Rikha Rumadas, Perjuangan Kader Kampung Cerdaskan Generasi Muda Papua Barat
Rikha Rumadas percaya, masa depan Papua Barat ditentukan dengan menyiapkan anak yang sehat dan cerdas sejak usia dini.
Rikha Rumadas (59) mengabdikan dirinya sebagai kader posyandu di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, selama 29 tahun terakhir. Rikha yakin dan percaya, masa depan Papua Barat ditentukan dengan menyiapkan anak yang sehat dan cerdas sejak usia dini
Sejak pukul 08.00, rumah posyandu Kampung Wamesa, Distrik Manokwari Selatan, telah dipadati puluhan ibu beserta anak-anak mereka. Hari itu, Senin (2/10/2023), adalah pelaksanaan kegiatan posyandu bagi bayi dan anak balita yang rutin dilaksanakan setiap awal bulan. Rumah posyandu Kampung Wamesa berada di bawah pengawasan Puskesmas Maripi.
Para ibu dan anak-anak mereka itu bermukim di sekitar Kampung Wamesa. Mereka hanya berjalan kaki 50-200 meter dari rumah mereka menuju rumah posyandu Wamesa di pusat kampung. Mayoritas warga adalah nelayan dan petani dengan lahan yang tak mencapai 1 hektar.
Koordinator kader posyandu Rikha Rumadas bersama empat kader lain menyambut ramah. Terdapat lima meja pelayanan. Para kader bertugas di empat meja pelayanan, tiga tenaga bidan dari Puskesmas Maripi bertugas di satu meja. Rikha bertugas di meja tiga dan empat.
Meja satu hingga empat melayani pendaftaran, pengukuran berat dan tinggi badan, mengisi kartu menuju sehat (KMS), serta sosialisasi bagi ibu terkait pencegahan tengkes serta perilaku hidup bersih dan sehat. Tiga tenaga bidan di meja lima bertugas memeriksa kondisi kesehatan ibu beserta bayi dan anak balita.
Baca juga : Darsono, Pelestari Sastra Jawa dari Sirahan
Cekatan, Rikha mengisi KMS setiap anak berdasar hasil pengukuran berat dan tinggi badan mereka. Rikha juga menanyakan kondisi kesehatan setiap anak dengan detail dan memberi saran terkait pola asuh serta pemberian makanan bergizi.
Pukul 12.00, kegiatan posyandu berakhir. Total ada 49 bayi dan anak balita yang mengikuti kegiatan posyandu.
Dua jam kemudian baru Rikha leluasa mengobrol. Menurut dia, posyandu sangat penting untuk mendeteksi anak dengan kondisi tengkes dan malanutrisi secara dini. Tahun ini kader dan tenaga kesehatan Puskesmas Maripi menemukan 14 anak gizi kurang dan 3 anak gizi buruk.
”Berkat intervensi selama beberapa bulan ini, 2 anak gizi buruk dan 5 anak gizi kurang telah pulih. Sepuluh anak lainnya belum pulih karena terpapar penyakit seperti tuberkulosis. Saat ini sudah ditangani,” papar Rikha.
Tampak Koordinator Kader Posyandu Wamesa Rikha Rumadas yang bertugas mengisi data Kartu Menuju Sehat di Kampung Wamesa, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Senin ( 2/10/2023). Total 49 anak mengikuti kegiatan posyandu hari itu.
Tidak lulus
Rikha terpanggil menjadi kader posyandu setelah tiga kali tak lulus ujian calon pegawai negeri sipil (CPNS) pada tahun 1980-an. Rikha adalah lulusan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri Manokwari Jurusan Akuntansi tahun 1985.
Ia merasa, sulitnya lolos tes CPNS karena kombinasi belum beruntung dan faktor lain. Hal ini, ujarnya, dipengaruhi stigma bahwa masyarakat setempat belum merupakan SDM berkualitas.
”Meski tak menjadi PNS, saya tetap berkomitmen membangun Papua. Saya ingin mencerdaskan anak-anak Papua melalui peran sebagai kader posyandu agar mereka tak gagal saat tes CPNS,” tutur Rikha.
