YOGYAKARTA, KOMPAS — Media arus utama kini mendapat tantangan untuk menangani limpahan informasi dari media sosial yang kadang kala justru memprovokasi dan memecah belah masyarakat.
Selain mempertahankan fungsi sebagai pilar penegak fakta dan penegak aspirasi masyarakat, media massa di Tanah Air juga dibebani misi suci untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Saat menyampaikan kuliah di Kampus Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Sabtu (10/2), Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono mengatakan, media arus utama bertanggung jawab menjaga pluralisme masyarakat Indonesia dengan menjunjung tinggi sikap toleransi dan rasa saling menghormati.
”Pluralisme akan terancam saat media massa tak mampu lagi menjunjung tinggi rasa toleransi dan sikap saling menghormati,” ujar Trias saat menyampaikan kuliah umum bertema ”Media dan Isu Keberagaman di Ranah Nasional dan Global”.
Trias menuturkan, pengaruh yang luas dan langsung terhadap opini masyarakat, jurnalisme tidak bisa dipandu hanya oleh kekuatan ekonomi, keuntungan, dan kepentingan khusus.
Jurnalisme haruslah diresapi sebagai tugas suci dan dijalankan dengan kesadaran bahwa sarana komunikasi yang sangat kuat telah dipercayakan kepada wartawan demi kebaikan orang banyak.
Oleh karena itu, lanjutnya, semua materi pemberitaan, baik tulisan maupun foto, sebelum diturunkan harus benar-benar dipertimbangkan dampaknya.
Pasalnya, media memiliki misi untuk mempersatukan, mencerahkan, menghibur, membangun, menumbuhkan saling percaya, serta membawa masyarakat ke dalam lingkungan dan pemikiran yang lebih demokratis.
”Untuk menjaga keutuhan NKRI, media massa di Indonesia harus bekerja dengan tetap menghormati dan menghargai praktik keberagaman yang ada di tengah masyarakat,” kata Trias.
Lukas S Ispandriarno, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menyebutkan, proses reportase berita di harian Kompas dipilih sebagai topik bahasan kuliah umum karena cara kerja redaksi Kompas mempertahankan nilai-nilai pluralisme dan persatuan bangsa.
”Dalam menghasilkan produk jurnalisme, Kompas selalu memperhatikan situasi masyarakat serta memperhitungkan dampak sebuah pemberitaan terhadap potensi gejolak masyarakat yang akan ditimbulkan,” ujarnya.
Lukas berharap, melalui kuliah umum ini, kesadaran mahasiswa menjadi terbuka, bahwa penyebaran informasi lewat media sosial tidak melalui prosedur penyaringan layaknya di media konvensional (arus utama), seperti koran, majalah, radio, dan televisi.
Segala jenis konten langsung ditampilkan apa adanya, bahkan banyak yang telah dibumbui demi sensasi.
”Platform media mungkin akan berubah, tetapi jurnalisme akan tetap eksis. Tugas media adalah menjaga kebangsaan, termasuk menyampaikan kritik dan pandangan independen untuk mengawal kerja pemerintah,” ujar Lukas.