BATAM, KOMPAS — Sebagai lembaga keuangan khusus yang didirikan negara untuk mendorong pertumbuhan ekspor dan menstimulasi peningkatan daya saing eksportir, Indonesia Eximbank memiliki layanan jasa konsultasi yang membedakannya dengan bank-bank komersial konvensional. Jasa konsultasi itu dimaksudkan untuk mencetak munculnya eksportir baru dan menyediakan asistensi informasi kepada mereka.
Peran jasa sosial itu bahkan diatur secara khusus di dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Jasa konsultasi itu merupakan satu dari empat tugas bank pembiayaan ekspor yang diamanatkan oleh UU. Tiga tugas lainnya ialah pembiayaan, penjaminan, dan asuransi.
Fakta bahwa masih banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang awam dengan prosedur ekspor, pembiayaan ekspor, penentuan pasar, hingga manajemen finansial menjadikan jasa konsultasi itu sangat krusial.
Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sintya dalam acara media coaching di Batam, Kamis (7/12) di Batam, Kepulauan Riau, menuturkan, jasa konsultasi merupakan salah satu layanan yang akan dijadikan fokus pada 2018. Fakta bahwa masih banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang awam dengan prosedur ekspor, pembiayaan ekspor, penentuan pasar, hingga manajemen finansial menjadikan jasa konsultasi itu sangat krusial.
”Tahun 2018 ini kami memang akan mulai masuk ke dalam bidang di luar financing (pembiayaan). Misalnya dengan masuk ke monetary dan jasa konsultasi. Sebab, harus dipahami juga bahwa keberlangsungan ekspor itu tergantung pada banyak hal. Salah satunya ialah financial management dan quality assurance,” tuturnya saat menjawab pertanyaan wartawan tentang problem riil yang dialami pengusaha UMKM dan perajin rotan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Keberlangsungan ekspor itu tergantung pada banyak hal. Salah satunya ialah financial management dan quality assurance.
Mengambil contoh pada situasi yang kini dialami perajin rotan di Cirebon, Sinthya menuturkan, Indonesia Eximbank ke depannya perlu juga menciptakan ekosistem ekspor itu supaya makin terintegrasi. Artinya, dorongan kepada eksportir dan pengusaha tidak cukup hanya dengan kredit pembiayaan, tetapi juga pendampingan atau konsultasi dalam hal produksi, pemasaran, dan pengolahan keuangan.
Mebel dan furnitur dari rotan hasil kreasi perajin Cirebon sempat menjadi andalan ekspor Indonesia pada 1990-an. Namun, akibat kebijakan buka-tutup keran ekspor bahan mentah rotan Indonesia dari Sulawesi dan Kalimantan, produksi furnitur itu kerap kesulitan bahan baku. Hal itu berakibat langsung pada lesunya ekspor furnitur rotan.
”Memang tidak ada orang yang bisa menguasai tiga kemampuan sekaligus, yakni memproduksi, memasarkan, dan mengolah keuangan. Harus diciptakan satu mata rantai ekspor yang memungkinkan semua hal itu terjadi,” tutur Sinthya.
Direktur Pelaksana Indonesia Eximbank Arief Setyawan memberikan contoh riil bagaimana jasa konsultasi itu diberikan. Ia antara lain menyarankan agar pengusaha pengolah kayu sengon di Wonogiri, Jawa Tengah, tidak perlu menanam sendiri pohon sengon. Sebab, di daerah itu sudah banyak sekali pohon sengon yang ditanam masyarakat sekitar.
Sebab, yang kami pikirkan tidak cuma keuntungan finansial yang akan diperoleh bank, tetapi juga manfaat dan tanggung jawab sosial.
”Saran semacam ini, kan, tidak ada di bank komersial lainnya. Sebab, yang kami pikirkan tidak cuma keuntungan finansial yang akan diperoleh bank, tetapi juga manfaat dan tanggung jawab sosial,” kata Arief.
Jasa sosial sebagai fungsi pendampingan juga dimaksudkan untuk mendorong munculnya eksportir baru. Sebab, dengan cukupnya informasi bagi pengusaha, kesadaran mereka terhadap potensi ekspor makin terbuka.
”Nanti tidak ada lagi pertanyaan kenapa, ya, kok, eksportir hanya itu-itu saja,” ucapnya.
Arief mengakui belum banyak kalangan pengusaha dan eksportir yang mengetahui soal peran dan tugas Indonesia Eximbank tersebut. Hal itu menyumbang pada belum optimalnya peran pembiayaan dan jasa konsultasi yang dilakukan oleh Eximbank.
”Ke depannya, kami berharap lebih banyak pemberitaan dari media yang membahas tentang ekspor dan segala seluk-beluknya sehingga, dengan demikian, Eximbank juga akan lebih dikenal dan bisa membantu masyarakat lebih luas. Sebagai contoh, dulu infrastruktur juga jarang dibahas, tetapi kini infrastruktur menjadi salah satu bidang andalan pemerintah,” tutur Sinthya.