Heman Bekele, Sabun untuk Kanker Kulit
Heman Bekele berharap dapat memberikan pengobatan kanker kulit yang adil dan dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang.
Heman Bekele, remaja berusia 14 tahun asal Virginia, Amerika Serikat, dinobatkan sebagai Ilmuwan Muda Terbaik Amerika karena mengembangkan sabun batangan yang dapat mengobati kanker kulit. Dia memasukkan tiga bahan ke dalam sabun tersebut untuk mengaktifkan kembali sel dendritik yang menghasilkan respons imun untuk melawan penyakit mematikan itu.
Bekele adalah siswa kelas sembilan di Sekolah Menengah WT Woodson di Annandale, Virginia, Amerika Serikat (AS). Dia menyabet gelar sebagai Ilmuwan Muda Terbaik Amerika setelah bersaing dengan sembilan finalis lainnya di ajang 3M Young Scientists Challenge.
Ajang ini merupakan salah satu kompetisi sains sekolah menengah terkemuka di negara tersebut dan digelar untuk membantu siswa kelas menengah menciptakan ide inovatif yang mengubah dunia.
Bekele menjadi ilmuwan muda kulit hitam pertama yang menerima penghargaan tersebut. Sabun Pengobat Kanker Kulit (SCTS) yang diciptakan Bekele telah membuatnya memenangi hadiah utama sebesar 25.000 dollar AS atau sekitar Rp 397 juta.
Bekele membuat sabun dengan memasukkan tiga bahan ke dalam sabun obat tersebut. Bahan-bahan tersebut, mengaktifkan kembali sel dendritik yang menghasilkan respons imun untuk melawan penyakit mematikan itu. Pembuatan setiap batang sabun hanya memakan biaya 0,5 dollar AS.
”Saya percaya pikiran-pikiran muda dapat memberikan dampak positif pada dunia,” kata Bekele dalam penyerahan penghargaan di kantor pusat 3M di St Paul, Minnesota, pada 9-10 Oktober 2023. ”Saya selalu tertarik pada biologi dan teknologi. Tantangan ini memberi saya platform sempurna untuk menampilkan ide-ide saya,” imbuh Bekele.
Selain Bekele, ada Shripriya Kalbhavi, siswa kelas sembilan dari San Jose, California, yang menyabet posisi kedua. Dia mengembangkan patch hemat biaya yang memungkinkan pemberian obat secara otomatis tanpa pil atau jarum suntik. Sementara di tempat ketiga ada Sarah Wang, siswa kelas tujuh dari Andover, Massachusetts, yang mengembangkan sarung tangan yang dapat mendeteksi serangan epilepsi tertentu dengan gerakan tangan yang umum.
Baca juga: Stefan Rafael, Penggerak ”Zero” Sampah Plastik di Perairan Komodo
Bekele secara khusus tertarik pada kanker kulit. ”Saya menyelidiki masalah kanker kulit dan fakta bahwa khususnya di negara-negara dunia ketiga, masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak mampu membayar pengobatan yang diperlukan untuk kanker kulit. Ini membuat saya mencari solusi dan menemukan bahwa solusinya adalah Sabun Pengobat Kanker Kulit,” kata Bekele.
Di negara-negara berkembang biaya operasi kanker kulit mencapai 40.000 dollar AS. ”Saya sangat terpukul dengan pemikiran bahwa orang-orang harus memilih antara pengobatan atau menyediakan makanan untuk keluarga mereka. Ada begitu banyak kematian yang bisa dicegah,” katanya.
Tak hanya di negara berkembang, di AS pun selama beberapa dekade terakhir, berdasarkan temuan National Cancer Institute, kasus kanker kulit meningkat. Tingkat kasus baru meningkat menjadi 24,1 kasus per 100.000 orang di tahun 2019 dibandingkan tahun 1992 sebesar 14,6. National Cancer Institute menyebutkan, kanker kulit merupakan salah satu kelompok kanker yang paling sering didiagnosis di seluruh dunia dengan perkiraan 1,5 juta kasus baru di tahun 2020.
Dalam 15 tahun yang akan datang, saya berharap dapat memberikan dampak positif kepada dunia melalui pekerjaan dan usaha pribadi saya.
Bekele lalu mempelajari kanker kulit lebih dalam. Dia juga mempelajari tentang sel dendritik. Di video yang dia kirimkan untuk kompetisi tersebut ia menjelaskan bahwa ada tiga bahan, yaitu asam salisilat, asam glikolat, dan tretinoin, di dalam sabun obat temuannya. Ketiga bahan tersebut merupakan agen keratolitik yang memecah lapisan luar kulit dan mengaktifkan lagi sel-sel dendritik. Bekele menyebut sabun tersebut dapat digunakan setiap dua atau tiga hari sekali.
