Agnes Linggar Budhisurya, Kesetiaan Si Pelukis Kain
Usia tak membatasi Agnes Linggar Budhisurya (78) berkarya. Ia tetap giat melukis di atas kain untuk gaun atau koleksi pribadi. Goresan kuas yang tertuang dari benaknya menyulap kain polos menjadi lukisan yang memesona.
![Agnes Linggar Budhisurya, desainer fashion spesialis gaun dengan lukisan buatannya pada Kamis (6/4/2023)](https://cdn-assetd.kompas.id/HdtdsIsB9Ac4nvnGwyKdrRS4b9E=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F10%2Fca76c666-495e-49bb-a7ec-7d03758a97bc_jpg.jpg)
Agnes Linggar Budhisurya, desainer fashion spesialis gaun dengan lukisan buatannya pada Kamis (6/4/2023)
Usia tak membatasi Agnes Linggar Budhisurya (78) berkarya. Ia tetap giat melukis di atas kain untuk gaun atau koleksi pribadi. Goresan kuas yang tertuang dari benaknya menyulap kain polos menjadi lukisan yang memesona.
Profesi Agnes selama lebih dari 60 tahun, memang perancang mode (fashion designer), tetapi ia punya spesialisasi langka. Selain membuat busana dengan model klasik, ia membuat gaun dari kain yang ia lukis, lalu membuatkan gaun sesuai kepribadian dan kondisi tubuh pemakainya. Pekerjaan itu rumit dan makan waktu panjang.
Sekalipun lukisan sudah jadi, Agnes terus menyempurnakannya dengan menambah warna lain misalnya membuat gradasi warna, demi lebih menghidupkan gaun saat dipakai. Jika ada bagian tubuh pemesan busana yang perlu disembunyikan, Agnes menggelapkan bagian tersebut. Tak sekadar membuat lukisan asal lebih gelap, ia menciptakan tambahan warna yang menghasilkan busana tetap elegan dan cantik di tubuh pemesan.
Kepiawaiannya menciptakan gaun lukisan membuat nama Agnes terkenal terutama di kalangan penggemar busana ekslusif. Desainer kawakan almarhum Peter Sie pun mengagumi gaun berlukisan tangan Agnes.
Menurut Agnes, suatu hari usai menyaksikan peragaan busana karya dirinya, Peter yang kerap menerima pesanan busana Presiden Soekarno dan keluarga berujar, “ Agnes, I wish these were my designs “. Ucapan Peter membuat Agnes makin bersemangat berkarya.
Melukis kain dalam gaya realis menjadi kecintaan sejak ia anak-anak. Sampai sekarang, jika ingin melukis, ia pasti melakukannya. Ada atau tidak ada pesanan, tak menghambatnya berkarya. “Kadang hari Sabtu, saya melukis di studio,” tutur Agnes pada Kamis (6/4/2023)di Jakarta. Biasanya pula, pada hari itu, cucunya datang untuk belajar melukis dari omanya.
![buku aneka modal busana karya Agnes Linggar Budhisurya, desainer fashion spesialis gaun dengan lukisan buatannya pada Kamis (6/4/2023)](https://cdn-assetd.kompas.id/PW6ZRoRUiBGM7JB4ohUf7U0AVoM=/1024x773/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F10%2F1f67e8d9-4f7e-4b4b-8cf2-03102292d77a_jpg.jpg)
buku aneka modal busana karya Agnes Linggar Budhisurya, desainer fashion spesialis gaun dengan lukisan buatannya pada Kamis (6/4/2023)
Ukuran kain yang dilukis bermacam-macam, sehingga ia punya berbagai macam ukuran bingkai lukisan. Iie, salah satu asisten senior Agnes menceritakan di gudang ada bingkai ukuran 2 meter kali 2 meter. Saat Agnes melukis, kadang ada staf memegangi bingkai untuk memudahkan Agnes berkarya.
Untuk koleksi pribadi, Agnes bebas mengangkat tema lukisan. “Apa yang ada dipikiran, langsung saya buat,” katanya. Lukisan bertema barong di atas kain sekitar dua meter yang tersimpan di studionya adalah salah satunya. Untuk mewujudkannya, ia sampai menggunakan bantuan penggaris guna membuat motif kotak-kotak sesuai kain yang biasa dipakai barong.
