CIREBON, KOMPAS — Infrastruktur yang terbatas membuat Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, kurang dilirik oleh pelaku usaha. Padahal, pelabuhan ini memiliki potensi besar mengangkut berbagai komoditas dari Jawa Barat bagian timur ke daerah lain. Untuk itu, PT Pelindo II Cabang Cirebon berkomitmen mengembangkan pelabuhan satu-satunya di Jabar ini.
Deputi Hukum dan Pengendalian Internal PT Pelindo II Cabang Cirebon Iman Wahyu mengatakan, selama ini kedalaman air di Pelabuhan Cirebon yang hanya -5,5 meter LWS membuat pelabuhan kurang diminati pengusaha. Pelabuhan tidak mampu melayani kapal bermuatan lebih dari 8.000 ton. Kapal kargo yang bersandar juga hanya sekitar 3.000 DWT (dead weight tonnage/bobot mati).
Pelabuhan yang dibangun sejak masa kolonial ini juga hanya dapat menampung 100-200 TEU peti kemas. ”Padahal, ada sekitar 3.000 TEU peti kemas di wilayah Cirebon yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) atau Tanjung Emas (Semarang),” ujar Iman dalam pertemuan media di Cirebon, Rabu (6/12).
Menurut dia, jika sepertiga dari jumlah peti kemas tersebut dikirim melalui Pelabuhan Cirebon, perekonomian di Cirebon dan sekitarnya diprediksi tumbuh pesat. Untuk itu, pihaknya tengah menambah kedalaman air dari -5,5 meter LWS menjadi 6 meter LWS. Pengerukan ditargetkan rampung akhir Desember.
Dengan menambah kedalaman pelabuhan, kapal kargo yang datang bisa lebih besar, mencapai 5.000 DWT. Ini menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk memanfaatkan Pelabuhan Cirebon sebagai tempat pengiriman aneka komoditas. Selama ini, lebih dari 80 persen aktivitas di pelabuhan merupakan bongkar muat batubara.
Dalam catatan Kompas, setiap bulan hanya sekitar 50 kapal kargo dan tongkang yang bersandar di pelabuhan. Padahal, pelabuhan itu mampu menampung lebih dari 90 kapal per bulan. Bahkan, Pelabuhan Cirebon hanya sekali menjadi tempat pengiriman peti kemas pada 2001.
Revitalisasi itu akan menambah luas pelabuhan hingga 50 hektar dan kedalamannya mencapai 10 meter LWS.
”Kedalaman pelabuhan akan ditambah seiring dengan pengembangan pelabuhan yang sudah tercantum dalam Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Cirebon. RIP ini sudah disetujui Kementerian Perhubungan. Pembangunan mulai 2018 dan ditargetkan 2020 selesai,” ujar Iman.
Revitalisasi itu akan menambah luas pelabuhan hingga 50 hektar dan kedalamannya mencapai 10 meter LWS. Kunjungan kapal pun dipastikan meningkat.
Selain itu, saat ini pihaknya telah menyediakan lima gudang tertutup dengan total kapasitas 10.012 ton per meter kubik. Ada pula gudang terbuka yang berkapasitas 1.440 ton per meter kubik. ”Meskipun pemerintah akan membangun Pelabuhan Patimban (Subang), Pelabuhan Cirebon tetap dikembangkan. Apa pun yang diinginkan pengusaha, kami coba wujudkan,” ujarnya.
Ketua Indonesia National Shipowners’ Association (INSA) Cirebon Ade Purnama menyambut baik pengembangan pelabuhan oleh Pelindo. ”Selama ini, kami tidak tahu bagaimana rencana pengembangan pelabuhan. Padahal, informasi ini penting untuk ’dijual’ ke pengusaha di daerah lain,” ujar Ade.
Setidaknya, 1.500 kontainer berisi produk mebel rotan diekspor dari Cirebon melalui Jakarta dan Semarang.
