Muhammad Aliansyah, Kejayaan Darah Pegulat
Selain demi balas dendam dan untuk anak, dia ingin membuktikan usia bukan segalanya. Selama masih bisa menjadi yang terbaik, semestinya pegulat masih mendapat kesempatan untuk membela Indonesia.
Aliansyah meraih emas lagi di SEA Games setelah penantian dan perjuangan 12 tahun. Dia melanjutkan trah keluarga ”Syah” yang turun-temurun menyumbang prestasi untuk Indonesia.
Tak ada yang mengira pegulat nasional Muhammad Aliansyah akan berjaya di SEA Games Kamboja 2023. Di kelasnya 67 kilogram gaya Romawi Yunani, juga terdapat pegulat Vietnam, Bui Manh Hung, yang mengalahkannya pada SEA Games sebelumnya, tahun lalu.
Apalagi, sudah 12 tahun berselang sejak dirinya meraih emas pesta olahraga Asia Tenggara tersebut. Atlet asal Kalimantan Timur itu juga sudah tidak muda lagi untuk standar pegulat. Dia akan berusia 32 tahun pada 26 September mendatang.
Aliansyah mematahkan semua prediksi itu di matras Chroy Changvar International Convention and Exhibition Center, Phnom Penh, Kamboja, Minggu (14/5/2023). Dia menyumbang emas untuk ”Merah Putih” dengan menaklukkan Bui dua kali beruntun, di babak penyisihan dan final.
Jadi, saya datang (memang ingin) balas dendam ini dari kekalahan tahun lalu saat dia (Bui) bertanding sebagai tuan rumah. Pokoknya mau menang. Mau membuktikan kepada anak kalau bisa jadi contoh.
”Jadi, saya datang (memang ingin) balas dendam ini dari kekalahan tahun lalu saat dia (Bui) bertanding sebagai tuan rumah. Pokoknya mau menang. Mau membuktikan kepada anak kalau bisa jadi contoh. Sejak lahir saya ingin anak mengikuti jejak jadi pegulat,” ucapnya.
Jauh sebelum berangkat, Aliansyah sempat ditawari pindah kelas ke kelas yang tak diikuti para pegulat Vietnam, negara paling ditakuti di Asia Tenggara. Namun, dia menolak tawaran itu dan memilih tetap bersaing di kelas sama seperti saat meraih perak pada Vietnam 2021, Mei 2022.
Seperti itulah karakternya. Dia enggan mundur ketika sudah bertekad. Sejarah sudah membuktikan. Aliansyah juga pernah hanya mendapat perak di edisi Laos 2009 karena terhalang wakil Vietnam, Ta Ngoc Tan. Dia membalas kekalahan itu dan merengkuh emas dua tahun setelah itu di Palembang.
Selain demi balas dendam dan untuk anak, dia ingin membuktikan usia bukan segalanya. Selama masih bisa menjadi yang terbaik, semestinya pegulat masih mendapat kesempatan untuk membela Indonesia. Dia mengaku sempat khawatir tak terpilih masuk pemusatan latihan nasional karena kebijakan usia.
Hal tersebut yang membuat fisik dan mental Aliansyah sangat kokoh bagai batu karang di atas matras. Di final, kemenangannya yang sudah di depan mata sempat dianulir karena pelanggaran. Dari unggul 11-3, skor berubah jadi 5-5. Namun, dia tetap fokus dan mampu memenangi laga.
Penantian panjangnya untuk kembali meraih emas SEA Games pun berakhir setelah 12 tahun. Padahal, dia telah mengubur mimpi itu sekian lama karena cabang gulat tak dipertandingkan di Singapura 2015 dan Kuala Lumpur 2017, sementara Indonesia tak mengirimkan pegulat di Filipina 2019.
Baca juga: Keberanian Para Pegulat Mengundang Hujan Emas
Keluarga pegulat
Bagi Aliansyah, tugas negara sudah seperti kewajiban keluarga. Di Kamboja, dia membela tim gulat bersama dua kakaknya, yaitu Rudiansyah (pelatih) dan Ardiansyah (atlet gaya bebas 70 kg). Ardiansyah turut menyumbang perunggu berselang dua hari dari prestasi sang adik.