Dia berencana menggunakan uang hadiahnya untuk mendapatkan hak paten dan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, mengejar cita-citanya menjadi insinyur elektro di masa depan.
”Saya membayangkan diri saya memimpin tim profesional dalam pengembangan sistem kelistrikan inovatif yang akan membentuk masa depan teknologi,” ujarnya.
Di samping kesuksesan profesionalnya, Bekele juga berharap memiliki kehidupan pribadi yang memuaskan dengan keluarga yang penuh kasih dan jaringan pertemanan yang kuat. ”Dalam 15 tahun yang akan datang, saya berharap dapat memberikan dampak positif kepada dunia melalui pekerjaan dan usaha pribadi saya,” ujarnya.
Sosok mandiri
Bekele lahir di Addis Ababa, Etiopia, dan pindah ke AS saat dia berusia empat tahun. Ibunya, Muluemebet Getachew, seorang guru pendidikan khusus, menggambarkan Bekele sebagai sosok yang mandiri. Bekele mulai mengeksplorasi sains sejak usia muda.
Menyaksikan pencapaian sang buah hati, Getachew mengungkapkan perasaannya yang luar biasa bahagia. ”Sungguh tak terkira,” katanya.
Namun, semua itu bukan pencapaian tiba-tiba. Bekele sudah mengerjakan produknya itu selama kurang lebih 1,5 tahun. Dimulai saat dia berusia 12 tahun dengan merumuskan ide awal pembuatan sabun batangan.
Bekele bekerja selama empat bulan didampingi mentornya, Deborah Isabelle, seorang spesialis teknik produk di Divisi Purna Jual Otomotif 3M. Isabelle bertanggung jawab memberikan panduan saat Bekele mengembangkan visinya dari ide menjadi prototipe. ”Sangat menyenangkan bekerja dengannya. Dia sangat bersemangat dan fokus, tetapi juga bersedia menerima saran,” tutur Isabelle.
Baca juga: Haris Kusdinar, Penyedia Air bagi Korban Bencana
Sebagai mentor, Isabelle mengatakan, beberapa hal penting adalah bekerja sama dalam proyek mereka, membantu mereka mengetahui produk 3M apa yang ingin mereka masukkan ke dalam proyek, dan menjalin koneksi. Isabelle menghubungkan Bekele dengan beberapa ilmuwan Afrika-Amerika di 3M yang berkecimpung di bidang medis. ”Sungguh menakjubkan melihatnya tumbuh, melihat pikirannya bekerja,” imbuh Isabelle.
Dukungan seperti itu memainkan peran penting dalam pengembangan SCTS yang digambarkan sebagai sabun batangan berbahan dasar senyawa yang mengandung berbagai jenis bahan kimia pelawan kanker. ”(Sabun ini) seharusnya membantu menyembuhkan kulit secara internal, yang kemudian akan terlihat hasilnya secara eksternal karena kanker kulit perlahan-lahan akan mulai menghilang,” jelas Bekele.
Saya berharap dapat mengubahnya menjadi organisasi nirlaba, di mana saya dapat memberikan pengobatan kanker kulit yang adil dan dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang.
Bagi Bekele, menyabet predikat sebagai Ilmuwan Muda Terbaik Amerika sangat berarti baginya. ”Menang 3M Scientist Challenge telah memberi saya lebih banyak motivasi. Ini membuat saya menyadari bahwa sains dapat membawa Anda ke sebuah tempat dan sains adalah pilihan yang tepat. Hal ini juga mengajari saya bahwa orang lain ingin mendengar ide saya dan saya diizinkan untuk berkreasi. Pada awalnya, sabun batangan ini hanya merupakan ide acak dari seorang anak berusia 14 tahun. Tapi lihat apa manfaatnya bagi saya,” lontarnya.
Tahun 2028 kelak, Bekele berharap dapat mengubah SCTS yang saat ini hanya sekadar proyek penuh gairah menjadi lebih dari itu. ”Saya berharap dapat mengubahnya menjadi organisasi nirlaba, di mana saya dapat memberikan pengobatan kanker kulit yang adil dan dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang,” tandasnya.
(WASHINGTONPOST.COM/HINDUSTANTIMES.COM)
Heman Bekele
Lahir : Addis Ababa, Etiopia, 14 tahun lalu
Pendidikan : Kelas IX di Sekolah Menengah WT Woodson di Annandale, Virginia, Amerika Serikat
Gelar : Ilmuwan Muda Terbaik Amerika 3M Young Scientists Challenge