Adhi Agung Wahyu Utomo, Merintis Masa Depan dari Balik Penjara
Adhi Agung Wahyu Utomo (37) intens membudidayakan tanaman dalam penjara.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Nasib orang sulit ditebak. Dalam kondisi terpuruk akibat masalah hukum, Adhi Agung Wahyu Utomo (37) justru menemukan jalan untuk merintis bisnis budidaya tanaman anthurium dan aglonema dari balik terali penjara. Keterampilan itu ia bagikan kepada narapidana lain dan para petugas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Magelang.
Jalan hidup Adhi seperti rollercoaster yang meluncur dari atas ke bawah lantas naik lagi. Pada periode 2011-2017, ia adalah pedagang barang-barang elektronik yang lumayan sukses. Belakangan usahanya kolaps lantaran ditipu oleh rekanannya hingga rugi Rp 3 miliar. Ia terpaksa menjual semua aset yang dimilikinya, lantas mencari pekerjaan serabutan agar bisa membayar utang ke bank.
Tidak mau seperti itu terus, tahun 2017 ia mulai melirik bisnis tanaman hias. Ia terinspirasi cerita sukses seorang penjual tanaman hias yang bisa menyekolahkan lima anaknya hingga level sarjana. Dari situ, ia melihat bisnis ini cukup prospektif. Ia pun mulai belajar membudidayakan tanaman hias, yakni anthurium dan aglonema, secara otodidak.
Di tahap rintisan, keuntungan yang ia peroleh masih minim, antara Rp 400.000-Rp 500.000 per bulan. Beruntung, ketika itu kebutuhan hidup keluarga terbantu oleh istrinya yang punya penghasilan dari penjualan aksesori dan kosmetik secara daring.
Ketika sedang merintis usaha tanaman hias, Adhi justru tersandung masalah hukum. Ia mesti mendekam selama 12 bulan di Lapas Kelas II A Magelang lantaran melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik pada 2020. Ia menjalaninya selama 12 bulan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Magelang.
Peristiwa itu memukul mentalnya. Namun, ia tidak mau larut dalam keterpurukan. Ia pun berusaha mencari kesibukan dengan merawat dan mengembangkan tanaman anthurium yang terabaikan di lingkungan penjara. Ia lakukan dengan memanfaatkan botol air mineral bekas sebagai pot.
”Kalau sebatas pasif mengikuti kegiatan di penjara saja, saya takut kemampuan membudidayakan anthurium dan aglonema perlahan hilang karena tidak terasah dan tidak pernah digunakan,” cerita Adhi di rumahnya di Desa Sumurarum, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (2/3/2024).
Satu-dua bulan berikutnya, ia mulai mengembangkan bibit anthurium dan aglonema. Semangatnya membudidayakan tanaman itu ternyata menular ke teman-teman sesama penghuni penjara dan petugas lapas. Maka, ia bagikan bibit tanaman itu kepada mereka dan ia latih keterampilan mereka.
Budidaya anthurium dan aglonema belakangan menjelma menjadi kegiatan pelatihan keterampilan bagi para napi dan petugas lapas. Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lapas Kelas II A Magelang Waskito Budi Darmo mengatakan, selama berada di Lapas, Adhi ditunjuk sebagai tahanan pendamping petugas karena memenuhi syarat berkelakuan baik dan bukan residivis. Ia diberi tugas melatih dan mendampingi para napi.
Sejumlah napi yang sudah terampil membudidaya anthurium dan aglonema lalu menjadi guru bagi napi lainnya. Setelah keluar dari penjara, ada juga yang menjalankan usaha tanaman hias.
Usaha baru
Setelah menyelesaikan hukumannya dan keluar dari penjara, Adhi sadar bahwa sebagai mantan napi ia tidak akan mudah mendapatkan pekerjaan di kantor atau usaha apa pun. ”Kami, para mantan narapidana, sulit diterima bekerja karena selalu dipandang sebagai orang yang sulit dipercaya (bisa berlaku dan bekerja dengan baik dan benar),” katanya. Para mantan narapidana, lanjut Adhi, biasanya juga dicurigai telah belajar berbagai hal berbau kriminal di penjara, dan berpotensi melakukan hal-hal buruk di lingkungannya.
Adanya aktivitas bekerja itu akan memberi para mantan narapidana kesibukan yang menenangkan pikiran dan bisa membantu mereka secara ekonomi.
Alih-alih mencari kerja, Adhi mencoba menghidupkan lagi usaha budidaya anthurium dan aglonema dari nol. Namun, ia tidak memiliki modal. Sejumlah teman yang mengetahui Adhi sedang kesulitan modal menawari pinjaman modal. Namun, ia menolaknya. ”Saya ingin memulai hidup baru dengan usaha sendiri, bukan dari pinjaman atau bantuan.”
Akhirnya, Adhi mencoba mengumpulkan modal dengan menjadi perantara bisnis tanaman hias milik teman dan kerabat. Ia gunakan gawai untuk memotret tanaman hias yang ia jual, lantas mengunggahnya di media sosial.
Hasilnya berbuah manis. Dalam kurun waktu 1,5 tahun, ia berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 500 juta. Uang itu ia pakai sebagai modal usaha budaidaya tanaman hias sendiri bernama Mahkota Anthurium dan Aglonema. Ia berkeliling ke beberapa daerah untuk mencari tanaman jenis langka yang bisa ia budidayakan.
Usaha budidaya anthurium dan aglonema itu berjalan dengan baik. Omzet rata-ratanya bisa mencapai Rp 30 juta per bulan. Penjualan lebih banyak melalui media sosial dan lokapasar. Di luar, itu ia mengembangkan usaha penjualan media tanam buatan sendiri. Pemasarannya sudah hampir seluruh Indonesia.
Saat ini, Adhi sedang menata dan menyiapkan tempat bagi belasan perantara yang membantu dirinya menjual tanaman hias ke beberapa daerah. ”Dulu saya sempat menjadi calo (perantara). Sekarang sudah sepantasnya saya membantu mereka yang kini masih menjadi calo. Saya pernah merasakan menjadi teman senasib sepenanggungan mereka,” ujarnya.
Ia juga berupaya membantu mantan narapidana yang kesulitan mendapat pekerjaan dan tidak semuanya memiliki modal untuk menjalankan usaha. Ia khawatir mereka kembali ke jalan kegelapan lantaran masalah ekonomi. Dia berharap pemerintah memikirkan masa depan mantan narapidana selepas dari keluar penjara dengan lebih serius. Tidak cukup hanya dengan memberi bekal keterampilan, tetapi juga menyediakan lapangan kerja.
”Sekalipun tidak dengan standar upah tinggi, adanya aktivitas bekerja itu akan memberi para mantan narapidana kesibukan yang menenangkan pikiran dan bisa membantu mereka secara ekonomi,” ujarnya.
Di luar itu, Adhi menyebarkan ilmu budidaya anthurium dan aglonema lewat Youtube. Di setiap unggahan video, dia selalu mencantumkan nomor telepon seluler agar bisa dikontak pemirsanya. ”Setiap hari selalu ada saja pertanyaan yang masuk dan saya jawab melalui WA,” ujarnya