Keluarga ”Syah” sangat terkenal di Kaltim. Mereka dijuluki sebagai pegulat bersaudara. Sebanyak 7 dari 8 saudara berprofesi sebagai pegulat. Aliansyah dan para saudara mulai diakui ketika di Pekan Olahraga Nasional Kaltim 2008, mereka menyumbang 5 emas dan 1 perak untuk tuan rumah.
Mayoritas dari 7 pegulat bersaudara itu sukses di kancah nasional. Rudiansyah, misalnya, sebelum menjadi pelatih nasional, adalah pegulat langganan pelatnas pada era akhir 1990-an hingga awal 2000-an.
Semua itu bermula dari bakat dan ilmu yang diturunkan sang paman, Arbain, yang merupakan peraih emas SEA Games 1987 di Jakarta. Rudiansyah membuka jalan dengan menekuni gulat terlebih dahulu, lalu diikuti adik-adiknya yang terpukau dengan kesuksesan sang kakak.
Pertama kali ikut-ikutan pas 6 tahun. Lalu mulai serius saat kelas 6 SD. Semua itu karena ngelihat kakak (Rudiansyah). Kok duitnya banyak di koper pas pulang.
”Pertama kali ikut-ikutan pas 6 tahun. Lalu mulai serius saat kelas 6 SD. Semua itu karena ngelihat kakak (Rudiansyah). Kok, duitnya banyak di koper pas pulang. Ternyata dia habis SEA Games dan baru pulang berlatih dari Korea. Sejak itu saya punya cita-cita jadi juara SEA Games,” kata Aliansyah.
Dari keluarga ”Syah”, Aliansyah adalah pegulat paling berbakat. Anak ke-7 itu cepat belajar. Dia sudah memenangi Kejuaraan Nasional 2006 di Jambi (kelas 48 kg gaya Romawi Yunani) saat masih berusia 14 tahun. Dua tahun berselang, dia sudah berjaya di PON.
Aliansyah terpilih mengikuti Asian Games Guangzhou 2010 ketika belum genap berusia 20 tahun. Dia nyaris menyumbang medali dari kelas 60 kg Romawi Yunani, tetapi kalah dalam perebutan peringkat ketiga sampai kelima. Setahun berselang, dia sukses meraih perunggu pada Kejuaraan Asia Yunior.
Dari progres awal karier itu, Aliansyah sebenarnya sangat berpotensi mencapai level Asia. Namun, cabang gulat di Indonesia seperti mati suri dalam satu dekade terakhir. Mulai dari masalah pengurus cabang induk yang pasif sampai absen dalam tiga gelaran SEA Games jadi penyebabnya.
”Jam terbang kami itu kurang. Gulat sempat mati. Kami tak bisa ikut SEA Games sekian lama. Jadi, cuma bisa ikut kejuaraan nasional. Seperti PON yang hanya empat tahun sekali, sampai kejurnas yang hanya setahun sekali,” kata peraih emas PON beruntun di empat edisi terakhir.
Meski begitu, kecintaan Aliansyah terhadap gulat tak pernah luntur. Menurut Adriansyah, sang adik tidak pernah mau bekerja di bidang lain, termasuk mengikuti jejaknya sebagai perwira polisi. Aliansyah percaya, gulat akan menghidupinya sampai dan setelah pensiun nanti.
Aliansyah meyakini, prestasi keluarga ”Syah” akan dilanjutkan anaknya yang masih berusia 4 tahun. ”Pokoknya harus jadi pegulat. Mau jual rumah, uang dari mana pun, akan saya cari agar dia menjadi pegulat. Saya mau cita-cita ke Olimpiade bisa dicapai anak saya. Saya yakin bisa tercapai,” ucapnya.
Baca juga: Tekad Batu Sang ”Calon Ratu”
Muhammad Aliansyah
Lahir: Samarinda, 26 september 1991
Prestasi:
- Emas SEA Games Kamboja 2023 (67 kg Romawi Yunani)
- Perak SEA Games Vietnam 2021 (67 kg Romawi Yunani)
- Emas SEA Games Jakarta Palembang 2011 (60 kg Romawi Yunani)
- Perak SEA Games Laos 2009 (60 kg Romawi Yunani)
- Emas PON 2008, 2012, 2016, 2021
- Perunggu Kejuaraan Asia Yunior 2011