Lily Gladstone, Piala demi Luka Lama
Lily Gladstone menuturkan tragedi suku Indian Osage. Aktingnya alamiah seolah itu adalah kepahitan hidupnya sendiri.
Film Killers of the Flower Moon adalah potret bengis keserakahan manusia: warga asli dibunuhi demi sejengkal tanah mengandung minyak. Lily Gladstone yang keturunan suku asli menyatu dalam jiwa Mollie Kyle, perempuan suku Osage yang dibikin tak berdaya. Kepedihan dari raut mukanya terpampang gamblang di layar sehingga piala Golden Globe untuk kategori Aktris Terbaik Film Drama teramat pantas untuknya.
”Ini kemenangan historis, bukan cuma untukku,” kata Gladstone kepada hadirin di Aula Beverly Hilton, Los Angeles, Senin (8/1/2024) pagi waktu Indonesia. Selama 81 kali penyelenggaraan Golden Globe, Lily Gladstone menjadi aktris indigenous pertama yang membawa pulang piala itu.
Dalam balutan gaun putih, Gladstone membuka pidato penerimaan piala itu dengan memperkenalkan dirinya. ”Halo kawan-kawanku, namaku Eagle Woman. Aku dari suku Blackfeet,” ujarnya dalam bahasa asli suku tersebut. Tayangan televisi tak menyediakan terjemahannya, tetapi Dr Karla Bird, ahli suku pedalaman Universitas Montana, yang mengartikan itu kepada Today.com.
Tak banyak kalimat dalam bahasa Blackfeet yang diucapkan Gladstone. Dia mengaku kurang fasih. Industri hiburan Hollywood termasuk biang keroknya.
”Di industri ini, para aktor indigenos diminta mengucapkan dialog dalam bahasa Inggris, lalu rekaman audionya diputar balik supaya seolah-olah mengucapkan bahasa daerah,” kata aktris yang ayahnya bersuku Piegan Blackfeet-Nez Perce dan ibunya kaukasia Eropa ini. Dia menambahkan, sang ibu—praktisi pendidikan—yang berusaha keras mengajarkan bahasa Blackfeet di sekolah dasar tempat Gladstone belajar.
Bahasa Blackfeet menggema untuk pertama kalinya di malam anugerah penuh bintang perfilman Golden Globe. Gladstone melanjutkan pidatonya, kali ini dalam bahasa Inggris.
”Piala ini kupersembahkan untuk semua anak keturunan asli Indian-Amerika yang punya mimpi dan mendambakan kisahnya diceritakan sendiri, dalam bahasa sendiri, dengan dukungan orang-orang hebat,” ucap Gladstone disambut riuh hadirin, termasuk tokoh-tokoh penting di film Killers, seperti sutradara Martin Scorsese dan aktor Leonardo DiCaprio serta Robert De Niro. Para lelaki ini menatap Gladstone dengan mata berbinar-binar.
Piala ini kupersembahkan untuk semua anak keturunan asli Indian-Amerika yang punya mimpi dan mendambakan kisahnya diceritakan sendiri, dalam bahasa sendiri, dengan dukungan orang-orang hebat.
Betapa tidak, kehadiran Lily Gladstone mengisi peran Mollie yang disebut-sebut sebagai hati dan jiwa film yang berkisah tentang suku Indian Osage yang mendadak kaya karena menemukan minyak di lahannya. Keluarga Mollie adalah salah satu pemilik tanah itu.
Para pria kulit putih, termasuk veteran perang Ernest Burkhart (DiCaprio) dan sepupunya Bill Smith (Jason Isbell) berlomba-lomba memacari dan menikahi perempuan Osage supaya menjadi pewaris tanah penuh minyak itu. Ernest dan Bill diasuh paman mereka yang dekat dengan tetua suku yang licik, William Hale (De Niro).
Film berlatar awal abad ke-20 di Negara Bagian Oklahoma, AS, ini menggambarkan kekontrasan. Para kulit putih bekerja untuk keluarga Indian, sebagai pesuruh atau sopir. Di lain sisi, tergambar pula kejahatan manipulatif kulit putih. Satu demi satu orang Indian dibunuh; dibikin sakit sampai mati, atau terang-terangan di tembak di pekarangan rumah sendiri. Hukum tak berlaku.
Keluarga Mollie termasuk korban ketamakan ini. Tiga saudarinya mati satu demi satu. Mollie sendiri berupaya dilumpuhkan dengan injeksi morfin sebagai bagian dari pengobatan penyakitnya. Dia gusar. Dengan sisa tenaganya, Mollie mendatangi Washington, berbicara di depan senat tentang tragedi di kampungnya. Dari ”pembantaian” suku Osage inilah cikal-bakal Biro Investigasi Federal (FBI) dibentuk. Skenario film bersumber dari laporan jurnalistik David Grann dalam buku berjudul sama dengan filmnya.
