Induk Koperasi Unit Desa Kembangkan Proyek Infrastruktur dan Budidaya
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Induk Koperasi Unit Desa bekerja sama dengan perusahaan swasta Duke Capital melakukan proyek investasi di bidang pertanian dan perikanan. Proyek tersebut yaitu pembangunan infrastruktur dan program budidaya yang akan menunjang pekerjaan petani dan nelayan di seluruh Indonesia.
Induk KUD merupakan sebuah koperasi terbesar di Indonesia dengan jaringan sampai ke pelosok Tanah Air. Dari semua jaringan koperasi tersebut, sampai saat ini KUD telah memiliki lebih dari 60 juta anggota keluarga yang tergabung.
Menurut Ketua Umum Induk KUD Indonesia Herman YL Wutung, proyek investasi yang akan dilaksanakan pada 2018 menjadi sebuah langkah untuk memajukan koperasi dan anggota-anggotanya.
Anggota KUD yang tersebar di seluruh Indonesia adalah petani dan nelayan. Kebutuhan untuk petani dan nelayan perlu dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
”Anggota KUD yang tersebar di seluruh Indonesia adalah petani dan nelayan. Kebutuhan untuk petani dan nelayan perlu dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka,” ujar Herman saat meresmikan program Dana Agribisnis Duke Capital di Jakarta, Sabtu (9/12).
Sembilan proyek strategis
Dalam mengembangkan program di bidang pertanian dan perikanan tersebut, Induk KUD bekerja sama dengan perusahaan swasta dari Malaysia, Duke Capital, sebagai mitra penggalangan dana. Kerja sama itu meliputi sembilan proyek strategis.
Proyek pertama yang akan dilaksanakan yaitu penambahan dan perluasan perkebunan singkong dari 100.000 hektar menjadi 1 juta hektar serta pembangunan 150 pabrik pengelolaan tepung tapioka di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Proyek kedua yaitu pembangunan 10.000 kapal tangkap ikan.
Proyek ketiga, pengembangan 100.000 program eko-pertanian yang terdiri dari 5.000 hektar untuk program ekologi pertanian dan 95.000 hektar untuk program pertanian mandiri. Tujuan dari pengembangan ini yaitu untuk produksi pertanian berkelanjutan dan konservasi keanekaragaman hayati.
Proyek keempat, pembangunan 500 pabrik mini kelapa sawit dan pembangkit listrik biomas. Kelima, membangun program internet berbasis website untuk kepentingan jaringan Induk KUD di seluruh Indonesia. Keenam, mendirikan Bank Nasional Perdesaan Induk KUD dengan kantor cabang di setiap KUD.
Ketujuh, membangun dan mengembangkan properti di lahan Induk KUD serta alur logistik dan sistem transportasi. Kedelapan, memproduksi ayam petelur secara bertahap dari 300.000 hingga 2 juta. Terakhir yaitu pengembangan eksploitasi sumur minyak tua peninggalan Belanda di Jawa, Kalimantan, dan Papua.
Revitalisasi
Melalui proyek tersebut, Herman berharap dapat merevitalisasi kantor cabang KUD yang sudah tidak aktif. Menurut Herman, saat ini hanya sekitar 40 persen kantor cabang KUD yang aktif dari total 9.437 kantor cabang KUD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Saat ini hanya sekitar 40 persen kantor cabang KUD yang aktif dari total 9.437 kantor cabang KUD yang tersebar di seluruh Indonesia.
”Bagi KUD yang masih aktif akan kami berdayakan dan optimalisasi, sedangkan bagi KUD yang sudah tidak aktif melalui program-program ini akan kami hidupkan kembali,” tutur Herman.
Optimistis
Chief Executive Officer Dana Agibisnis Duke Beh Ah Seng juga mengaku optimistis dengan sembilan proyek investasi yang akan dilaksanakan. Ia percaya proyek tersebut akan meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan serta membantu pemerintah mengurangi kemiskinan.
Beh Ah Seng berharap, kerja sama antarmitra dalam dan luar negeri dapat membangun Induk KUD menjadi produsen peralatan asli (original equipment manufacturer/OEM) untuk memproduksi pangan dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah.
Selain itu, Beh Ah Seng menjelaskan, dengan peluncuran Dana Agribisnis Duke, para calon investor dari kawasan Asia Pasifik dapat ikut berpartisipasi secara formal dalam investasi dana ekuitas Duke ini. (DD15)