Tahun 1994, Rikha memulai pengabdian menjadi kader posyandu. Ia memberi pelayanan kesehatan tanpa dibayar sepeser pun agar bisa menyelamatkan masa depan anak-anak Papua.
Meski tak menjadi PNS, saya tetap berkomitmen membangun Papua.
Awalnya Rikha bertugas di Posyandu Kuri Acemo, Kelurahan Andai, Kabupaten Manokwari. Rikha dan dua rekannya melayani 40 anak di teras rumah Lurah Andai, Moses Wanggai, yang kini telah berpulang. Tahun 2000 ia melanjutkan tugas sebagai kader posyandu di Kampung Wamesa hingga saat ini.
”Saya merintis lahirnya posyandu Wamesa. Warga setempat jarang ikut kegiatan di Posyandu Kuri Acemo karena harus berjalan kaki lebih dari 1 kilometer,” ungkap ibu tiga anak ini.
Tahun ini, bersama empat kader Posyandu Wamesa, Rikha memberi makanan tambahan bagi 14 anak yang berisiko tengkes, seperti bubur dan susu. Anggaran kegiatan didukung Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Manokwari.
Demi mendapatkan data yang komprehensif, Rikha turun langsung ke rumah warga setiap pekan. Di setiap kunjungan ia terus menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat serta pola asuh anak yang baik, khususnya pemberian vitamin dan makanan bergizi serta rajin mengikuti kegiatan posyandu. Ia menilai, pemicu masalah tengkes dan malanutrisi anak-anak Papua Barat, khususnya di Wamesa, bukan hanya faktor rendahnya SDM orangtua, melainkan juga faktor kemiskinan ekstrem yang turut mengakibatkan sulitnya pemenuhan gizi anak.
Dari data Pemerintah Provinsi Papua Barat, tahun ini kemiskinan ekstrem di Papua Barat mencapai 8,35 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin Papua Barat pada Maret 2023 mencapai 214.098 orang.
”Dalam seminggu saya mengunjungi rumah warga dua hingga tiga kali. Tantangan yang sering saya hadapi adalah minimnya kesadaran orangtua membawa anaknya mengikuti posyandu dan memberi makanan bergizi karena kondisi kemiskinan,” ucap Rikha.
Koordinator Kader Posyandu Wamesa, Rikha Rumadas, mendata informasi kondisi kesehatan salah satu anak di rumah posyandu Kampung Wamesa, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, pada 2 Oktober 2023.
Baca juga : Sahilin, Pelestari Irama Batanghari Sembilan
Suarakan aspirasi
Kepedulian Rikha bagi anak di Wamesa juga diwujudkan dengan merintis PAUD Wamesa Ceria sejak tahun 2006. Ia ingin memberi pendidikan literasi seperti mengenal huruf dan angka, membaca, dan berhitung bagi anak-anak sejak dini.
Kegiatan literasi di PAUD Wamesa Ceria mulanya dilaksanakan di Balai Kampung Wamesa. Sering kali kegiatan belajar terkendala saat hujan dan angin kencang menerjang. Rikha pun mengusulkan pembangunan posyandu dan PAUD yang layak dalam rapat musyawarah rencana pembangunan tingkat Kampung Wamesa. Usulnya disetujui tahun 2012.
”Pembangunannya bersumber dari anggaran Rencana Strategis Pembangunan Kampung (Respek),” kata Rikha. Saat ini ada 25 anak yang belajar di PAUD Wamesa Ceria. Selain Rikha, ada dua guru yang mengajar. Honornya Rp 300.000 per bulan.
Tahun 2023, jerih payah Rikha dalam memberi layanan dasar kesehatan dan pendidikan selama puluhan tahun diganjar penghargaan. Salah satunya penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan 2023 dari Kementerian Kesehatan.
”Segala perjuangan saya untuk anak-anak Wamesa selama ini terinspirasi dari kata-kata Gubernur pertama Papua Barat Abraham Atururi. Kalau bukan kitong, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi,” ucapnya.
Rikha Rumadas
Lahir: Kabupaten Manokwari, Papua Barat, 9 Mei 1964
Suami: Mesak Ayomi
Anak: 3 orang
Pendidikan terakhir: SMEA Negeri Manokwari Jurusan Akuntansi