Ada ”Bau Bubuk Mesiu”, Xi Kirim Utusan ke Pyongyang
BEIJING, RABU — Presiden China Xi Jinping segera mengirim utusan khususnya ke Korea Utara pada akhir pekan ini, beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakhiri lawatan pertamanya ke Asia.
Lawatan 12 hari Trump ke Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, dan berakhir di Filipina, antara lain untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi ancaman senjata nuklir Korea Utara.
Song Tao, utusan khusus Presiden Xi, akan dikirim ke Pyongyang pada Jumat (17/11). Pengiriman Song diperkirakan sebagai upaya diplomatik China untuk mengakhiri kebuntuan nuklir Korut, kata kantor berita Perancis, AFP, Rabu (15/11).
Kantor berita Xinhua mengatakan, Song tidak membahas secara spesifik soal kebuntuan nuklir Korut, tetapi hanya akan membahas kongres Partai Komunis China bulan lalu yang menjadikan Xi sebagai pemimpin besar setara dengan Mao Zedong.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Song ke Pyongyang untuk bertukar pandangan mengenai masalah antara kedua negara dan partai, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Surat kabar partai yang berkuasa di Pyongyang mengatakan, Presiden AS itu pantas mendapat hukuman mati karena menghina pemimpin Korut Kim Jong Un.
Juru bicara kementerian, Geng Shuang, mengatakan, dia tidak mengetahui dengan siapa Song akan bertemu saat ia berada di Korut.
Saat Beijing bersiap untuk misi khusus tersebut, Pyongyang justru terus mempertahankan perang kata-katanya melawan Trump.
Surat kabar partai yang berkuasa di Pyongyang mengatakan, Presiden AS itu pantas mendapat hukuman mati karena menghina pemimpin Korut Kim Jong Un.
Pengumuman Beijing bahwa China akan mengirim utusan khususnya ke Pyongyang terjadi sehari setelah berakhirnya lawatan pertama Trump ke Asia.
Ketika berada di Beijing pekan lalu, Trump mengadakan pertemuan dengan Xi dan mendesaknya supaya bertindak lebih cepat dalam pekerjaan untuk mengendalikan Korut.
Sementara saat berada di Seoul, Korsel, sebelum bertolak ke Beijing, Trump mengatakan bahwa ”waktunya sudah habis” untuk bersikap sabar menghadapi program nuklir dan rudal Korut.
Presiden AS mendesak China, ASEAN, Jepang, dan Korsel untuk mengambil sikap bersatu melawan ancaman Korut. Uji coba nuklir dan rudal balistiknya telah menimbulkan kekhawatiran global.
Uji coba nuklir dan rudal balistik Korut telah menimbulkan kekhawatiran global.
Saat ketegangan meningkat, China telah mendukung serangkaian sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Pyongyang dan melarang sejumlah banknya bertransaksi dengan warga Korut.
Pertama
Song akan menjadi pejabat China pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Korut sejak Oktober 2016 saat Wakil Menteri Luar Negeri Liu Zhenmin berkunjung. Xi Jinping belum pernah bertemu Kim Jong Un.
Washington telah menekan Beijing untuk mengintensifkan pengaruhnya terhadap Pyongyang agar Korut menghentikan program senjata nuklir dan misil balistiknya.
Song, yang menjabat Kepala Departemen Urusan Internasional Komite Pusat Partai Komunis, akan menyampaikan kepada Pyongyang ”konsensus” solusi damai yang dicapai Trump dan Xi selama pertemuan mereka, kata Wang Dong, ahli kebijakan luar negeri Universitas Peking.
China sekarang aktif melakukan upaya diplomatik, membujuk Korut agar kembali ke jalur penyelesaian masalah nuklir secara damai.
”China sekarang aktif melakukan upaya diplomatik,” kata Wang kepada AFP. ”Kunjungan utusan itu adalah untuk membujuk Korut dengan harapan Korut agar kembali ke jalur penyelesaian masalah nuklir secara damai,” katanya.
Pejabat AS menginginkan Pemerintah China untuk menekan perdagangan ilegal yang mereka katakan masih terus bergulir di perbatasan dengan Korut.
”China bisa memperbaiki masalah ini dengan mudah dan cepat. Saya meminta China dan Anda, Presiden, agar bekerja dengan sangat keras,” kata Trump di samping Xi, Kamis pekan lalu.
Xi mengulangi permintaannya agar masalah tersebut diselesaikan melalui negosiasi. Ia mengatakan bahwa China siap untuk membahas jalan menuju ”perdamaian dan stabilitas yang abadi di Semenanjung (Korea)”.
AS diharapkan menghentikan latihan militernya di kawasan dan Korut juga harus menghentikan program senjata nuklir dan rudalnya.
Dua arah
Pada Minggu (12/11), Trump mengatakan kepada Xi ”dia meningkatkan sanksi terhadap” Korut, tetapi dia tidak memberikan rincian dan China belum mengumumkan hukuman barunya.
China dan Rusia telah mengusulkan pendekatan ”dua arah”. Di satu sisi AS diharapkan menghentikan latihan militernya di kawasan dengan imbalan, di sisi lainnya Korut harus menghentikan program senjata nuklir dan rudalnya.
”Sebelum kunjungan Trump ke China, ada bau bubuk mesiu yang kuat antara AS dan Korut,” kata Wang merujuk ketegangan yang mengarah pada aksi militer di Semenanjung Korea. ”Nuklir adalah pokok masalahnya,” katanya.
Menurut Wang, jika AS atau Korut mengambil langkah yang salah, kemungkinan akan mengakibatkan konflik militer di Semenanjung Korea. ”China mencoba melakukan berbagai upaya. Pertama meyakinkan AS dan sekarang Korut.”
Sementara editorial surat kabar partai penguasa Korut, Rodong Sinmun, Rabu, mengecam kunjungan Trump ke Korsel karena menyebut ”kediktatoran” Pyongyang dalam pidato di depan parlemen, pekan lalu, sebelum bertolak ke Beijing.
Trump dicap penjahat yang pantas dihukum mati. ”Kejahatan terburuk yang tak bisa diampuni ialah karena dia berani secara kasar melukai martabat pemimpin tertinggi,” kata koran Pyongyang merujuk Trump karena mengecam Kim Jong Un. (AFP/REUTERS)