Gebrakan Airbnb di Era Pelancong Digital
Sejak memulai debut komersialnya tahun 2008, Airbnb Inc telah menjadi rujukan bagi pelancong wisata yang mencari akomodasi tempat tinggal unik dan murah. Kehadirannya sempat dianggap sebagai pengganggu atau disrupter oleh pengelola hotel di seluruh dunia. Hal itu tidak menghancurkan bisnis, sebaliknya malah kian memopulerkan Airbnb sebagai pelopor sistem ekonomi berbagi di sektor jasa penginapan.
Kompas berbincang dengan Robin Kwok selaku Country Manager Airbnb area Asia Tenggara, Hongkong, dan Taiwan, Senin (29/5) petang, di Cosmo Park Thamrin City Townhouse, Jakarta. Berikut petikan wawancaranya:
Kompas (K): Apa konsep yang sebenarnya diusung Airbnb?
Robin (R): Ini kedua kali saya berkunjung ke Jakarta. Saya merasakan kehangatan yang terpancar dari warga di sini. Mereka semua ramah-tamah terhadap orang asing. Hal itulah yang Airbnb usung. Banyak pelancong wisata di seluruh dunia menginginkan tempat tinggal sementara yang unik, nyaman, penuh nuansa kehangatan, dan ramah-tamah. Begitu pula dengan pemilik properti tempat tinggal. Kami bertemu dengan sejumlah pemilik properti yang terdaftar sebagai anggota Airbnb. Mereka mengaku suka berbagi cerita, kehangatan, dan beramah-tamah. Mereka rela merombak rumah atau tempat tinggal.
Rumah Stonbo di Taiwan, misalnya. Lokasinya terletak di daerah pegunungan dan hutan. Pemiliknya merancang betul keseluruhan arsitektur agar menyerupai kerangka serangga. Ada delapan kamar. Saya pernah menginap di sana. Selain desainnya unik, saya merasakan nuansa hangat dan ramah-tamah bak rumah sendiri.
(K): Anda menyebutkan desain arsitektur unik. Apakah rata-rata properti tempat tinggal yang didaftarkan unik dan sangat lokal?
(R): Sekitar 75 persen dari total properti di Airbnb mengusung desain sangat lokal dan terletak di suburban atau luar kota. Di Ubud, Bali, saya menemukan sejumlah anggota memiliki properti dengan desain khas daerahnya. Lokasinya pun di dekat persawahan. Contoh seperti ini disukai para pelancong wisata.
(K): Pencapaian Airbnb sampai saat ini seperti apa?
(R): Kami hadir di 191 negara dengan jumlah kota mencapai 65.000. Sebanyak tiga juta lebih properti tempat tinggal atau rumah terdaftar di platform kami pada akhir tahun 2016. Total pengguna mencapai lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia. Kami ingin menjadi rujukan utama pencarian akomodasi tempat tinggal unik, nyaman, dan terjangkau.
Mengutip laman Morning Call, pada awal Mei 2017 Airbnb berencana mengenalkan fitur pencarian yang dirancang untuk pelancong bisnis. Fitur ini akan memungkinkan para profesional untuk menyaring rumah atau apartemen khusus kebutuhan bisnis. Syarat-syaratnya adalah tempat tinggal tersebut harus memiliki meja kerja, Wi-Fi, check-in melalui kunci pintu atau kunci digital, dan berbagai fasilitas menyerupai sebuah hotel, seperti sampo gratis, pengering rambut, dan setrika.
David Holyoke, Kepala Divisi Perjalanan Bisnis Airbnb, menyebutkan, ada 250 perusahaan yang mendaftar di Airbnb. Mereka memesan dan mengelola perjalanan bisnis pada tahun 2015. Tahun lalu, jumlah orang yang menggunakan Airbnb untuk tujuan bisnis meningkat tiga kali lipat dan diperkirakan meningkat empat kali lipat tahun 2017.
(K): Apa inovasi lain yang tengah ditawarkan kepada pengguna?
(R): Kami mengembangkan fitur Trips. Melalui fitur ini, pelancong bisa memesan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas pariwisata atau industri kreatif di destinasi. Misalnya, latihan tinju khas Thailand di Bangkok atau pelatihan membuat minuman cocktail. Fitur ini sudah bisa diakses di beberapa kota di negara kawasan Asia Pasifik, misalnya Bangkok, Hongkong, dan Ho Chi Minh. Kami akan membuka lagi di Singapura dan Sydney. Sayangnya, kami belum berencana membukanya di Indonesia.
(K): Ini pertanyaan favorit yang sering dilontarkan media. Apa pandangan Airbnb mengenai pasar di Asia dan khususnya Indonesia?
(R): Jumlah pelancong digital Indonesia tumbuh pesat. Kami pernah riset dan hasilnya memperkirakan jumlah pelancong digital Indonesia meningkat sampai 19,2 juta orang pada akhir tahun 2022.
Anda harus tahu bahwa sejumlah kota di Indonesia telah menjadi destinasi favorit konsumen Airbnb, misalnya Yogyakarta, Denpasar, dan Surabaya. Beberapa konsumen yang kami tanya mengaku Indonesia memiliki kekayaan budaya. Para pemilik properti tempat tinggal tidak segan berbagi pengalaman budaya. Komunikasi di antara mereka tetap terjalin bagaikan saudara.
Kami mencatat, lebih dari 38.000 properti tempat tinggal, baik rumah maupun apartemen, terdaftar di Airbnb Indonesia. Outbound tourist dari Indonesia tumbuh 2,5 kali, sedangkan inbound tourist ke Indonesia naik 800 persen tahun lalu.
(K): Apa strategi bisnis Airbnb tahun 2017?
(R): Kami ingin semakin menjadi lokal. Platform kami sekarang mempunyai fitur bahasa setempat, misalnya bahasa Indonesia. Kami juga mengembangkan sistem pembayaran yang mudah, transparan, dan aman. Kami mengedepankan pemasaran digital, seperti melalui media sosial, untuk meningkatkan citra bisnis.
(K): Bagaimana dengan isu Airbnb mengganggu tatanan regulasi bisnis yang sudah mapan, seperti hotel?
(R): Di setiap negara memiliki isu berbeda. Kami menghadapi isu seputar pajak dan perizinan usaha. Bagaimanapun, kami berusaha mengikuti segala ketentuan pemerintah di negara di mana Airbnb beroperasi.
Mengutip Bloomberg, Airbnb mencatatkan keuntungan pada semester kedua tahun 2016. Kala itu, pendapatan perusahaan meningkat lebih dari 80 persen. Sejak tahun 2008 hingga 2017, Airbnb telah mengumpulkan modal 3,1 miliar dollar AS dan masih memiliki hampir semua pendanaannya.