Persiapkan Pensiun sejak Gaji Pertama
BAGI anak muda yang baru mulai bekerja atau istilahnya first jobber, masa pensiun adalah masa depan. Masih jauh sekali di depan sana. Maklum, ketika seseorang baru berusia 24 atau 25 tahun, artinya masih ada 30 atau 35 tahun lagi sebelum masa pensiun. Masih lama.
Pertanyaannya, benarkah masih lama? Pertanyaan yang lebih tepat lagi adalah bagaimana memanfaatkan waktu yang masih lama itu untuk mempersiapkan masa pensiun. Apalagi, semakin lama persiapan sebenarnya makin leluasa bagi kita untuk dapat berinvestasi pada aset dengan volitalitas tinggi seperti saham.
Menurut survei Manulife, persiapan dana pensiun menjadi prioritas kedua responden setelah mempersiapkan pendidikan untuk anak. Ada 24 persen responden dalam survei Manulife Sentiment Index Study pada kuartal keempat 2016 yang menyatakan bahwa persiapan pensiun menjadi prioritas mereka.
Apakah skala prioritas itu disertai tindakan nyata dengan berinvestasi pada aset yang dapat memberikan penghasilan pada masa pensiun? Ternyata tidak. Dari survei itu, ternyata 52 persen responden hanya mengalokasikan 20 persen dananya untuk persiapan pensiun.
Selain itu, 57 persen responden berharap dapat mengumpulkan tabungan untuk masa pensiun sebanyak Rp 100 juta. Padahal, simpanan ini akan habis dalam waktu dua sampai tiga tahun jika pengeluaran rata-rata mereka sebesar Rp 4 juta per bulan.
Setelah dua atau tiga tahun berlalu, bagaimana selanjutnya? Harus dipahami, data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015 menyatakan, harapan hidup orang Indonesia rata-rata mencapai 70 tahun. Artinya, setelah pensiun pada usia 55 atau 60, masih ada waktu 10 hingga 15 tahun lagi yang harus dibiayai ketika kita tidak lagi produktif.
Mulai mencicil
Supaya kelak kita tidak perlu membebankan hidup kepada orang lain, sebenarnya ada cara paling tepat untuk mempersiapkan dana pensiun. Bagaimana? Yakni, dengan mencicil dana pensiun sejak gajian pertama.
Bagaimana dengan biaya hidup setelah pensiun? Ada beberapa pos pengeluaran yang dapat menurun, seperti biaya transportasi atau biaya makan siang. Sebaliknya, ada pula biaya yang meningkat pesat seperti biaya kesehatan. Sektor kesehatan juga salah satu sektor yang kenaikannya tertinggi bersama sektor pendidikan.
Persoalannya lagi, biaya hidup setelah pensiun tidak turun secara signifikan. Biaya hidup setelah pensiun hanya turun menjadi 94 persen. Jika biaya hidup menjelang pensiun sebesar Rp 10 juta per bulan, hanya akan menurun menjadi Rp 9,4 juta. Tidak banyak perbedaannya.
Pemerintah memang sudah memiliki program jaminan pensiun melalui BPJS Ketenagakerjaan dengan iuran yang ditentukan dari besaran gaji. Sebagian besar perusahaan juga sudah memiliki program pensiun bagi karyawan. Akan tetapi, program itu belum tentu memadai.
Mari kita dalami. Besaran upah tertinggi yang menjadi dasar perhitungan iuran jaminan pensiun sebesar Rp 7.703.500. Dengan demikian, pada 2017 ini manfaat minimal pensiun yang diterima pekerja sebesar Rp 319.450 dan manfaat maksimal sebesar Rp 3.833.000.
Bayangkan, jika gaji terakhir kita sebesar Rp 20 juta per bulan, dan hanya mendapatkan tunjangan pensiun publik sebesar Rp 3,8 juta per bulan. Artinya, selisih antara tunjangan pensiun dan kebutuhan sangat besar. Jangankan meneruskan hobi ngopi cantik, belanja keperluan dapur saja sudah sangat berat.
Sementara program pensiun perusahaan juga berpotensi ada batasnya. Perusahaan yang mengikuti program manfaat pasti, yaitu memberikan kepastian besaran uang pensiun dapat kekurangan dana (unfunded). Biaya yang dikeluarkan untuk membayar para pensiunan tidak akan sebanding dengan iuran yang didapatkan dari pekerja aktif.
Hitung punya hitung, dana pensiun dari program publik seperti BPJS Ketenagakerjaan hanya mampu menutupi sekitar 30 persen dari kebutuhan pensiun kelak. Masih mau mengandalkan dana pensiun publik dan perusahaan?
Masih mau mengandalkan dana pensiun publik dan perusahaan?
Pilihan
Jadi, pilihannya adalah menurunkan gaya hidup karena pendapatan setelah pensiun menurun drastis atau tetap menjaga gaya hidup dengan mempersiapkan biaya pensiun sejak dini. Mempersiapkan biaya pensiun sejak dini lebih banyak manfaatnya daripada mempersiapkannya secara mendadak.
