Usaha Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh Pesat
JAKARTA, KOMPAS — Peluang usaha di bidang konsumsi tumah tangga terus bertumbuh. Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah menggunakan kendaraan berjenis truk makanan atau lebih dikenal dengan food truck.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga, yaitu konsumsi makanan dan minuman, pariwisata, transportasi, pertambangan, dan perkebunan tumbuh 4,93 persen dari tahun ke tahun.
Bisnis tersebut terbilang fantastis karena mampu menyumbang lebih dari separuh, yakni 55,68 persen, dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2017.
Salah satu permasalahan yang sering dialami pengusaha baru adalah tidak ada tempat untuk berjualan.
Menurut motivator James Gwee, sewa tempat yang strategis merupakan pengeluaran terbesar untuk membuka usaha baru. Padahal, belum pasti akan ada banyak pengunjung yang datang ke tempat tersebut.
”Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mendatangi tempat tersebut,” kata James dalam pameran kendaraan komersial Auto2000 bertajuk ”Revolusi Wirausaha 2018” di Jakarta, Sabtu (10/2).
Usaha konsumsi rumah tangga terbilang fantastis, yakni menyumbang separuh lebih, 55,68 persen, dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2017.
Oleh karena itu, dibutuhkan kendaraan yang dapat mendatangi keramaian tersebut, salah satunya dengan food truck.
Menurut James, food truck memiliki dua kelebihan, yaitu mampu mencari pelanggan di tempat keramaian atau pelanggan mencari truk tersebut. Agar pelanggan mau mencari, produk dan food truck harus memiliki daya tarik dan terjaga kualitasnya.
Ketua Komunitas Foodtruck Jakarta Joko Waluyo mengatakan, ada empat tahap yang harus dilalui pengusaha baru sebelum membeli truk untuk berjualan.
Pertama, seorang pengusaha baru harus fokus menentukan jenis usahanya secara pasti.
Kedua, peralatan untuk berjualan sudah dipersiapkan dengan baik. Ketiga, tentukan orang yang akan menjalankan bisnis tersebut.
Keempat, sistem dalam berjualan harus dipastikan, salah satunya waktu produksi. ”Apabila keempat tahap tersebut dijalankan dengan baik, akan mendatangkan keuntungan,” kata Joko.
Menurut Joko, food truck tidak hanya dapat digunakan untuk berjualan kuliner. Sebagai contoh, beberapa temannya membuka usaha hiasan kuku atau art nail.
”Ia dapat memperoleh Rp 75.000 hingga Rp 100.000 untuk sekali menghias kuku,” kata Joko.
Keuntungan itu juga dialami pemilik Es Teler 77 Andrew Nugroho. Ia mengatakan, food truck lebih fleksibel sehingga dapat mencari peluang di tempat keramaian.
Andrew mencontohkan, dalam sebuah acara di Kemayoran, Jakarta Pusat, ia mampu meraup keuntungan hingga Rp 20 juta per hari.
Memulai usaha
Selain karena biaya sewa tempat yang mahal, salah satu faktor penyebab orang enggan memulai suatu usaha adalah takut gagal. Padahal, kegagalan tersebut dialami pengusaha yang kini telah memperoleh keberhasilan.
Nilam Sari, pemilik Kebab Turki Baba Rafi, menceritakan, ia pernah mengalami kegagalan pada awal memulai usahanya.
Salah satu faktor penyebab orang enggan memulai suatu usaha adalah takut gagal.
Pada awalnya, Nilam membuka usaha hamburger. Namun, usahanya tersebut hanya bertahan lebih dari setahun karena kalah bersaing.
Ia pergi jalan-jalan ke Qatar dan mencari inspirasi. Dalam perjalanannya tersebut, Nila tertarik membuka usaha kebab. Kini, ia mampu membuat waralaba dan telah memiliki 1.200 toko di 9 negara.
Usahanya tidak selalu sukses. Ketika memutuskan pindah ke Jakarta pada 2008, Nilam memiliki utang hingga Rp 14 miliar. Hal itu terjadi karena kesalahan mengatur sistem.
Setelah mulai merekrut manajer keuangan, logistik, dan operasional, sistem di perusahaannya mulai teratur. Dalam waktu satu setengah tahun, utangnya dapat terlunasi.
Setelah mulai merekkrut manajer keuangan, logistik, dan operasional, sistem di perusahaannya mulai teratur.
Sarita Sutedja, salah satu pendiri PT Citarasaprima Indonesia Berjaya (CRP) Group yang memiliki produk Nasi Goreng Mafia, Warunk Upnormal, Bakso Boedjangan, dan Sambal Khas Karmila juga mengalami kebingungan dalam memulai bisnisnya.
Sebelumnya, ia membuka usaha konsultan bisnis, tetapi hanya bertahan setahun.
Ia pun segera berbenah dan memiliki target agar berhasil dengan usaha di bidang lain. Sarita melihat peluang bisnis kuliner sangat besar di Indonesia.
Pada 2013, ia mendirikan Nasi Goreng Mafia dan setahun kemudian mendirikan Warunk Upnormal. Kini, Sarita telah memiliki 111 cabang di 31 kota. (DD08)