Penutupan Layanan Pemerintah Federal di AS Berbahaya jika Lebihi 20 Hari
Oleh
dd06
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam waktu singkat, penutupan layanan pemerintah federal (government shutdown) di Amerika Serikat akan berpengaruh positif pada pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan kemungkinan justru akan meroket karena prospek ekonomi di Amerika Serikat sedang jelek, sementara investor mencari peluang ekonomi yang bagus seperti di Indonesia. Namun, penutupan layanan itu akan menjadi ancaman jika berlangsung lebih dari 20 hari.
Sebelumnya, Jumat (19/1), AS menghadapi penutupan layanan pemerintah setelah tidak ada kesepakatan anggaran operasional negara untuk setahun ke depan. Akibatnya, layanan pemerintah AS tidak dapat berjalan sampai minggu kedua Februari.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, mengatakan, penutupan layanan di AS akan berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jika lebih dari 20 hari. ”Investor akan keluar dari pasar saham kalau lebih dari itu,” ucapnya, saat dihubungi Kompas, Senin (22/1).
Menurut Bhima, penutupan layanan yang terlalu lama membuat investor khawatir akan prospek pemulihan AS. Apalagi, pertumbuhan ekonomi AS yang ditargetkan 2,3 persen terancam tidak terealisasi.
Oleh karena itu, apabila kondisi AS tidak membaik, investor akan mencari instrumen investasi yang lebih aman. Untuk sementara, mereka akan beralih ke investasi lain. Antara lain seperti investasi emas yang harganya stabil dan cenderung meningkat. ”Kalau investor tidak yakin, pasti lari ke emas,” kata Bhima.
Hal senada diucapkan ekonom Lana Soelistianingsih. Menurut dia, semua investor akan balik badan kalau penutupan layanan terlalu lama. Hal itu karena AS merupakan negara dengan pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi dunia. ”AS berpengaruh pada 20-30 persen PDB (produk domestik bruto) dunia. Bisa balik badan semua,” ucapnya.
Akibatnya, pasar Indonesia akan terbawa sentimen itu. Lana mengatakan, investor domestik cenderung mengikuti pergerakan pasar dunia. ”Kalau investor lain balik badan, investor domestik pasti ikutan. Soalnya pasar kita kecil,” sebutnya.
Direktur Utama Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyatakan, pertumbuhan ekonomi AS tidak akan mencapai target dengan adanya penutupan layanan pemerintah. Kemungkinan pertumbuhannya hanya 1,9 persen.
Bahkan, kata Hans, pertumbuhan itu akan lebih rendah jika penutupan layanan berlangsung lebih dari satu bulan. ”Tahun ini mereka bisa hanya di angka 1 persen lebih,” katanya.
Tren baik
Penutupan layanan pemerintah di AS bukanlah yang pertama kali. Dalam sejarah AS, tercatat 18 kali pemeritah menghentikan operasionalnya. Data Layanan Penelitian Kongres menunjukkan, enam penutupan layanan dalam empat dekade terakhir berlangsung lebih dari 10 hari (Kompas, 21/1).
Salah satu penutupan layanan terlama adalah pada 2013, saat dipimpin Presiden Barack Obama. Ketika itu, penutupan berlangsung selama 16 hari, dari 1-13 Oktober 2013. Penutupan itu merupakan yang terlama ketiga. Sementara, penutupan terlama terjadi pada 1995-1996, era Presiden Bill Clinton dengan 21 hari.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio memperkirakan, penutupan layanan di AS hanya berlangsung paling lama 18 hari. Untuk itu, dia meyakini IHSG akan mengalami penguatan.
Hal itu diyakini Tito karena sejarah pada 2013. Saat itu, IHSG naik 4,7 persen pada saat penutupan layanan di AS. ”Ini bukan suatu yang baru. Tidak akan berdampak besar jika hanya 1-2 minggu,” sebutnya, Senin (22/1) di Gedung iNews, Jakarta.
Senada dengan Tito, Lana optimistis penutupan itu tidak akan berlangsung lama. Menurut dia, hal itu sudah biasa di politik AS. ”Nanti juga akan kembali lagi. Ini bukan hal yang baru,” ucapnya.
Apalagi, kata Lana, penutupan layanan di AS paling lama hanya berlangsung 21 hari. Menurut dia, kemungkinannya sangat kecil untuk melampaui rekor itu.
Hans menambahkan, penutupan layanan sudah tidak seperti dulu. Kalau dulu orang takut punya dampak yang besar. Ternyata, pada zaman Obama, tidak ada pengaruh signifikan.
Menurut Hans, pasar di AS sudah tidak menggubris hal tersebut. ”Penutupan layanan ini dilihat sebagai masalah politik. Buktinya pasar di sana masih mengalami penguatan,” ucapnya.
Kenaikan IHSG
Keyakinan pada kondisi IHSG terlihat pada Senin (22/1). Sampai penutupan sore tadi, IHSG mencapai rekor tinggi sepanjang masa mencapai level 6.500,53, naik 9,63 poin.
Bhima mengatakan, dalam jangka pendek IHSG akan diuntungkan karena saham akan meroket. Hal itu karena prospek ekonomi di AS sedang jelek. ”Investor melihat Indonesia cukup bagus. Jadi masih positif,” katanya.
IHSG diperkirakan masih tumbuh positif dalam jangka dua minggu. Apalagi, investor domestik masih yakin karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,1 persen. Optimisme itu menghasilkan net buy yang masih besar.
Sementara itu, Lana melihat kenaikan IHSG hanya sementara. Dia tidak melihat penutupan layanan langsung berpengaruh pada kenaikan. Hal itu lebih karena probabilitas pada awal tahun.
Menurut Lana, dalam 10 tahun terakhir memang ada tren IHSG meningkat saat Januari dan Februari. ”Jadi, jangan bingung kalau tiga minggu ke depan masih akan meningkat. Hal itu tidak bisa dikatakan pengaruh penutupan layanan (di AS),” katanya. (DD06)