Penganan manis acap kali menggoda indra pengecap. Ragil Imam Wibowo pun mengemukakan pilihan kudapan natal yang sehat.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Ragil Imam Wibowo
Lazim apabila mereka yang merayakan Natal mempersembahkan sajian terbaik untuk tamu-tamunya. Obrolan gayeng menambah sedap kudapan melimpah perayu lidah. Tanpa sadar, kadar gula, asam urat, hingga tensi darah pun melonjak.
Ragil Imam Wibowo atau yang karib disapa Chef Ragil menyebut sejumlah makanan yang lumrah disiapkan saat Natal. Umumnya, masakan tradisional turut dihidangkan. ”Misalnya, klapertar, saksang, ikan arsik, babi panggang, dan ayam kodok,” ujar juru masak kondang tersebut di Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Kebetulan, ia beberapa kali dijamu kawan-kawannya di sela kemeriahan Natal. Ragil meyakini mereka yang menyambut hari besar itu sudah lihai meracik santapannya.
”Pasti bikin yang spesial. Kalaupun kasih tips, jangan terlalu semangat masak sampai banyak macamnya,” ucapnya sambil tersenyum.
Bisa juga substitusi terigu. Meski hasilnya mungkin enggak sama, masih bisa tercapai. Kerenyahannya saja harus sedikit diakali atau diubah. (Ragil Imam Wibowo)
Porsi hidangan hendaknya disesuaikan dengan jumlah tamu. Ia mengamati sejumlah tuan rumah yang menyiapkan menu berlebih.
”Malah, jadi food waste (terbuang). Lalu, aturlah konsumsinya. Kalau lihat yang enak, bisa kalap. Hajar terus,” katanya diiringi tawa.
Kesehatan pun terganggu lantaran perayaan yang berlangsung tak hanya sehari dengan kunjungan ke beberapa keluarga pula. ”Kebiasaannya, lebih ketakutan kekurangan daripada kelebihan makanan. Pelan-pelan, perlu diubah. Harus optimal,” tuturnya.
Ragil tak menampik kelimpahan serupa pun ia amati saat merayakan Lebaran bersama keluarganya. Daging disimpan hingga berbulan-bulan di kulkas.
”Bercandanya, rendang ditaruh di freezer (rak pembeku) dua tahun lalu saja bisa dikeluarkan lagi,” ujarnya seraya terbahak.
Konsumsi gula pun perlu dikontrol mengingat penganan manis macam poffertjes, kue keju, hingga roti cokelat kerap menggoda indra pengecap.
Ragil menambahkan masukannya soal sorgum, porang, dan singkong yang lebih sehat. Sumber-sumber karbohidrat kompleks tersebut juga tak mudah memicu lapar.
”Bisa juga substitusi terigu. Meski hasilnya mungkin enggak sama, masih bisa tercapai. Kerenyahannya saja harus sedikit diakali atau diubah,” ucap Ragil.
Terlebih, tepung-tepung itu sebenarnya lebih ramah untuk mereka yang bermasalah dengan gluten. Ragil tak lupa mengingatkan pentingnya berolahraga.
Tak hanya saat hari-hari raya, aktivitas fisik hendaknya dilakoni dengan rutin. ”Sebelum dan sesudah perayaan juga perlu olahraga,” kata penasihat Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia tersebut.
Masakan-masakan tradisional sebenarnya dianggap baik lantaran memakai bumbu-bumbu yang segar dengan beragam khasiat.
”Cuma, karbohidratnya harus diperhatikan. Karbohidrat sederhana kalau berlebihan makannya berefek buat kesehatan,” tuturnya.