Muhammad Sejahtera Dwi Putra, Pencetak Sejarah Menembak Indonesia
Petembak Muhammad Sejahtera Dwi Putra jadi bintang Indonesia di Asian Games 2022. Dia menyumbangkan emas pertama untuk Indonesia di Asian Games 2022 sekaligus emas pertama menembak Indonesia sepanjang sejarah ajang itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Sejak pertama kali dipertandingkan dalam Asian Games Manila, Filipina 1954, Indonesia akhirnya bisa meraih emas dari cabang olahraga menembak di Asian Games Hangzhou, China 2022. Prestasi monumental itu disumbangkan oleh petembak Muhammad Sejahtera Dwi Putra (26). Bahkan, Sejahtera langsung meraih dua emas yang berasal dari nomor perlombaan perseorangan running target 10 meter dan perseorangan running target mixed 10 meter.
”Sudah pasti emas, sudah pasti emas,” ujar petembak Muhammad Badri Akbar, rekan Sejahtera, berlarian dari arena perlombaan ke ruang mixed zone alias tempat wawancara atlet di Fuyang Yinhu Sports Centre, Selasa (26/9/2023). Akbar baru saja memastikan bahwa Sejahtera yang biasa disapa Tera meraih emas nomor perseorangan running target mixed 10 meter.
Total skor Tera tidak mampu dilampaui petembak Korea Utara, Kwon Kwang-Il, yang menjadi peserta terakhir yang menyelesaikan perlombaan yang diikuti total oleh 18 peserta tersebut. Tera mengumpulkan total skor 378-11x (11 tembakan yang mengenai bagian tengah sasaran) dari total 40 tembakan perlombaan tersebut, sedangkan Kwon memperoleh total skor 377-9x sehingga harus puas dengan perak.
Rekan Tera di disiplin running target, Akbar dan Irfandi Julio, serta pelatih Masruri langsung bersorak-sorai dan memeluk erat-erat Tera. Dengan mata berkaca-kaca, Tera berdiri tegap sambil menahan entakan pelukan dari orang-orang tersebut. Tampak, ada kepuasan mendalam dari diri Tera walau tidak ditunjukkan dengan gestur yang ekspresif.
Akbar, Irfandi, dan Masruri pun tak bisa membendung rasa haru. Air mata mereka menetes untuk merayakan medali emas yang sangat bersejarah tersebut, tidak hanya untuk Tera, disiplin running target, dan tim menembak Indonesia, tetapi juga untuk kontingen ”Merah-Putih”.
Itu adalah emas kedua yang disumbangkan Tera di Asian Games 2022. Sehari sebelumnya, dia lebih dahulu meraih emas dari perseorangan running target 10 meter yang sekaligus menjadi emas pertama untuk kontingen Indonesia di Asian Games edisi ke-19 tersebut.
Tera pun mencetak dua sejarah bagi menembak Indonesia. Dia memecahkan telur emas untuk menembak Indonesia di Asian Games sekaligus menjadi petembak pertama tim ”Merah-Putih” yang memboyong dua emas di pesta olahraga Asia. Bersama Akbar dan Irfandi, Tera turut meraih perunggu tim running target 10 meter dan tim running target mixed 10 meter.
”Dua emas ini adalah buah dari perjuangan panjang saya dalam melewati sejumlah pasang-surut pelatihan lima tahun terakhir. Saya bersyukur selalu mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat untuk melewati semua hambatan tersebut, mulai dari istri, anak, orangtua, rekan sesama atlet, pelatih, hingga pengurus Perbakin (Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia),” kata Tera.
Titik balik karier
Mundur ke lima tahun silam, Tera juga menjadi petembak yang mengakhiri paceklik medali menembak Indonesia di Asian Games saat dirinya meraih perak perseorangan running target mixed 10 meter dalam edisi Jakarta-Palembang 2018. Sebelumnya, terakhir kali Indonesia merebut medali menembak ketika Elias Joseph Lessy membawa pulang perunggu senapan angin 10 meter di Asian Games Bangkok, Thailand 1966.
