Bayu Satria, Memperjuang Hak Anak Aceh
Kaki Bayu sebelah kanan mengalami gangguan saraf sehingga tidak berfungsi optimal. Meski demikian dia tidak mau menggunakan tongkat atau alat bantu. Dia lebih senang berjalan mengandalkan kaki sendiri.
Terlahir sebagai penyandang disabilitas, Bayu Satria (25) warga Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh tidak luput dari diskriminasi. Dia nyaris tidak diterima di sekolah dasar umum dan kecil kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Pernah merasakan sakit karena dikucilkan membuat Bayu berjuang hingga terpilih sebagai duta anak nasional Komisi Nasional Perlindungan Anak. Ini semua dia lakukan untuk memperjuang hak anak. “Saya baru bisa berjalan pada usia lima tahun, tetapi tidak bisa jalan normal,” ujar Bayu saat ditemui di sekretariat komunitas YouthID, Sabtu (26/8/2023) di Kota Banda Aceh.
Kaki Bayu sebelah kanan mengalami gangguan saraf sehingga tidak berfungsi optimal. Meski demikian dia tidak mau menggunakan tongkat atau alat bantu. Dia lebih senang berjalan mengandalkan kaki sendiri.
Baca juga: Aceh Luncurkan Gerakan Massal Perlindungan Anak
Bayu lahir di Kabupaten Aceh Barat, namun tumbuh di Kabupaten Simeulue, sebuah pulau terluar dan terdepan di Aceh. Saat ibunya hamil, dokter mendiagnosa mengandung bayi kembar. Karena itu pula dokter menganjurkan ibunya untuk mengonsumsi obat atau vitamin lebih banyak.
Namun, saat lahir ternyata hanya satu bayi, berat badan melebihi normal. Dampak dari ibunya konsumsi obat berlebih, Bayu kecil mengalami hambatan pertumbuhan. Biasanya anak-anak usia 1 tahun sudah bisa berjalan, sementara Bayu baru bisa berjalan pada usia 5 tahun.
Melalui terapi rutin yang berlangsung bertahun-tahun akhirnya Bayu bisa berjalan. “Orangtua saya tidak menyerah. Mereka berjuang agar saya bisa berjalan,” kata Bayu.
Sekolah umum
Saat mau masuk sekolah dasar, Bayu didaftarkan ke sekolah umum, bukan ke sekolah luar biasa. Awalnya pihak sekolah menolak, tetapi ayahnya bersikeras bahwa Bayu layak bersekolah di SD umum.
“Pihak sekolah khawatir saya akan merepotkan mereka. Padahal fisik saya yang disabilitas, bukan pikiran,” kata Bayu.
Bayu ikut ujian masuk dan berhasil menduduki peringkat tiga di daftar kelulusan. Namun, di sekolah Bayu tidak bisa mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler. Banyak orang memandang keterbatasan fisik sebagai penghambat.
“Saya tidak bisa berpartisipasi, saya sangat sedih. Waktu itu kampanye pemenuhan hak anak tidak semasif saat ini,” ujar Bayu.
Merasa tersisih oleh lingkungan Bayu mulai belajar tentang pemenuhan hak anak. Dia membaca dan berdiskusi dengan para pekerja lembaga sosial dan kemanusian.
Pada 2013, saat masih kelas tiga SMP, Bayu membentuk Forum Anak Simeulue (Forasi). Ini adalah forum anak pertama di Aceh. Dengan menggunakan media sosial, Bayu mengampanyekan pemenuhan hak anak.
Tahun 2015, kelas 2 SMA, Bayu mengikuti pemilihan duta anak nasional mewakili Provinsi Aceh. Ajang ini digelar oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak. Bayu mengusung topik tentang hak partisipatif keluar sebagai pemenang. Menjadi Duta Anak Indonesia membuat Bayu kian bersemangat untuk memperjuangkan hak anak.
“Saat itu saya fokus pada hak partisipasi anak. Saya melihat kala itu anak-anak tidak dilibatkan dalam rencana pembangunan,” kata Bayu.
Dengan status sebagai duta anak nasional, Bayu menginisiasi pembentukan Forum Anak Tanah Rencong (Fatar). Kini 23 kabupaten/kota di Aceh telah memiliki forum anak.
Fatar dibentuk sebagai pelapor dan pelopor. Fatar juga menjadi wadah bagi anak untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Fatar mendorong pemerintah untuk melindungi dan memenuhi hak anak.
“Kami kampanye stop perkawinan anak, stop kekerasan seksual hingga kesehatan reproduksi,” ujar lulusan Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh itu.
Sebagai duta anak, Bayu kerap menjadi tempat aduan warga yang anaknya mengalami kekerasan seksual. Terkadang dia ikut mendampingi korban untuk membuat laporan ke polisi.
Baca juga: Darurat Perlindungan Anak di Aceh
Bayu mengatakan saat ini kasus kekerasan terhadap anak di Aceh masih tinggi. Kasus pencabulan dan pemerkosaan paling dominan terjadi. Menurut Bayu, tingginya kasus menunjukkan warga semakin berani melapor. "Semakin masif kampanye dan pendidikan semakin sadar warga untuk melaporkan kasus," kata Bayu.
