Pep Guardiola (52) adalah manajer terbaik di abad ke-21. Raihan ”treble winner” bersama Barcelona (2009-2009) dan Manchester City (2022-2023) merupakan penegas sebutan itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Pep Guardiola (52) adalah manajer terbaik di abad ke-21. Raihan treble winner bersama Barcelona (2009-2009) dan Manchester City (2022-2023) merupakan penegas sebutan itu. Bahkan, mustahil juru taktik lain bisa menyamai prestasi monumental Guardiola dalam beberapa dekade mendatang.
Sejak menangani City, Juli 2016, Guardiola membentuk ”Manchester Biru” sebagai tim pemenang. Meski sempat dianggap gagal total pada tahun pertamanya menangani ”The Cityzens” akibat gagal mempersembahkan trofi perak satu pun, Guardiola kini telah dianggap sebagai salah satu manajer terbaik di Liga Inggris.
Hanya dalam waktu tujuh tahun, Guardiola sudah membawa City mengoleksi lima gelar juara kompetisi terbaik di dunia itu. Ia hanya kalah dari Sir Alex Ferguson yang membantu MU meraih 13 trofi liga. Guardiola pun telah melewati rekor tiga gelar juara dari seniornya, Jose Mourinho dan Arsene Wenger, yang lebih dulu berkarier di Inggris.
Meskipun masih jauh untuk mengejar rekor Ferguson, Guardiola telah memiliki catatan trofi lebih baik dari manajer terbaik MU itu. Guardiola telah mencatatkan 1,71 trofi per musim, sedangkan Ferguson, yang menghabiskan 27 musim menangani ”Si Setan Merah” rerata menghasilkan 1,02 trofi per musim.
Guardiola pun telah menyamai capaian Ferguson yang membawa tim Inggris merengkuh treble winner. Kini, kota Manchester menjadi satu-satunya kota di Eropa yang memiliki dua tim peraih tiga gelar mayor dalam satu musim.
”Ini adalah sebuah kehormatan untuk saya bisa sejajar dengan Sir Alex Ferguson. Kami merasa lega dan senang bisa meraih sesuatu yang unik, memenangkan treble,” ucap Guardiola dilansir Sky Sports.
Selain itu, meskipun harus menunggu 12 tahun untuk kembali membawa tim asuhannya meraih trofi ”Si Kuping Besar” khas Liga Champions Eropa, Guardiola telah berada di urutan kedua manajer terbaik di kompetisi antarklub terelite di Eropa itu.
Manajer kelahiran Santpedor, Spanyol, itu setara dengan Zinedine Zidane yang meraih tiga trofi Eropa. Guardiola hanya tertinggal satu trofi dari Carlo Ancelotti yang memegang predikat pelatih tersukses di Liga Champions.
Dengan gelar Liga Champions bersama City, Thierry Henry, legenda Arsenal, menganggap perdebatan kehebatan Guardiola sudah seharusnya tutup buku. ”Sudah tidak pantas lagi orang-orang meragukan keahlian Guardiola. Tak diragukan lagi, ia manajer top yang pantas tertulis dalam sejarah,” kata Henry yang diasuh Guardiola di Barca periode 2008 hingga 2010.
Inovasi taktik
Selama 15 tahun sebagai pelatih, nama Guardiola harum tidak hanya karena kemampuannya membawa Barca, Bayern Muenchen, dan City mampu meraih gelar juara. Lebih dari itu, juru taktik yang tampil penuh gaya di sisi lapangan itu juga tak pernah berhenti menghadirkan inovasi taktik bagi timnya.
Barca masyhur berkat permainan ”tiki-taka” yang sulit ditandingi, lalu pola permainan false-nine. Kemudian, Barca dan Bayern sempat memainkan sepak bola ultra-ofensif dengan hanya menempatkan dua pemain bertahan yang serupa dengan taktik di dekade 1940-an, 2-3-5.
Di City, level inovasi Guardiola semakin mahir karena tidak hanya mengubah cara bermain tim, tetapi juga menghadirkan peran baru bagi beberapa individu. Sebagai contoh, Guardiola memainkan bek sayap, Joao Cancelo, sebagai gelandang tambahan pada pertengahan musim 2021-2022.
Ketika taktik dengan Cancelo sudah tidak berjalan efektif, Guardiola menerapkan formasi asing, 3-2-4-1. Dengan pola yang diperkenalkan sejak Maret lalu itu, Guardiola mengubah bek tengah, John Stones, sebagai pemain tengah serba bisa. Akibat peran baru itu, Stones dipanggil ”Barsley Beckenbauer” oleh rekan setimnya karena perannya serupa dengan legenda Jerman, Franz Beckenbauer.
Mesin gol City, Erling Haaland, mengungkapkan kesannya menjalani musim perdana bersama Guardiola. Ia menilai, Guardiola memberikan tuntutan kepada semua pemainnya untuk bisa memerankan peran spesifik dalam taktik tim.
”Tekanan bermain di bawah Guardiola sangat luar biasa. Namun, dilatih olehnya setiap hari, pelatih terbaik di dunia, adalah tempat yang terbaik untuk berkembang. Ia banyak membantu saya,” tutur Haaland kepada BT Sport.
Gemar perubahan
Pendekatan taktik penuh inovasi yang dilakukan Guardiola tidak lepas dari pengaruh kariernya sebagai pemain. Selama 16 tahun dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik di periode 1990-an, Guardiola tidak anti dengan perubahan. Saat masanya di Barcelona selesai pada 2001, ia berkeliling ke Italia, Qatar, hingga gantung sepatu di Meksiko.
Guardiola pun bermain dengan peran-peran berbeda ketika membela Barcelona. Sempat dikenal sebagai gelandang bertahan, Guardiola juga mampu memegang peran sebagai gelandang box-to-box. Ketika bermain untuk Brescia dan AS Roma, media Italia menyebut Guardiola memerankan peran unik, yakni metodista. Peran itu diemban pemain yang tidak hanya menentukan pola dan irama permainan tim sendiri, tetapi juga mengganggu taktik lawan.
”Pelatih terbaik adalah mereka yang bisa menemukan kualitas terbaik dalam diri seorang pemain. Menurut saya, Guardiola adalah pelatih terbaik saat ini,” puji Roberto Baggio, legenda Italia sekaligus sahabat Guardiola, dilansir La Gazzetta dello Sport beberapa waktu lalu.
Guardiola, yang kontraknya di City rampung, Juni 2025, juga terus menjaga rasa lapar gelar juara setelah meraih prestasi musim ini. Ia berpeluang menjadi satu-satunya pelatih yang membawa dua tim meraih sixtuple.
City butuh meraih Community Shield, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub di semester kedua tahun ini demi menyamai prestasi Barca pada 2009. Guardiola pun tidak segan menyebut tekad membawa City mengejar prestasi Real Madrid sebagai tim tersukses di Eropa.
”Kami dalam misi untuk mengejar mereka (Real). Kami hanya butuh 13 trofi lagi. Jika mereka terlena, kami akan menjangkau mereka,” kata Guardiola sembari tersenyum.
Josep”Pep” Guardiola Sala
Lahir:Santpedor, Spanyol, 18 Januari 1971
Klub saat ini:Manchester City
Prestasi Terbaik: 2 kali ”Treble Winner”, Barcelona (2008-2009) dan Manchester City (2022-2023)