Tekad Batu Sang ”Calon Ratu”
Sebelas ”match point” lawan ia patahkan dalam laga final tunggal putri tenis SEA Games 2023 dan akhirnya menggenggam gelar juara. Hanya mental baja dan determinasi yang bisa mengantarkan Priska meraih prestasi ini.
Semangat pantang menyerah mengantarkan Priska Madelyn Nugroho mengembalikan medali emas tunggal putri tenis ke pangkuan Indonesia. Pengalaman menggagalkan 11 match point jadi bekal berharga Priska menjejak level pro.
Priska Madelyn Nugroho seketika ambruk di atas lapangan dan menutupi wajahnya. Petenis kelahiran Jakarta itu lantas menangis seusai memenangi pertarungan melelahkan kontra wakil Thailand, Lanlana Tararudee, selama 4,5 jam. Pertarungan kedua petenis muda itu bisa jadi tercatat dalam sejarah sebagai salah satu yang tersengit di dunia tenis.
Pertandingan final tenis tunggal putri itu dimulai pukul 09.00 dan baru berakhir pukul 13.30. Selama itu, Priska berjibaku di bawah terik matahari dan suhu kota Phnom Penh yang mencapai 38 derajat celsius. Situasi itu bertambah buruk dengan kondisi fisik dan stamina Priska yang sudah kelelahan karena bermain tanpa jeda selama sepekan terakhir. Selain turun di nomor tunggal, Priska juga jadi andalan tim beregu tenis Indonesia.
Bagi Priska, pertarungan puncak dengan Lanlana adalah yang terberat sepanjang kariernya. Priska nyaris kalah di set kedua. Saat itu, Lanlana hanya perlu memenangi satu gim lagi untuk jadi juara. Di tengah kondisi terdesak dan lelah, Priska mencoba bertahan sekuat tenaga. Dia percaya pertandingan belum menjadi milik Lanlana.
”Sebenarnya saat itu kondisi badan saya sedang tidak bagus. Ditambah lagi suhunya panas sekali. Perolehan poin saya juga tertinggal. Situasinya berat. Saya berpikirnya hanya melawan terus sembari meyakinkan diri bahwa masih bisa membalikkan keadaan. Apa yang saya tanamkan di pikiran adalah tetap kuat, itu sangat penting untuk menjaga mental. Itu yang mendorong saya bisa sampai seperti kemarin,” kata Priska, Minggu (14/5/2023).
Seperti mantra, apa yang dipikirkan dan dicamkan Priska kepada dirinya sendiri lambat laun menjadi kenyataan. Bermodal teknik pukulan yang lebih variatif, Priska lebih banyak melakukan pukulan-pukulan slice dengan mengarahkan bola agar melambung tinggi. Dari sana, ia mencoba memancing Lanlana untuk melakukan kesalahan sendiri.
Strategi itu berhasil karena di sisi lain, Lanlana juga sudah teramat kelelahan sehingga bola-bola pengembaliannya sering mengenai net dan keluar lapangan. Priska pun merebut set kedua dan memaksa laga berlanjut ke set ketiga atau penentuan. Pertarungan menjadi lebih sengit di set ketiga. Susul-menyusul poin terjadi. Lanlana sempat kembali unggul 5-3 dan hanya membutuhkan satu kemenangan lagi untuk mengunci gelar juara.
Saya berpikirnya hanya melawan terus sembari meyakinkan diri bahwa masih bisa membalikkan keadaan. Apa yang saya tanamkan di pikiran adalah tetap kuat, itu sangat penting untuk menjaga mental.
Dengan strategi sama, yaitu pukulan-pukulan slice, Priska yang semula tertinggal perlahan mulai bisa meraih poin hingga akhirnya menang pada set itu dengan skor 7-5. Total sejak tertinggal di set kedua dan menang di set ketiga, Priska 11 kali mematahkan match point Lanlana.
Walau melelahkan bagi kedua petenis belia itu, pertarungan sengit nan menghibur itu mengundang tepuk tangan dari penonton. Priska keluar sebagai pemenang. Saking lelahnya, ia kesulitan bangkit dan berjalan. Wajahnya memerah karena terkena panas selama berjam-jam. Air matanya meleleh tidak kuasa menahan haru.
”Rasanya lelah sekali. Tapi pertandingan ini sangat berkesan di hati saya. Atmosfernya seru. Tidak disangka di saat tertinggal, malah bisa mematahkan match point lawan. Ini hal yang tidak sering terjadi,” ucapnya.