Menurut dia, tumbuhnya aneka industri di Cirebon dan wilayah Majalengka yang akan dibangun Bandara Internasional Jawa Barat merupakan peluang bagi Pelabuhan Cirebon. Industri di Jabodetabek dan Karawang juga diprediksi berpindah ke wilayah Jabar timur. ”Beberapa waktu lalu saya ke Pelabuhan Patimban. Di sana pembangunannya mulai dari nol. Oleh karena itu, Pelabuhan Cirebon harus segera dikembangkan,” ujarnya.
Ketua DPC Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Cirebon Raya Supriharto berharap, pengembangan pelabuhan, termasuk membangun terminal khusus kontainer, segera diwujudkan. Setidaknya, 1.500 kontainer berisi produk mebel rotan diekspor dari Cirebon melalui Jakarta dan Semarang. Jalur tersebut dilalui feeder (pengumpan) dan terhubung langsung dengan Singapura.
”Padahal, kalau Pelabuhan Cirebon bisa menampung pengiriman tersebut, pelaku usaha bisa menghemat hingga 30 persen ongkos transportasi,” ujar Supriharto. Menurut dia, Pelabuhan Cirebon juga berpotensi menjadi tempat bongkar muat bahan baku rotan yang didatangkan dari Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera jika infrastrukturnya memadai.
Integrasi pelabuhan
Di Banten, rencana integrasi enam pelabuhan yang berdekatan dapat terealisasi pada tahun 2020. Langkah tersebut dilakukan agar distribusi barang bisa ditangani lebih baik.
Pelabuhan-pelabuhan yang akan diintegrasikan terletak di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Pelabuhan tersebut ialah Ciwandan, Bojonegara, Cigading, Warnasari, Indah Kiat, dan Bandar Bakau Jaya.
General Manager PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Banten Armen Amir di Cilegon, Rabu (6/12), mengatakan, integrasi tersebut sudah dimasukkan dalam rencana bisnis dan diwujudkan secara bertahap. ”Misalnya, kami saat ini sedang menjalin kerja sama dengan Pelabuhan Indah Kiat. Tak ada masalah,” katanya.
Integrasi yang akan dilakukan sudah tercantum dalam rencana induk pelabuhan. ”Dampak ekonomi dari integrasi itu akan amat besar seiring tumbuhnya industri,” katanya.
Langkah itu memusatkan distribusi barang melalui laut di Banten yang telah ditunggu pengusaha. ”Bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan itu akan lebih efektif dan efisien. Kami sangat siap melakukan integrasi,” ujarnya. Produk-produk yang bisa dibongkar dan dimuat di pelabuhan tersebut seperti bahan bakar, ternak, dan bahan kimia.
Menurut Armen, pihaknya juga sedang berkonsentrasi untuk menindaklanjuti nota kesepahaman dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon yang membangun Pelabuhan Warnasari. Pemkot Cilegon telah membentuk PT Pelabuhan Cilegon Mandiri (PCM) sebagai badan usaha pelabuhan itu.
Banten memiliki banyak potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Selain itu, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Banten dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai induk perusahaan pengelola Pelabuhan Cigading sedang membahas kerja sama. Menurut Armen nota kesepahaman pihaknya dengan Pelabuhan Bandar Bakau Jaya juga sedang dijajaki. Adapun pembagian jumlah kapal yang dapat dilayani belum dilakukan karena kerja sama antarpelabuhan masih dalam tahap penjajakan.
Armen mengatakan, pihaknya juga akan membangun dermaga baru pada 2019 untuk mendukung penerapan integrasi tersebut. Sejumlah investor yang terus menanamkan modalnya di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon diyakini membuat prospek integrasi tersebut semakin cerah.
Menurut Gubernur Banten Wahidin Halim, Banten memiliki banyak potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Provinsi itu memiliki berbagai destinasi investasi yang menarik. Banten memiliki garis pantai sekitar 500 kilometer.