Isam, Dulu Menjarah Kini Menjaga
Isam dulu penjarah hutan, kini melestarikan alam Kalimantan Tengah. Petualangan kotor di hutan berganti cinta alam.
Dulu, Samsu alias Isam (39) keluar-masuk hutan untuk menambang emas dan membalak tanpa izin. Kini, Ia hidup lebih tenang bersama alam lestari yang ia jaga.
Memori kelam 20 tahun lalu itu masih sulit Isam lupakan. Petualangan ketika membalak di hutan seberang Sungai Sekonyer diendus polisi. Sempat berbohong saat ditanya letak penyimpanan peralatannya, nyali Isam ciut ketika polisi menggertaknya. ”Di balik semak-semak itu,” kata Isam, akhirnya mengaku.
Di sana, warga Desa Sekonyer, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, itu menyembunyikan gergaji mesin dan peralatan lain.
Pengakuan itu mengubah hidupnya. Tidak ada peluru tajam yang dimuntahkan. Namun, sejak itu, Isam hidup tak tenang. Masih membalak liar selama empat bulan sejak ditangkap, Isam ingin hidup dengan pekerjaan baru.
Dia sadar, penghasilan besar saat membalak tidak sepadan jika nyawanya melayang. Namun, saat bersamaan dia belum tahu harus bekerja apa. ”Dalam dua minggu, saya bisa dapat Rp 2 juta (dari membalak),” kata Isam di Sekonyer, Kamis (22/2/2024).
Hingga akhirnya, jawaban itu ternyata tidak jauh-jauh dari hidupnya. Isam belajar dari ayahnya, seorang petani sayur.
Hidup ayahnya jauh lebih tenang ketimbang Isam. Dari pekerjaannya menanam sayur, hasilnya tidak main-main. Dari bertani, ayahnya bahkan bisa menghidupi sembilan anak. ”Saya ingin hidup tenang, tidak dikejar aparat,” katanya.
Jaga alam
Tak butuh waktu lama, gayung bersambut. Lamarannya masuk ke yayasan itu dan diterima Agustus 2004. Sebagai warga lokal, Isam dianggap tahu betul kawasan itu.
Pekerjaan awalnya mengurus orangutan. Untuk itu, Isam dibayar Rp 450.000 per bulan, jauh dari penghasilannya saat membalak. ”Awalnya kaget, uang ini cukup enggak ya buat hidup, apalagi saya udah punya anak,” ucap Isam.
Akan tetapi, Isam menganggap semua ujian hidup memberi kebaikan. Apalagi, ia didukung keluarga. Istrinya tidak protes. Dia justru membantu Isam menambah penghasilan, mulai dari berjualan sayur, buah, hingga gelang dan cincin.
”Bapak juga menitipkan sepetak lahan. Di sana, kami menanam sayur,” katanya.
Baca juga: Banjir Berulang, Saatnya Wujudkan Rencana Panjang Mitigasi di Kalteng
Kehidupannya bersama orangutan berlangsung enam bulan. Ia mendampingi orangutan terdampak konflik untuk kembali liar dan siap dilepaskan ke alam. Dari sana, ia sedikit banyak tahu tentang sikap dan perilaku mamalia besar itu.
Setelah dinilai berhasil mengurus orangutan, Isam ditugaskan ke program penanaman pohon. Program itu tak hanya menyelamatkan kawasan hutan yang rusak tetapi juga membuat habitat satwa di hutan.
Awalnya, Isam diberi tugas mengurus 14 hektar lahan di dalam kawasan TNTP. Namun, karena sekadar menanam, banyak pohon yang ia tanam saat itu mati. ”Saya tidak mau berhenti. Saya belajar terus sama yang sudah ahli di FNPF, hingga akhirnya lebih banyak pohon yang tumbuh,” katanya.
Pohon itu harus dihormati, caranya gampang. Kenali pohon yang kamu tanam.
Lama ikut melestarikan alam, cinta itu bertambah besar. Bila dulu ia khawatir dengan penghasilan yang minim, waktu mengubahnya.
Tanpa anggaran dari FNPF, misalnya, ia mengumpulkan sampah kemasan untuk dijadikan polybag penyemaian pohon.
Isam dan ayahnya bahkan mengumpulkan uang hingga bisa membeli lahan petak demi petak di luar kawasan TNTP untuk dijadikan hutan jerumbun, yang secara harfiah bisa diartikan sebagai kawasan luas yang hijau. Ada lahan yang dibeli dengan harga Rp 5 juta sampai lebih dari Rp 15 juta dengan berbagai ukuran.
Baca juga: Tubuh-tubuh Kecil di Antara Risiko Besar Pekerjaan Orangtuanya
Jerumbun merupakan kawasan konservasi yang berada di kawasan lindung, statusnya justru area penggunaan lain (APL). Namun, jika di lahan lain APL dijadikan kebun sawit atau tambang, Isam justru pilih menyelamatkannya dari berbagai aktivitas ilegal.
Kompas diajak melihat bekas-bekas penambangan mereka yang kini merupakan tanah berpasir dengan banyak tanaman liar tumbuh di atasnya. Diperkirakan ada jutaan pohon hidup di sana. ”Pelan-pelan dia (alam) pulihnya. Kalau merusaknya itu sehari juga bisa,” jelas Isam.
Belum berakhir
Niat Isam dan teman-temannya itu disambut baik FNPF. Yayasan tersebut menambah luasan lahan yang ada dengan mencari donatur untuk membeli lahan lainnya di sekitar itu. Jerumbun yang awalnya hanya 13 hektar kini menjadi 104 hekar. Petambang liar yang dulu merusak alam berbalik ikut Isam melestarikan kawasan.
Kini, Isam, kawan-kawannya, dan FNPF setidaknya sudah menanam 2 juta pohon nyaris 20 tahun terakhir. Isam bahkan menjadi Manajer FNPF yang bertanggung jawab untuk program 10 juta pohon yang akan ditanam di berbagai wilayah yang rusak.
”Pohon itu harus dihormati, caranya gampang. Kenali pohon yang kamu tanam,” kata Isam.
Baca juga: Wisdariman, Seniman Dayak Pelestari Keberagaman
Setelah lepas dari jerat masa lalu, Isam yang lulusan SD ini mencoba membuat jerumbun yang dia buat mendunia. Misinya perlahan tercapai. Jerumbun menjadi kawasan percontohan pemulihan lingkungan. Banyak sukarelawan, pelajar, hingga peneliti dalam dan luar negeri datang belajar pelestarian alam.
”Ini (pohon) balangeran atau Shorea balangeran. Kalau yang ini namanya (pohon) ubar atau Eugenia cymosa,” jelas Isam kepada pengunjung asal Jepang dengan bahasa Inggris pada Kamis (22/2/2024). Isam bahkan bisa menjelaskan manfaat pohon yang ditanam, mulai dari kulitnya hingga akar, mulai dari untuk tanaman obat hingga pakan orangutan.
Isam kini hidup jauh lebih tenang dengan alam di sekitarnya yang jauh lebih hijau. Dia tidak pernah menyalahkan masa lalu. Namun, ia kini sangat mensyukuri kehidupannya bersama alam yang diasuhnya. ”Yang penting hidup tenang, enggak dikejar-kejar kayak penjahat lagi,” ujarnya.
Samsu alias Isam
Lahir : Sekonyer, 25 September 1985
Pendidikan terakhir : SD (lulus 1996)