JAKARTA, KOMPAS — Upaya menumbuhkan nasionalisme tak cukup hanya dengan wacana. Perlu ditempuh cara-cara yang lebih konkret, yakni menampilkan prestasi anak bangsa.
”Dengan cara itu diharapkan tumbuh optimisme untuk bangkit dari segala krisis,” kata Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif ketika membuka Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center, Senin (21/8).
Acara ini antara lain diisi pemberian penghargaan untuk 72 orang berprestasi yang menjadi ikon bangsa di empat kategori, yakni sains dan inovator, olahraga, seni budaya, dan pegiat sosial. Acara yang berlangsung hingga Selasa (22/8) ini juga diisi dengan pameran dan diskusi.
Dalam sambutannya, Yudi mengatakan, optimisme tak bisa ditumbuhkan oleh ketakutan. ”Warisan terbaik bangsa bukan politik ketakutan, tapi politik harapan. Kita merdeka di atas tiang-tiang harapan,” ucap Yudi.
Ia menambahkan, gelap hanya bisa dilawan oleh cahaya. Hanya dengan menumbuhkan energi positif, yaitu dengan merayakan keteladanan dan prestasi, bangsa ini bisa meraih kemajuan.
Di sela-sela acara pembukaan, Yudi mengatakan, dengan merayakan prestasi-prestasi yang lahir dari Sabang sampai Merauke, masyarakat Indonesia diajak untuk menyadari bahwa keberagaman merupakan identitas bangsa.
”Ketika mereka dipertemukan di sini, mereka dapat saling berbagi dan menyemangati. Mereka bisa membuat agenda bersama sehingga pengaruh positif mereka terhadap masyarakat dapat lebih luas,” kata Yudi.
Nia Sjarifuddin, anggota tim seleksi 72 ikon prestasi ini, menyatakan, proses pemilihan putra-putri berprestasi dilakukan selama sebulan. Mereka umumnya dipilih karena prestasinya telah diakui secara internasional. Namun, ia juga menjelaskan, tokoh-tokoh yang belum pernah mendapatkan penghargaan juga dipilih jika sumbangsihnya terhadap masyarakat sekitarnya dinilai besar.
Ikon-ikon berprestasi ini antara lain adalah mantan pebulu tangkis Alan Budi Kusuma, mantan ibu negara Sinta Nuriyah, sutradara Garin Nugroho. Terdapat juga sederet nama anak muda, seperti pianis jazz Joey Alexander dan Michael Gilbert (peraih 8 medali emas berbagai olimpiade sains). Wartawan Kompas, Ahmad Arif, juga menjadi salah satu ikon.
Lynna Chandra, aktivis sosial yang turut dikukuhkan sebagai ikon, mengatakan, sila-sila Pancasila menjadi jiwa dari kegiatannya dalam merawat pasien anak-anak kanker dan HIV di Yayasan Rumah Rachel, Jakarta Barat. (DD17)