BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Stok garam yang kian menipis tidak hanya menganggu industri pengolahan ikan, tetapi juga berdampak pada usaha mikro, kecil, dan menengah. Pelaku usaha terpaksa menghemat penggunaan garam.
Sejumlah pelaku usaha tahu di Kelurahan Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Kota Bandar Lampung, yang ditemui Kompas, Kamis (27/7), mengatakan, garam semakin sulit didapat. Jika biasanya mereka mencari garam di warung terdekat, kini garam harus dicari hingga ke pasar tradisional atau distributor garam.
”Stok garam di warung sering kali habis sehingga saya harus mencari langsung ke distributornya,” kata Sujadi (60), salah satu pembuat tahu di Kelurahan Gunung Sulah.
Saat kondisi normal, dia membutuhkan 2-3 kilogram garam untuk membuat 150 kilogram tahu per hari. Namun, sejak garam sulit didapat, dia terpaksa mengurangi takaran garam hingga separuhnya.
Sujadi mengatakan, kenaikan harga garam yang mencapai tiga kali lipat tidak membuat biaya produksi membengkak. Pasalnya, penggunaan garam untuk pembuatan tahu relatif rendah. Namun, produksi tahu terganggu jika pelaku usaha tidak mendapat stok garam.
Hal serupa juga dikatakan oleh pembuat tahu lainnya, Sulastri (50). Menurut dia, sejumlah pembuat tahu memilih mengurangi produksi karena khawatir stok garam benar-benar habis.
Sulastri, yang biasanya memproduksi 150 kilogram tahu, kini hanya membuat 100 kilogram tahu per hari. Penggunaan garam dihemat dari 2 kilogram menjadi 1 kilogram. Dia tidak mengurangi takaran garam untuk mempertahankan rasa asin tahu. ”Kami menghemat garam yang ada agar dapat digunakan sampai beberapa minggu ke depan,” ujarnya.
Menurut dia, ada sekitar 100 pembuat tahu di Kecamatan Way Halim yang membutuhkan garam setiap harinya. Kebutuhan garam untuk usaha tahu di Kecamatan Way Halim mencapai 200 kilogram per hari.
Secara terpisah, pengurus Tim Percepatan Pembangunan Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Provinsi Lampung, Untung, mengatakan, stok garam di Lampung masih bergantung pada pasokan dari Jawa. Untuk itu, berkurangnya pasokan garam dari Jawa akan berdampak pada kelangsungan industri pengolahan ikan dan makanan.
Dia mengatakan, pantai di wilayah Lampung kurang baik jika dikembangkan sebagai tambak garam. Selain tingkat salinitas yang tergolong rendah, Lampung juga tidak memiliki musim kemarau yang cukup panjang yang dibutuhkan untuk memproduksi garam.
Pantai di wilayah Lampung kurang baik jika dikembangkan sebagai tambak garam.