Baca juga: Pecahnya Tangisan Priska Madelyn Setelah Menyabet Emas
Priska bersyukur bisa diberikan kesempatan melalui ujian terberat sepanjang kariernya sebagai petenis. Pengalaman bisa ”lolos dari kematian” dengan mematahkan belasan match point lawan sangat membekas dan jadi pengalaman berharga baginya untuk menghadapi pertandingan-pertandingan berat ke depannya.
”Dengan ini ke depan saya pasti bakal habis-habisan di setiap pertandingan, bermain total. Ketika dapat pengalaman ini, jadi ke depan saya bisa tahu bagaimana cara bertindak di situasi sulit,” katanya.
Ditempa pengalaman
Tekad batu atau kegigihan Priska ketika meladeni perlawanan Lanlana bukan sesuatu hal yang datang dalam semalam. Ia bisa menjadi seperti itu lantaran sudah ditempa berbagai macam pertandingan internasional.
Priska tampil dalam berbagai turnamen yunior Federasi Tenis Internasional (ITF) untuk mengasah kemampuannya. Level Grand Slam yunior mulai diikutinya pada 2019. Pada 2020, Priska menjuarai ganda putri Grand Slam Australia Terbuka Yunior, bersama petenis Filipina Alexandra Eala.
Mulai mengenal tenis sejak usia empat tahun, Priska sempat bimbang saat memutuskan untuk menekuni tenis atau melanjutkan sekolah. Itu karena prestasi akademiknya cukup bagus sehingga orangtua Priska berpikir cukup lama untuk mendukung penuh kariernya di tenis. Apalagi Priska tidak lahir dalam keluarga atlet. Namun, kedisiplinan serta kemauan keras Priska dalam berlatih tenis, orangtua Priska, terutama sang ibu, akhirnya luluh.
Berawal dari latihan tenis untuk berolahraga, Priska pada akhirnya jatuh cinta dengan tenis. Kecintaannya semakin dalam saat berhasil menjadi juara di usia anak-anak. ”Pertama tahu tenis itu dari main biasa saja. Main seminggu sekali saat umur tujuh tahun. Dengan latihan seperti itu, lalu bisa tiba-tiba juara PON mini, saya pikir ini (tenis) menarik juga,” katanya.
Pada 2021, Priska menjalani lembar awal kariernya di level profesional karena usianya sudah 18 tahun. Maka, menurut ketentuan, dia pun harus bertanding bersama petenis profesional. Kendala kembali menghadang Priska yang direpotkan urusan karantina karena saat itu pandemi Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Saat bepergian ke suatu negara untuk bertanding, Priska harus menjalani karantina berhari-hari sehingga mengganggu persiapannya. Biaya untuk menjalani karantina juga tidak sedikit.
Pertama tahu tenis itu dari main biasa saja. Main seminggu sekali saat umur tujuh tahun. Dengan latihan seperti itu lalu bisa tiba-tiba juara PON mini, saya pikir ini (tenis) menarik juga.
Walau berat, Priska seperti sudah terbiasa melalui masa-masa sulit. Setelah Covid-19 mereda, ia kembali rutin mengikuti turnamen tenis internasional. Dari sana kesulitan-kesulitan lain masih dia temui. Sebagaimana kata pepatah bahwa apa yang tidak bisa membunuhmu menjadikanmu lebih kuat, begitu juga Priska melalui tantangannya.
Tak ayal semangat baja dan tekad batu Priska membuatnya digadang-gadang sebagai calon ratu tenis Indonesia, meneruskan jejak Yayuk Basuki dan Wynne Prakusya. Pengalaman lolos dari kekalahan di final SEA Games adalah panggung megah yang mempertontonkan bakat besar dan juga kemauan kuatnya. Priska pun bersiap untuk mengambil tongkat estafet ratu tenis Indonesia dari senior-seniornya tersebut.
Priska Madelyn Nugroho
Lahir: Jakarta, 29 Mei 2003
Prestasi:
- Juara Grand Slam Australia Terbuka Yunior bersama Petenis Filipina, Alexandra Eala (2020)
- Perunggu tunggal putri SEA Games Filipina 2019
- Emas tim beregu putri SEA Games Kamboja 2023
- Emas tunggal putri SEA Games Kamboja 2023