Green Youtefa Performing Art Hadir di Jayapura
JAYAPURA, KOMPAS- Untuk pertama kalinya hadir Green Youtefa Performing
Art di Kota Jayapura yakni pagelaran seni berupa tari-tarian hingga
peragaan busana dengan mengangkat tema konservasi hutan bakau.
Kegiatan ini terselenggara di Dermaga Abesau, Distrik Abepura, Sabtu
(25/3).
Kegiatan ini diinisiasi Forum Peduli Port Numbay Green, Istitut Seni
Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, masyarakat Kampung Enggros, dan
Dinas Pariwisata Provinsi Papua.
Turut hadir dalam kegiatan ini Kepala Bidang Internalisasi dan Sadar
Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Yabez Tosia, Kepala
Dinas Pariwisata Kota Jayapura Bernard Fingkreuw dan Rektor Isbi
Tanah Papua I Wayan Rai.
Green Youtefa Performing Art menampilkan peragaan busana yang
menggunakan bahan daur ulang, tarian lemon nipis dari Kampung Enggros,
aneka jajanan dan kerajinan tangan khas kota Jayapura. Misalnya kalung
yang terbuat dari kerang.
Pada acara puncak ditampilkan secara teatrikal dengan mengangkat judu
Hutan Perempuan. Dikisahkan suasana hutan bakau di Teluk Youtefa yang
tercemar karena dipenuhi banyak sampah yang dibuang manusia.
Kondisi tersebut menyebabkan para ibu yang bermukim di sekitar hutan
tak dapat lagi mengambil kerang pada saat air surut untuk dijadikan
salah satu makanan pokok di rumahnya.
Kemudian hadir seorang peri bumi yang dibantu masyarakat adat setempat
dengan penuh perjuangan untuk membasmi raja sampah bersama
prajuritnya.
Ketua Panitia Green Youtefa Performing Art (GYPA) Fredrik Wanda saat
ditemui mengatakan, kegiatan tersebut tak hanya menampilkan unsur
kesenian saja. Namun, lanjut Fredrik, pihaknya ingin mengedukasi
masyarakat Kota Jayapura agar tidak sembarang membuang sampah ke Teluk
Youtefa yang merupakan habitat hutan bakau.
"Sebanyak 186 penari dari Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG),
warga Kampung Enggros, dan ISBI Tanah Papua yang menampilkan acara
teatrikal tersebut. Rencananya kami akan menyelenggarakan acara ini
setiap tahun," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua FPPNG.
Yabez selaku perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif menyatakan, acara GYPA adalah salah satu langkah konkret
untuk mewujudkan target pemerintah yakni mendatangkan 20 wisatawan
mancanegara ke Indonesia pada tahun 2016.
"Acara ini sangat unik karena tak hanya menampilkan kampung wisata
seperti Enggros di sekitar Youtefa dan seni tarian. Namun, adanya
kesadaran dari para aktivis lingkungan, akademisi, dan masyarakat
setempat untuk menjaga kelestarian alam destinasi wisata ini sehingga
bernilai ekonomis tinggi," tutur Yabez.
Ketua Lembaga Masyarakat Adat Port Numbay George Awi mengapresiasi
hadirnya kegiatan GYPA karena berperan penting meningkatkan kesadaran
warga setempat atas potensi sektor pariwisata dan konservasi hutan
bakau di lingkungan sekitar mereka.