Felix Viktor Iberle, Mantra ”Que Sera, Sera” Si Penumbuh Asa
Capaian gemilang perenang belia, Felix Viktor Iberle (18), di Kejuaraan Dunia Renang Yunior 2023 dilandasi mantra yang terdengar stoik dan fatalistik: ”Que sera, sera”.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·6 menit baca
GILAD KAVALERCHIK/AKUATIK DUNIA
Perenang belia Indonesia, Felix Viktor Iberle (18), merebut medali emas nomor 50 meter gaya dada putra di Kejuaraan Dunia Yunior 2023 di Netanya, Israel, Sabtu (9/9/2023) malam waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Pada babak final, Felix menjadi yang terdepan dengan catatan waktu 27,39 detik.
Medali emas pertama Indonesia di Kejuaraan Dunia Renang yang diraih perenang belia, Felix Viktor Iberle (18), menumbuhkan harapan akan masa depan cerah akuatik Indonesia. Siapa sangka, capaian gemilang Felix itu dilandasi mantra yang terdengar stoik dan fatalistik: Que sera, sera. Apa yang terjadi, terjadilah.
Felix tak langsung menjawab ketika diminta menggambarkan kembali perasaannya pekan lalu saat menjadi yang tercepat (27,39 detik) di final Kejuaraan Dunia Renang Yunior 2023. Felix diam sejenak seperti tengah membayangkan sesuatu. Perenang yang turun di nomor 50 meter gaya dada ini lantas tersenyum. Barulah dia mengungkapkan kegembiraannya di kejuaraan di Netanya, Israel, tersebut.
”Sulit digambarkan, tetapi yang pasti, itu sangat luar biasa. Saya merasa sangat bahagia,” kata Felix dalam wawancara daring, tiga hari setelah dia naik podium atau Rabu (13/9/2023).
Kebahagiaan akan terasa berlipat ganda ketika meraih sesuatu yang tidak benar-benar berada dalam ekspektasi kita. Begitulah yang dirasakan Felix. Saat berangkat ke Israel, Felix sebenarnya tidak memasang target tinggi. Namun, Felix bersama orangtua yang mendampinginya kemudian melihat ada peluang raihan medali. Kans itu terlihat sejak babak kualifikasi ketika Felix bisa finis dalam waktu kurang dari 27 detik.
Peluang itu coba dimanfaatkan Felix tanpa membebaninya. Pada kejuaraan dunia pertamanya, Felix hanya berusaha melakukan apa yang dia senangi dengan sebaik mungkin. Ketika sudah memulai dan menyenangi suatu kegiatan, Felix akan sulit berhenti. Maka, prestasi menjadi persoalan lain.
DOKUMENTASI AKUATIK DUNIA
Perenang belia Indonesia, Felix Viktor Iberle (18), merebut medali emas nomor 50 meter gaya dada putra di Kejuaraan Dunia Yunior 2023 di Netanya, Israel, Sabtu (9/9/2023).
Perenang berdarah Jerman-Indonesia ini bahkan tidak mengetahui pasti bagaimana menjaga mentalitas ketika tampil di ajang selevel kejuaraan dunia. Dia masih mempelajarinya. Dengan umur yang masih muda dan rasa ingin tahunya sedang menyala-nyala, banyak yang ingin Felix pelajari. Tak melulu soal renang, bisa pula soal pesawat nir-awak atau desain miniatur.
Terlepas dari itu, kehadiran dan prestasi Felix telah menyalakan harapan. Perenang peringkat ke-39 dunia dan ranking ke-5 Asia untuk nomor 50 meter gaya dada ini menjadi salah satu tumpuan untuk mengakhiri paceklik medali cabang akuatik, terutama di Asian Games. Medali terakhir akuatik Indonesia ialah tiga keping perunggu dalam Asian Games Beijing 1990.
Dengan penampilan impresifnya sejak pertama kali membela Indonesia di SEA Games Kamboja 2023, Felix seolah memberi jaminan tentang masa depan renang Indonesia. Namun, Felix berkata, masa depan bukan di tangannya. Seperti ketika dia tak pernah membayangkan menjadi perenang hari ini atau perenang di masa depan. Dia hanya ingin fokus pada apa yang bisa dikendalikan ketimbang apa yang ada di luar kemampuannya.
”Que sera, sera. Apa yang terjadi, terjadilah,” kata Felix singkat. Dia mengutip lirik lagu yang dinyanyikan dan dipopulerkan Doris Day dalam film The Man Who Knew Too Much(1956) karya Alfred Hitchcock.
Sebagai seorang perenang muda yang bermimpi tampil dan meraih medali di Olimpiade, Felix tahu bahwa mengejar mimpi besar membutuhkan tekad tanpa batas. Namun, Felix juga menyadari bahwa dalam perjalanan menuju mimpinya, dia tidak boleh terlalu terpaku pada tujuan akhir. Mantra Que sera, sera menjadi pengingatnya untuk fokus pada langkah-langkah saat ini, alih-alih terlalu khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Agar tak tenggelam
Awal mula Felix mengenal renang pun lebih pada alasan keselamatan. Sang ayah yang merupakan warga Jerman, Frank Tcrsten Iberle, paham betul dengan pekerjaannya yang menuntut mobilitas tinggi. Felix bersama adik dan ibunya kerap diboyong sang ayah berpindah-pindah tempat. Setiap rumah atau vila yang mereka tempati selalu dekat dengan laut atau memiliki kolam renang.