Setelah menamatkan SMA di Simeulue, Bayu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa baru semangat berjuang untuk anak kian bergelora.
Tahun 2017, Bayu mendaftarkan diri sukarelawan Studec International untuk mengajar anak-anak tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia di Malaysia. Meski tanpa dibayar selama setahun penuh Bayu rela bolak balik Aceh - Malaysia untuk mengajar.
Agar mendapatkan uang yang bisa dipakai buat operasional, Bayu mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi pendamping bagi warga Aceh yang ingin berobat ke Malaysia. Usai mendampingi pasien, Bayu melanjutkan misi mengajar.
Pada akhir program sebanyak 30 orang sukarelawan menulis buku. Hasil penjualan buku didonasikan untuk program pendidikan anak-anak TKI di Malaysia.
“Mereka anak-anak tanpa kewarganegaraan. Hidup saya lebih beruntung daripada mereka, saya ingin berbagi pengalaman hidup dan pengetahuan,” ucap Bayu.
Baca juga: Siti Saudah, Pengabdian Guru di Daerah Pelosok Sumba
Satu malam di Bandara Kuala Lumpur, karena terlalu kelelahan kakinya kambuh. Tiba-tiba kedua kakinya mati rasa. Bayu ambruk di lantai bandara. Dengan menggunakan kursi roda, Bayu diantar petugas ke pesawat untuk terbang ke Tanah Rencong. Usai peristiwa itu dia yang bolak balik berobat ke Malaysia.
Tahun 2018, Bayu bersama beberapa teman sepakat membentuk YouthID, sebuah komunitas anak muda. YouthID hadir sebagai wadah bagi anak muda untuk partisipasi dalam pembangunan berkeadilan dan berkelanjutan.
YouthID mengambil bagian untuk terlibat dalam pembangunan dengan cara mereka sendiri. Mereka saling dukung untuk tumbuh bersama.
Melalui pelatihan kepemimpinan, YouthID ingin melahirkan calon pemimpin yang memiliki semangat menyatukan bukan memecah belah. Memahami nilai kesetaraan, menerima keberagaman, dan memberikan hak yang sama bagi semua orang.
Bayu mengatakan generasi muda adalah penerus kepemimpinan Aceh. Sudah sepantasnya anak muda naik ke panggung untuk berkontribusi pada pembangunan. “Anak muda harus terlibat dalam proses pembangunan,” kata Bayu.
YouthID memosisikan diri sebagai lembaga payung bagi banyak komunitas anak muda di Aceh. Kini lebih 80 komunitas pemuda berafiliasi dengan YouthID. YouthID membantu komunitas memperkuat sisi kelembagaan, pengembangan sumber daya manusia, dan terlibat kampanye bersama.
“Kami ingin pemuda bersatu, tanpa memandang latar belakang yang berbeda,” kata Bayu.
Baca juga: Audya Amalia, Menggelorakan Kehangatan Keluarga lewat Seni
Biodata:
Nama: Bayu Satria
Tempat tanggal lahir: Simeulue, 23 Oktober 1998
Orangtua : Dahmirus dan Erna Salawati,
Riwayat Pendidikan:
- SMA N 1 Sinabang
- S1 Komunikasi UIN Ar-Raniry
Organisasi:
- Forum Anak Simeulue (sejak 2013)
- Pendiri Forum Anak Aceh (Sejak 2017)
- Pendiri YouthID (Sejak 2018)
- Pendiri Aceh Youth Action (Sejak 2020
Pekerjaan:
- Staf Riset dan Publikasi P2TP2A Aceh (2018-2019)
- Staf Kampanye dan Advokasi Flower Aceh (2020-2022)
- CEO Ate Fulawan Production (Sejak 2022)
- Konsultan Child Protection Unicef Indonesia (Nov 2022-Jan 2023)
- Konsultan Kampanye dan Advokasi Flower Aceh (2023-sekarang)
Relawan:
- Relawan Kemanusiaan Anak TKI Malaysia (2017) Studec International
- Youth Participation for Covid-19 Response (2020-2022) Unicef Aceh
- Volunteer The Resident Coordinator's Office (RCO) - UN in Indonesia (2023)
Pembicara(Nasional-Internasional)
- Suara & Aksi Orang Muda Untuk SDGs 2016 (Save The Children)
- The 1st International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductif Health 2019
- Youth For SDGs Summit 2022 (UNDP & Unicef)
Fellowship:
- INFID Youth Fellow 2021 (SDGs & HAM)
- AMAN Youth Camp 2022 (Youth Peace and Security)
- Youth Camp UN Women 2023 (Women Peace and Security)
Prestasi:
- Duta Anak Indonesia 2015 (dari Komnas Perlindungan Anak)
- Inspirator PUSPA 2018 (dari Kementerian PPPA RI)
- MAMPU Youth Health Award 2019 (dari MAMPU - Kemitraan Australia Indonesia)
- AHI ILDC 2020 (AHI Japan)
- KLA Award 2021 (Gubernur Aceh)
- Nominasi Indonesia Volunteer Awards Karegori Youth Development 2022 (United Nation Volunteers)