Namun, Tera tidak sepenuhnya puas dengan perak tersebut. Dia kecewa karena sejatinya berpotensi besar meraih emas. Peluang itu sirna karena pikirannya terdistraksi oleh sejumlah ucapan selamat yang membuai seusai memimpin 20 tembakan pertama.
Saat sudah melupakan kekecewaan itu, mental Tera sempat terganggu oleh suara-suara sumbang mengenai dirinya di pelatnas. Kali ini, Tera berusaha untuk lebih berlapang dada atau ikhlas agar pikirannya tidak terganggu. ”Kalau terus memikirkan perkataan negatif dari orang lain, konsentrasi saya akan terganggu yang bisa membuat hasil menembak saya jelek,” ujarnya.
Untuk melewati semua itu, Tera mengungkapkan, sejatinya tidak mudah. Hanya saja, berkat dukungan orang terdekat, dia bisa keluar dari sejumlah pasang-surut kehidupan tersebut. Hal itu menempanya menjadi pribadi yang lebih kuat hingga bisa berada di podium tertinggi Asian Games 2022.
”Salah satu momen terpenting dalam hidup saya adalah saat anak saya, Fatimah Zeline Nabilla, lahir 11 bulan lalu. Kehadirannya membuat motivasi saya berlibat ganda. Tadi (selama perlombaan running target mixed 10 meter), wajah anak selalu terbayang. Itu yang membantu saya bertekad untuk membuat bangga anak-istri, orangtua, dan tentunya negara,” ujar suami dari Fitri Syaifullah Irnandez tersebut.
Pilihan realistis
Adapun Tera bisa dibilang terlambat mengenal menembak. Dia baru bersentuhan dengan olahraga itu pada 2015 atau di tahun keduanya kuliah di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta. Saat itu, dia berpikir realistis untuk mengejar prestasi dari menembak.
”Duluannya, saya menggeluti sepak bola dan futsal. Tapi, saya realistis saja. Olahraga itu banyak sekali peminatnya di Indonesia sehingga persaingan untuk mengejar prestasinya lebih sulit. Akhirnya, saya mencoba untuk ikut latihan menembak,” tutur atlet kelahiran Jakarta, 13 April 1997, tersebut.
Tera mengenal menembak ketika ikut seleksi yang salah satunya dipimpin oleh Masruri yang baru saja memulai karier kepelatihan. Ternyata, pilihan Tera tepat. Tak butuh lama, dia menunjukkan potensi besarnya dengan meraih dua emas dan dua perak dari running target 10 meter serta running target mixed 10 meter Kejuaraan Menembak SEASA 2015 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta.
Secara bertahap, prestasi Tera pun terus menanjak. Seusai meraih perak running target mixed 10 meter di Asian Games 2018, dia merebut emas running target 10 meter dan emas running target mixed 10 meter Kejuaraan Asia Senjata Angin 2021 di Shymkent, Kazakhstan, serta merebut emas running target 10 meter dan perak tim running target 10 meter SEA Games Vietnam 2021 tahun lalu.
”Sejak awal mengenal Tera, saya sudah yakin dia memiliki potensi besar untuk berprestasi di level internasional. Tera punya pembawaan yang tenang yang menjadi elemen utama untuk menjadi petembak. Seorang petembak itu harus mampu mengontrol diri agar bisa menjaga konsentrasi dalam perlombaan. Kalau pikiran mudah terdistraksi, hasil menembak atlet tersebut pasti jelek,” kata Masruri.
Meski telah mencetak sejarah, Tera masih menaruh asa bisa berprestasi lebih tinggi. Maka itu, dia berharap PB Perbakin mengusulkan running target 10 meter dipertandingkan lagi di Olimpiade setelah terakhir kali pada edisi Athena 2004. ”Semoga suatu hari nanti, saya masih mendapatkan kesempatan untuk mengharumkan Indonesia di Olimpiade,” pungkas anak pasangan Andrizal (ayah) dan Betmiaty (ibu) tersebut.