Menurut Frank, mengajarkan renang kepada anak adalah hal esensial. Apalagi, renang merupakan olahraga terbaik bagi mereka yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia. Selain di Indonesia dengan tinggal di Bali, Felix dan keluarga juga pernah menetap di Penang, Malaysia. Mereka juga memiliki rumah di Perancis yang berdekatan dengan laut.
Di Bali, Felix lantas dilatih mandiri oleh sang ayah sejak usia sangat dini, yakni 1 tahun. Tujuannya sederhana, agar Felix tidak tenggelam ketika suatu waktu tercebur ke kolam atau bermain di laut. Tidak ada kesulitan berarti bagi Frank untuk mengajari anak pertamanya itu. Terlebih, dia juga sempat menjadi perenang kompetitif di Jerman.
REBIYYAH SALASAH
Frank Tcrsten Iberle, ayah dari perenang belia Indonesia, Felix Viktor Iberle, dalam wawancara daring bersama Kompas dan Akuatik Indonesia (nama baru Persatuan Renang Seluruh Indonesia), Rabu (13/9/2023).
Saat usia 9 tahun pada 2014, Felix mengikuti kompetisi pertamanya dalam kelompok umur. Tanpa diduga, Felix yang turun di nomor gaya bebas itu mampu memecahkan rekor kejuaraan. Mulai dari itu, potensi Felix disadari sang ayah. Sang ayah juga yang menyarankannya untuk berganti nomor karena jika terus menekuni gaya bebas, Felix dinilai tidak akan melangkah lebih jauh.
”Namun, Anda tidak bisa membuat prediksi untuk kelompok umur karena dalam renang semuanya berubah, bentuk tubuh Anda pun berubah. Dan tentu bukan ide yang baik untuk memaksa anak berenang terlalu jauh. Sangat penting untuk tidak terlalu menekan anak,” ujar Iberle.
Pada Maret 2023, ketika sudah sepenuhnya fokus pada renang karena telah lulus sekolah, Felix meraih prestasi di Kejuaraan Renang Malaysia Terbuka. Selain meraih medali emas, dia juga memecahkan rekor dengan catatan waktu 27,60 detik.
Tidak dapat diprediksi
Sebagai ayah sekaligus pelatih yang menempa langsung Felix, Iberle merasa beruntung. Iberle mengenal betul anaknya sehingga memudahkan proses latihan. Dia mengatakan selalu memberi anak-anaknya kebebasan untuk berlatih. Di sisi lain, latihan juga berarti saling belajar antar-anggota keluarga dan setiap orang harus meluangkan waktunya untuk itu. Iberle tidak hanya mengajari Felix, tetapi juga adik dan ibu Felix. Latihan menjadi momen kebersamaan keluarga.
Adapun renang bukan satu-satunya olahraga yang ditekuni keluarga Iberle. Renang biasanya dilakukan pada siang hari. Sore harinya, mereka akan bermain sepak bola atau bersepeda. Keleluasaan itu yang membedakan dengan pelatih-pelatih lain sekaligus menguntungkan Felix. Sebelum SEA Games ataupun Asian Games mendatang, Felix diperbolehkan untuk terus berlatih mandiri, tidak bergabung dengan pemusatan latihan nasional.
”Tentu saja, jika ada beberapa hari berturut-turut tanpa ada hasil yang baik, kami akan membicarakannya, mengevaluasinya,” ucap Iberle.
Namun, Iberle kembali menekankan, tidak ada yang dapat membuat prediksi tentang renang. Meski merupakan olahraga terukur, terdapat faktor-faktor eksternal yang berada di luar kendali pelatih ataupun atlet. Faktor itu bisa berupa kelelahan karena perjalanan menuju tempat kompetisi yang ternyata lebih jauh dari perkiraan atau tertular penyakit sehingga badan tidak fit. Semua itu, kata Iberle, bisa terjadi dan orang-orang melabelinya sebagai keberuntungan atau ketidakberuntungan.
DOKUMENTASI SMILEY
Smiley.
Mengikuti kompetisi renang, atau olahraga pada umumnya, adalah juga bertaruh. Kita bisa membuat strategi, menghitung probabilitas, berlatih keras, tetapi kerap ada hal-hal tak terduga yang memengaruhi hasil akhir. Seperti halnya hidup, olahraga juga penuh ketidakpastian. Padahal, manusia menyenangi keajegan.
Felix memilih penggalan lirik lagu itu sebagai mantranya, membantunya mengolah harapan dan ekspektasi diri sendiri dan orang lain. Pandangan subtil dari ”Que Sera, Sera” mengafirmasi ketidakpastian dalam hidup ataupun olahraga.
Dia bermimpi bisa berjaya di Olimpiade, seperti sang idola, perenang Amerika Serikat, Caeleb Ramel Dressel, yang meraih tujuh medali emas Olimpiade. Namun, masa depan tak dapat diprediksi sehingga Felix ataupun kita perlu merangkul apa saja yang terjadi nantinya.
Dalam air, Felix menemukan kebebasan dan dalam ”Que Sera, Sera”, dia menemukan ketenangan. Masa depan siapa yang tahu?
Que sera, sera
Whatever will be, will be
The future’s not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be
Felix Viktor Iberle
Lahir: 4 Februari 2005, di Bali, Indonesia
Prestasi:
Medali emas di Kejuaraan Dunia Renang Yunior 2023
Medali emas di SEA Games 2023 Kamboja
Medali emas di Kejuaraan Renang Invitasi Kelompok Umur Malaysia 2023
Medali emas di Kejuaraan Renang Malaysia Terbuka 2023