JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan rintisan menjadi salah satu solusi untuk usaha mikro, kecil, dan menengah untuk mengatasi masalah pemasaran. Pengusaha memiliki akses langsung pada pelanggan tanpa perlu memiliki armada sendiri.
Charina Prinandita, Co-Founder Eatlah, mengatakan, omzetnya meningkat setelah bergabung dengan Go-Food.
”Sebelum bergabung, omzet kami di bawah Rp 1 juta, setelah bergabung kami mendapatkan Rp 20 juta sehari pada hari libur,” kata Charina saat ditemui setelah konferensi pers Malam Juara Partner Go-Food 2017 di Jakarta, Jumat (23/2/2018).
Setelah omzetnya meningkat, Charina membuka cabang 11 toko di Jakarta, Bandung, dan Depok. ”Saya berani membuka toko di bebeberapa tempat karena masalah pemasaran dapat terpecahkan,” kata Charina.
Nanik Soelistiowati, pemilik Pisang Goreng Ibu Nanik, memperoleh peningkatan pelanggan hingga 60 persen sejak bergabung dengan Go-Food. ”Setiap hari, ada 1.500 antrean dan 80 persen berasal dari pesanan menggunakan aplikasi Go-Food,” kata Nanik.
Ia menuturkan, selain produknya dipasarkan oleh Go-Food, merek dagangnya pun diperkenalkan kepada masyarakat melalui aplikasi tersebut. Nanik mengatakan, sebagai pengusaha, tugasnya hanya membuat inovasi baru sesuai dengan perkembangan pasar, sedangkan pemasaran telah dikerjakan oleh Go-Food.
Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, Go-Food membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kuliner dengan memberikan akses langsung kepada pelanggan tanpa perlu memiliki armada pesan-antar sendiri. Go-Jek menyasar sektor kuliner karena memiliki peluang bisnis yang besar di Indonesia.
Berdasarkan survei khusus ekonomi kreatif yang dilakukan Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik pada 2016, subsektor kuliner menyumbang sekitar 41 persen pada produk domestik bruto (PDB) di Indonesia.
Menurut Catherine, kuliner berkembang di Indonesia karena sesuai dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka makan.
”Kami juga bantu UMKM kuliner dari sisi pengenalan merek dan pemasaran,” kata Catherine.
Saat ini, lebih dari 70 persen pedagang mitra Go-Food merupakan pengusaha kuliner yang masuk kategori pengusaha kecil dan menengah. Rata-rata transaksi mereka meningkat dua setengah kali lipat sejak bergabung dengan Go-Food.
Ekonomi digital
Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengatakan, perusahaan rintisan telah membangun ekosistem baru pada sistem perekonomian di Indonesia. Ekonomi kreatif menjadi kebudayaan baru.
Berdasarkan survey McKinsey&Co, 90 persen eksekutif terindikasi mulai mendekatkan diri pada bentuk digitalisasi.
Alasan perusahaan segera masuk ke bisnis berbasis digital adalah sekitar 35 persen pendapatan korporasi di dunia sudah menggunakan basis digital. Angka tersebut menunjukkan, model bisnis lama harus segera berubah dan mulai berinvestasi di industri digital (Kompas, 17/2).
Fadjar mengatakan, teknologi digital telah menjadi penggerak roda perekonomian. Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus dapat dipercaya oleh konsumen di media digital agar dapat mengembangkan produknya. (DD08)