Baca Juga: ”Oppenheimer” Dominasi Golden Globes 2024
Luka lama
Kepada The Guardian, Gladstone mengatakan, tragedi bangsa Osage ini sudah terlalu lama dibungkam. ”Terbitnya buku Grann membuka luka lama, tetapi kadang kita perlu membuka luka lama menuju proses penyembuhan. Buku ini tak pernah diperkenalkan di sekolah-sekolah Oklahoma karena gurunya dihantui ketakutan. Kehadiran filmnya menjadi penting sehingga orang-orang (Osage) bisa terkoneksi dan menjadi bagian dari sejarahnya sendiri. Inilah momen keterwakilan yang lama dirindukan,” papar Gladstone.
Lily Gladstone lahir pada 1986 dan dibesarkan di kampung reservasi suku Blackfeet, kawasan pegunungan Montana. ”Aku tinggal di situ sampai umur 11 tahun. Kami pindah karena kurangnya lapangan kerja,” ujarnya. Akar keluarganya bisa jadi naskah bagus untuk difilmkan. Kakek buyut dari garis ibu adalah sepupu William Gladstone, mantan Perdana Menteri Inggris. Sementara dari garis ayah, kakek buyutnya adalah Red Crow—pemimpin tertinggi suku.
Dari kampung reservasi itu, mereka pindah kepinggiran kota. Gladstone kurang menikmatinya. Dia merasa orang-orang di sekitarnya gemar mengisolasi diri di rumah masing-masing. Dia merindukan hubungan mutualisme di kampung. ”Aku dibentuk oleh komunitas dan didukung untuk menjadi aktor atau penutur cerita,” katanya yang ikut membintangi film Certain Women (2016) bareng Kristen Stewart ini.
Ambisi sebagai aktor dia pupuk sampai dewasa. Gladstone memilih kuliah di jurusan akting/penyutradaraan di Universitas Montana. Semasa kuliah itu, Gladstone bergabung dengan Living Voices, kelompok teater yang mementaskan sejarah terpinggirkan di sekolah-sekolah. Dia lulus kuliah dengan semua nilai A pada 2008.
Debut peran dalam film dramanya terjadi di 2013 dalam film Jimmy P: Psychotherapy of a Plains Indian dan Winter in the Blood. Sejak itu, ia mulai beradu peran dengan nama tenar di Hollywood, seperti Michelle Williams, Laura Dern, dan Kristen Stewart dalam drama Certain Women.
Jalannya mencapai peran-peran itu tak mulus. Perlakuan tak adil kerap didapat. ”Setelah casting, misalnya, mereka bilang aksenku kurang Indian. Kurang otentik. Jadi, setiap casting, aku harus berupaya lebih keras. Atau, kubilang saja: cari saja penutur asli Cherokee dan bubuhkan teks Inggris di layar,” katanya pedas.
Gladstone sempat berencana berkarier di bidang lain. Menurut artikel di Vulture, Gladstone ingin bekerja di Dinas Pertanian Washington karena tertarik meneliti lebah. Sebelum lamaran dilayangkan, Gladstone mendapat undangan pertemuan via Zoom dengan Scorsese. Jadilah dia tampil di Killers of the Flower Moon ini.
Bukan cuma karier aktingnya yang terselamatkan, Gladstone juga dipuji-puji lawan mainnya, Leonardo DiCaprio. ”Dia (Gladstone) hidup dalam karakter Mollie sangat erat. Dia mengekspresikannya dengan amat intens. Dialah hati dan jiwa film ini,” ucap DiCaprio.
Piala Golden Globe semoga bukan piala terakhir yang direngkuh Gladstone di musim penganugerahan ini. Si Eagle Woman sedang mengepakkan sayapnya lebar-lebar, menuturkan otentisitas sukunya dan kisah pilu yang mendera suku-suku asli lainnya di sudut bumi mana pun sampai hari ini. (GOLDENGLOBES.COM)
Baca Juga: Letupan Bakat Cillian Murphy, Si Pemeran Oppenheimer
LILY GLADSTONE
Lahir: 2 Agustus 1986 di Kalispel, Montana, AS
Filmografi:
- Killers of the Flower Moon (2023)
- Fancy Dance (2023)
- The Last Manhunt (2022)
- The Unknown Country (2022)
- First Cow (2019)
- Walking Out (2017
- Buster’s Mal Heart (2016)
- Certain Women (2016)