Jack Ma, Inspirasi bagi yang Memulai E-Dagang
Hari Selasa, 22 Agustus 2017, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengundang taipan asal China, Jack Ma (52), sebagai penasihat industri e-dagang di Indonesia. Langkah ini merupakan tindak lanjut diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 mengenai Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik pada 3 Agustus 2017. Perpres ini merupakan sinyal kuat bahwa pemerintah mendukung pengembangan industri e-dagang di Indonesia. Jack Ma berperan sebagai salah satu penasihat e-dagang di Indonesia dalam steering committee yang diketuai Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.
Nama Jack Ma makin santer dibicarakan akhir-akhir ini. Jack Ma kini menjadi contoh inspirasi bagi banyak orang yang memulai e-dagang.
Jack Ma, pendiri dan pemimpin Alibaba.com, perusahaan e-dagang asal China, menjadi orang terkaya di China dan menjadi orang China daratan pertama yang masuk dalam daftar orang terkaya dunia versi majalah Forbes dengan kekayaan bersih 38,2 miliar dollar AS (per Agustus 2017), meningkat dibandingkan kekayaannya pada Juni 2015 sebesar 25,5 miliar dollar AS.
Di China, Jack Ma melampaui kekayaan pemilik Tencent Holding, Ma Huateng. Jack Ma menjadi orang ke-17 terkaya di dunia. Sepanjang tahun 2017, nilai saham perusahaannya naik 90 persen. Dalam empat tahun ini, kekayaan bersih Jack Ma melonjak lima kali lipat.
Kehidupan Jack Ma memang menarik. Dia tidak pernah menjadi juara di sekolah. Dia berulang kali mengalami penolakan. Dia pernah ditolak masuk universitas. Berulang kali pula dia melamar pekerjaan dan ditolak berbagai perusahaan. Tak seorang pun yakin dengan masa depan Jack Ma. Namun, lelaki kelahiran Hangzhou, China, ini tidak pernah menyerah.
Pelajaran yang dapat dipetik dari seorang Jack Ma adalah dia tumbuh dari kehidupan yang sangat miskin dan dia bukan seorang juara di sekolahnya. Dia pernah tiga kali gagal masuk ke universitas, tetapi terus mencobanya sampai berhasil.
Ketika akhirnya berhasil menikmati pendidikan tinggi, Jack Ma memastikan, dia juga menggunakan waktunya untuk bekerja praktik. Dia bekerja sebagai seorang pemandu wisata di China. Dia belajar dari kerja keras dan interaksi dengan penduduk setempat serta wisatawan asing. Dia mulai mengembangkan pandangan pribadinya tentang kapitalisme dan kewirausahaan serta melihat web sebagai masa depan bisnis.
Pelajaran yang dapat dipetik dari seorang Jack Ma adalah dia tumbuh dari kehidupan yang sangat miskin dan dia bukan seorang juara di sekolahnya. Dia pernah tiga kali gagal masuk ke universitas, tetapi terus mencobanya sampai berhasil.
Terinspirasi oleh kisah-kisah Seribu Satu Malam, Jack Ma kemudian memutuskan menggunakan nama Alibaba untuk perusahaannya yang membuka pintu bagi usaha kecil dan menengah. ”Suatu hari, saya di San Francisco dan saya berpikir Alibaba adalah nama yang baik. Alibaba membuka akses untuk perusahaan-perusahaan kecil dan menengah,” katanya.
Filosofi Jack Ma semuanya tentang hubungan pribadi juga bagaimana dia merekrut orang. ”Jangan mempekerjakan orang yang paling berkualitas, tetapi carilah yang paling gila,” katanya tertawa. ”Anda membutuhkan orang dengan ide-ide yang berbeda untuk membuat perusahaan ini hidup, bukan orang-orang yes men,” ujarnya.
Guru bahasa Inggris
Ketika berbicara dalam acara makan siang pada Economic Club of New York, Selasa (9/6/2015), Jack Ma mengungkapkan, periode menjadi guru bahasa Inggris menjadi masa terbaik dalam hidupnya. Setelah lulus dari perguruan tinggi tahun 1988, dia bekerja sebagai guru bahasa Inggris di universitas di kota kelahirannya, Hangzhou. Dia hanya mendapatkan gaji 12 dollar AS sebulan, menurut program dokumenter tentang hidup Jack Ma berjudul Crocodile in the Yangtze.
”Ketika tidak memiliki banyak uang, Anda tahu bagaimana menghabiskannya,” ujar Ma. ”Uang 1 miliar dollar AS bukanlah uang Anda. Uang yang saya miliki hari ini adalah tanggung jawab. Itu merupakan kepercayaan orang terhadap saya,” katanya.
Ini bukan pertama kali Jack Ma berbicara tentang bebannya menjadi seorang miliarder. Ketika berbicara dalam sebuah panel di Clinton Global Initiative di New York, Jack Ma melihat hari-harinya sebagai guru bahasa Inggris sebagai pengalaman fantastis, menurut CNN Money. Dia mengatakan kepada setiap orang, ”Dengan 1 juta dollar AS, Anda menjadi beruntung. Namun, ketika Anda memiliki 10 juta dollar AS, Anda mendapat masalah.”
Setelah penjualan saham perdana Alibaba, Jack Ma kepada CNBC mengatakan, tekanan datang dengan tanggung jawab kepada dia, apalagi kini dunia berfokus pada nilai saham Alibaba. ”Penjualan saham perdana besar karena saya senang dengan hasilnya. Namun, ketika orang berpikir terlalu tinggi tentang Anda, Anda memiliki tanggung jawab untuk tenang dan menjadi diri sendiri,” katanya.