Waktu persiapan yang panjang memberi kesempatan kita untuk menempatkan investasi pada kelas aset berisiko, misalnya saham. Dalam jangka pendek, harga saham akan berfluktuasi naik dan turun. Namun, dalam jangka panjang harga saham pada umumnya menunjukkan tren naik.
Selain itu, cicilan investasi akan semakin sedikit jika dipersiapkan dalam jangka panjang dibandingkan dengan mempersiapkan ketika waktu pensiun tiba. Bahkan, bisa jadi cicilan investasi itu tidak terasa.
Faktor bunga berbunga atau compounding interest membuat hasil investasi akan lebih cepat berkembang karena investasi dilakukan dalam kurun waktu yang panjang.
Contohnya seperti terlihat di bawah ini.
Usia: 25 tahun
Pensiun: 60 tahun
Masa kerja: 35 tahun
Perkiraan kebutuhan penghasilan selama pensiun: Rp 384 juta per tahun
Perkiraan hidup setelah pensiun: 10 tahun dari usia 60 hingga usia 70 tahun
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada awal Mei 2017, dari 124,54 juta pekerja, gaji rata-rata karyawan di Indonesia hanya mencapai Rp 2,7 juta per bulan. Saat ini, upah minimum di negeri ini memang antara Rp 1,3 dan Rp 3,3 juta per bulan.
Mari kita buat perkiraan. Anggap saja, pada saat awal bekerja gaji yang kita dapatkan sebesar Rp 36 juta per tahun atau Rp 3 juta per bulan dengan prediksi kenaikan gaji sebesar 7 persen per tahun. Dengan tanpa memperhitungkan kenaikan pangkat, jabatan atau pindah pekerjaan, pada akhir tahun ke-35 akan didapatkan gaji sekitar Rp 384.356.933 per tahun atau Rp 32 juta per bulan.
Jadi, dalam waktu 10 tahun di masa pensiun diperlukan biaya sebesar Rp 384,4 juta x 10 tahun yaitu sekitar Rp 3,8 miliar untuk menjaga gaya hidup selama masa pensiun sama dengan sebelum pensiun. Banyak? Benar sekali.
Mulai berinvestasi
Jika sejak gaji pertama diterima, kita sudah membuat perhitungan ini, kita hanya perlu menyisihkan dana Rp 258.681 per bulan selama masa kerja 35 tahun. Uang ini dapat diinvestasikan pada aset dengan perkiraan imbal hasil 15 persen per tahun. Saham-saham unggulan dapat menjadi pilihannya.
Menyisihkan uang sebesar Rp 250.000-an dari gaji minimal Rp 3 juta tentu tidak sulit. Jika gaji bertambah, porsi uang yang diinvestasikan dapat juga bertambah sehingga hasil yang akan didapatkan pun lebih besar. Pensiun nyaman dengan rencana perjalanan ke sejumlah tempat eksotis, seperti Tibet atau Santorini, tanpa harus pusing memikirkan pendapatan bukan lagi sekadar impian.
Pensiun nyaman dengan rencana perjalanan ke sejumlah tempat eksotis, seperti Tibet atau Santorini, tanpa harus pusing memikirkan pendapatan bukan lagi sekadar impian.
Sebaliknya, bagaimana jika kita baru menyadari kebutuhan pensiun itu pada usia 40 atau hanya 20 tahun menjelang pensiun di usia 60 tahun? Untuk mendapatkan dana sebesar Rp 3,8 miliar tersebut, kita harus menyisihkan uang sebesar Rp 2.629.256 per bulan. Asumsi imbal hasilnya masih sama sebesar 15 persen per tahun.
Bagaimana jika mempersiapkan dana pensiun 10 tahun menjelang usia 60 tahun? Sebulan perlu disisihkan dana sebesar Rp 16.156.866 selama 10 tahun dengan imbal hasil yang mungkin lebih sedikit yakni sebesar 12,5 persen. Perkiraan imbal hasil yang lebih sedikit ini karena kita harus menurunkan risiko aset yang dipilih mengingat tenggat waktu yang semakin dekat dengan usia pensiun. Semakin sedikit tenggat waktunya semakin kecil risiko yang dapat kita tanggung.
Terlihat ada dua faktor yang sangat menentukan keberhasilan mengumpulkan dana pensiun, yaitu jangka waktu dan imbal hasil. Semakin panjang jangka waktu dan semakin tinggi imbal hasil yang didapatkan, semakin kecil cicilan investasi bulanan yang diperlukan. Baru menyisihkan uang untuk dana pensiun hanya beberapa tahun menjelang pensiun membuat cicilan investasi bulanan sangat besar. Demikian pula menyimpan dana pensiun pada tabungan atau deposito membuat aset tidak berkembang.
Dari tabel di atas terlihat semakin lama dan semakin tinggi imbal hasilnya, semakin sedikit dana yang harus kita sisihkan. Bahkan, tidak lebih mahal dari dua cangkir kopi di kedai kopi internasional.
Yuk, mulai siapkan masa pensiun.