bus Koridor 13 rute Ciledug-Tendean, sehingga tidak dapat menampung jumlah penumpang yang melimpah setiap pagi hari. Bus transjakarta yang tersedia pun terbatas.
Kondisi tersebut diperparah dengan kemacetan di jalan menuju jalur layang transjakarta. “Macetnya di sekitaran Kreo (Kota Tangerang) dan halte Adam Malik (Petukangan, Jakarta Selatan). Bus tertahan lama di sana,” kata seorang petugas pembantu pengemudi.
Antusiasme penumpang
Antusiasme pada keberadaan angkutan massal yang nyaman bagi pekerja komuter seperti Anggraini, mesti diapresiasi.
Koridor 13 yang resmi beroperasi pada 16 Agustus 2017 itupun sudah diperpanjang. Halte bus terakhir seharusnya di Adam Malik, depan Universitas Budi Luhur, Petukangan. Jalur diperpanjang sampai halte Puri Beta 2, Larangan Utara, Kota Tangerang. Dalam rencana, jalur koridor ini akan dilanjutkan hingga kawasan pusat perbelanjaan CBD Ciledug.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang, Saeful Rohman, mengatakan, warga Kota Tangerang yang tinggal di wilayah timur dan sekitarnya sangat meminati angkutan massal ini. Hal itu terbukti dengan terus bertambahnya jumlah penumpang. Di awal peresmian, jumlah penumpang sekitar 3.000 orang per hari yang dilayani 10 bus. Saat ini, setelah enam bulan beroperasi, tercatat 13.000 penumpang per hari, diikuti penambahan jumlah bus menjadi 32 unit.
Naiknya jumlah peminat bus transjakarta ini juga dibahas dalam rapat koordinasi Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Dinas Perhubungan Kota Tangerang, dan Dinas Perhubungan Provinsi Banten pada awal Februari 2018. Dalam rapat itu mengemuka rencana BPTJ mengembangkan bus transjakarta Koridor 13. Bahkan jumlah bus yang melayani koridor ini diproyeksi mencapai 150 unit.
Jika rencana tersebut direalisasikan, kata Saeful, perlu persiapan, baik infrastruktur maupun rekayasa lalu lintas. Hal itu dilakukan agar kehadiran bus transjakarta tidak membebani kemacetan di wilayah timur Kota Tangerang.
Sejauh pengamatan, setiap pagi hari, jumlah penumpang bus transjakarta membeludak dari Kota Tangerang. Di sisi lain, perjalanan bus transjakarta Koridor 13 ini masih terhambat kemacetan arus lalu lintas sebelum masuk jalur layang. Kemacetan antara lain masih terjadi di Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Tangerang; dan Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
Tidak hanya kendaraan yang berjejalan di jalan yang sempit. Kondisi jalan yang ada juga rusak. Padahal, jalan ini baru beberapa bulan ditingkatkan kualitasnya, yakni saat bus transjakarta Koridor 13 akan beroperasi.
Kerusakan jalan ini membuat kendaraan, baik sepeda motor dan mobil, harus mengurangi kecepatan saat melintas.
Jalan layang
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen SW Tangkudung, mengatakan, kehadiran bus transjakarta Koridor 13 yang menggunakan jalan layang ini seharusnya dapat mengatasi kemacetan terutama di perbatasan Kota Tangerang dan Jakarta Selatan ini.
Menurutnya, operasional bus transjakarta Koridor 13 dengan jalur layang khusus ini setidaknya mengurangi kemacetan di jalan reguler, mulai dari Jalan Tendean hingga Jalan HOS Cokroaminoto di Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Beberapa titik kemacetan yang berkurang kemacetannya antara lain kawasan Mayestik, Kebayoran Lama, Cipulir, hingga Petukangan.
Akan tetapi, kemacetan masih terjadi setelah bus transjakarta bergabung menggunakan jalur reguler di perbatasan Jakarta Selatan dan Kota Tangerang. "Jika bus transjakarta ini masuk di wilayah Kota Tangerang, jalur layang ini perlu diperpanjang hingga ke Kota Tangerang, sehingga tidak terjadi kemacetan di jalur reguler Kota Tangerang," kata Ellen, Selasa.
Selain itu, kata Ellen yang anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta periode 2017-2020, untuk mengurangi kemacetan di wilayah perbatasan, seharusnya ada perpindahan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan massal yang aman dan nyaman. Angkutan massal dan nyaman ini juga harus terintegrasi dan selalu tersedia. Artinya, waktu tunggu di setiap halte tidak terlalu lama.
"Memang yang terjadi saat ini sudah terlihat banyak warga yang menggunakan bus transjakarta Koridor 13. Namun, belum banyak masyarakat yang berpindah dari kendaraan pribadi dan menggunakan bus. Perpindahan juga jangan hanya terjadi di satu koridor saja, akan tetapi harus terintegrasi dengan koridor lainnya," jelas Ellen.
Menurut Ellen, sebaiknya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Tangerang, serta Pemerintah Provinsi Banten berkoordinasi untuk meneruskan jalan layang Koridor 13 ini hingga ke Kota Tangerang.
"Kedua wilayah ini harus memperhatikan pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk melanjutkan perpanjangan jalan layang ini hingga Ciledug," tambah Ellen.
Bila terjadi perpindahan pengguna mobil pribadi karena perpanjangan jalan layang koridor ini, kata Ellen, maka dapat memberikan dampak postif. Selain berdampak positif mengurangi kemacetan, perpindahan pengguna ini juga meningkatkan perekonomian di sekitar wilayah perbatasan ini. Dengan begitu, wilayah timur Kota Tangerang yang semrawut bisa tertata dengan baik.