Pada 1999, Jack Ma mengumpulkan 17 teman dan murid di apartemennya di Hangzhou untuk berbagi visi menaklukkan pasar global. Mereka mengumpulkan uang 60.000 dollar AS sebagai modal awal dan mendirikan pasar online business to business yang bertujuan untuk menghubungkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di seluruh China terhubung dengan pembeli global. Mereka memulai dengan perusahaan e-dagang sederhana dan membutuhkan waktu empat tahun untuk mendapatkan keuntungan.
Sejak itu, Alibaba memperluas perusahaan keluarga itu untuk lebih dari 25.000 karyawan. Hal itu diikuti dengan pencapaian terbesar dalam sejarah penjualan saham perdana yang tercatat 25 miliar dollar AS. Untuk memahami besarnya pencapaian ini, Alibaba melayani 100 juta pembeli dalam sehari dan telah menciptakan 40 juta pekerjaan di China.
Rahasia sukses
Jadi, apa formula rahasia sukses Alibaba dan apa budaya perusahaan yang unik yang mengubah Jack Ma dari seorang guru bahasa Inggris menjadi godfather pengusaha global asal China? Hidup mengajarkan Jack Ma sejak awal pelajaran tentang kerasnya penolakan. Jack Ma menyebutkan, dia pernah ditolak 30 kali ketika melamar pekerjaan, gagal dalam ujian universitas, ditolak masuk Universitas Harvard, bahkan gagal mendapatkan posisi di KFC.
Dalam pidatonya di Universitas Stanford tahun 2015, Jack Ma mengatakan, ”Tak seorang pun mengatakan, saya akan menjadi seorang yang mampu melakukan sesuatu bermakna di masa depan. Saya tidak pernah berpikir akan memiliki masa depan seperti hari ini.”
Pengalaman mengalami kegagalan tidak sekadar menjadi bahan bakar yang memompa semangat juangnya. Namun, itu juga membuatnya setia pada visi untuk menciptakan kondisi optimal yang memungkinkan rekan dan karyawan paling dekatnya merasa menjadi bagian nyata dari kehadiran Alibaba. Pentingnya loyalitas dan membangun tim kuat-erat menjadi sentral dalam filosofi bisnisnya.
Menurut Joe Tsai, Wakil Pemimpin Alibaba, Jack Ma adalah orang terbuka dan inklusif yang tahu bagaimana untuk berbagi.
Tak seorang pun mengatakan, saya akan menjadi seorang yang mampu melakukan sesuatu bermakna di masa depan. Saya tidak pernah berpikir akan memiliki masa depan seperti hari ini.
Jack Ma sering menanamkan kepada karyawannya semangat untuk menang, nilai-nilai perusahaan yang kuat, dan keyakinan bahwa bersama-sama mereka dapat melakukan dan menjadi apa pun. ”Kami akan membuatnya karena kami masih muda dan kami tidak pernah menyerah,” katanya. Itu merupakan kata-kata yang digunakan Jack Ma pada hari-hari awal Alibaba untuk menginspirasi dan mendorong timnya.
Pada tahun-tahun keberhasilan berikutnya, Jack Ma menambahkan, ”Kami tetap percaya bahwa di masa depan orang-orang normal dapat melakukan hal-hal luar biasa.”
Elemen yang benar-benar unik dari budaya perusahaan Alibaba adalah dampak dari mitos dan legenda novel-novel seni bela diri China yang telah menjadi realitas sehari-hari karyawannya. Jack Ma senang dengan pahlawan-pahlawan kungfu sejak dia masih remaja dan ini membentuk strategi bisnisnya.
Dia mentransfer kebajikan dan kekuatan legenda-legenda itu ke dalam dirinya dan karyawannya. Para anggota stafnya bahkan dijuluki dengan karakter novel-novel kungfu. Ini tidak hanya menjadi latihan menyenangkan dalam budaya Alibaba, tetapi juga metode untuk hierarki yang rata. Mereka yang berada di puncak perusahaan disebut dengan julukan mereka. Jack Ma dijuluki sebagai ”Feng Qingyang” yang mengacu pada pemain pedang legendaris yang tertutup, tak terduga, dan agresif.
Mempertahankan visi sebagai jantung dan jiwa perusahaannya, Jack Ma menilai agama melekat pada prinsip ”hidup serius dan bekerja dengan senang hati”. Dia berperan serta dalam upacara pernikahan massal karyawannya setiap tahun. Dia ingin karyawannya hidup bahagia dan menikmati hidup.
Hidup seperti sungai mengalir di arah yang berbeda. Bagaimana cara menyalurkan, melepaskan, mengumpulkan, atau melarutkannya, itu juga cara Anda mengelola perusahaan.
Satu hal lain yang mengubah Alibaba dari perusahaan start up sederhana menjadi pemain global adalah tai chi, yang dipandang sebagai bagian penting dari budaya perusahaan dan program kesejahteraan karyawan. Itu merupakan kunci strategi Jack Ma dan filosofi hidupnya.
Seni bela diri kuno memanfaatkan dan mengarahkan energi yang dipraktikkan langsung oleh karyawan. Bahkan, ini menjadi bagian penting dalam proses perekrutan.
Jack Ma sendiri adalah master seni bela diri. ”Tai chi seperti yin dan yang. Hidup seperti sungai mengalir di arah yang berbeda. Bagaimana cara menyalurkan, melepaskan, mengumpulkan, atau melarutkannya, itu juga cara Anda mengelola perusahaan,” katanya.