Demi menjadikan warna lukisannya sesuai aslinya, perempuan yang pernah kuliah di Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta lalu pindah ke Teknik Arsitektur Universitas Indonesia tersebut memakai berbagai teknik. Kadang ia secara spontan menyapukan kuas sekali saja, tetapi ada kalanya ia harus mengulang mengecat pada bagian tertentu untuk mendapatkan warna paling sesuai.
Ada kalanya, cat yang ia pakai bisa melebar saat disapukan ke atas kain. “Saya musti buru-buru mengelap lalu mengeringkan dengan hair dryer. Kadang saya menciprat agar bisa menciptakan efek lukisan yang berbeda. Saya orang yang tak mudah puas. Ingin bikin yang terus berbeda,” ujar Agnes.
![Agnes Budhisurya saat menjadi salah satu pengisi acara Hadiprana Fashion Festival 2023 yang mengusung tema "The Colorful Ramadhan" di Mitra Hadiprana, Jakarta, Selasa (28/3/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/rOxnzEwRSqzwk7Dx3YoiM6sONvQ=/1024x638/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F30%2F21eaff2a-d7c8-41c9-90a9-d95ecac49022_jpg.jpg)
Agnes Budhisurya saat menjadi salah satu pengisi acara Hadiprana Fashion Festival 2023 yang mengusung tema "The Colorful Ramadhan" di Mitra Hadiprana, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Tema unik
Selain melukis untuk kepuasan hati, Agnes kerap menerima pesanan gaun berlukisan tangannya. Misalnya untuk pernikahan, imlek, atau lainnya. Ia pernah mendapat pesanan gaun berlukisan harimau yang garang tetapi cantik. “Garang tapi cantik, pasti harimau perempuan kan hehe bagaimana cara saya mewujudkan?,” kata perempuan asal Jember, Jawa Timur itu.
![Model membawakan busana koleksi desainer Agnes Budhisurya dalam Hadiprana Fashion Festival 2023 yang mengusung tema "The Colorful Ramadhan" di Mitra Hadiprana, Jakarta, Selasa (28/3/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/Y5K98i7Ta8z2-lEIKmGCCWWG2RA=/1024x642/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F08%2Ffc760bed-36cf-4cbb-b055-0b1ea76720cd_jpg.jpg)
Model membawakan busana koleksi desainer Agnes Budhisurya dalam Hadiprana Fashion Festival 2023 yang mengusung tema "The Colorful Ramadhan" di Mitra Hadiprana, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Pernah pula ia mendapat pesanan gaun lukis bergambar induk ayam dengan lima anaknya yang lucu serta bapak ayam dalam ukuran khusus. “Pusing cari contoh induk ayam dengan lima anak yang lucu-lucu. Dari mana coba lihat contohnya,” ujar Agnes.
Ia mencari gambar ayam yang lucu di internet yang ternyata tak ia temukan. Ia berhasil mendapat ide melukis keluarga ayam itu dari menggunting gambar- gambar ayam induk dan anakan lalu menempelkan jadi berbagai gambar agar muncul suasan lucu dan bahagia atas ayam-ayam tersebut. Langkah kurang lebih sama ia lakukan untuk mendapat gambaran harimau garang tapi cantik. Rasa lelahnya terbayar oleh respon pemesan yang puas akan karya Agnes.
Cari uang saku
Meski sudah lama di dunia fashion dan pernah memasok busana ke perusahaan retail di Amerika Serikat, Jepang dan beberapa Negara di Eropa, Agnes hanya belajar mode secara otodidak dan dari kedua orangtua serta kakaknya. Sedangkan kemampuan membuat motif bordir dan cara membuatnya justru ia dapat dari tukang bordirnya.
Langkah kreatif dan terus berinovasi tampaknya berasal dari didikan almarhum ibu dan ayahnya, Tjan Kiem Hong dan Liem Tjoen Hwat yang mengharuskan anaknya kerja untuk mendapat uang saku. Ibunya penjahit baju pengantin, sedangkan ayahnya florist.Hal itu membuat ia dan tiga saudaranya bekerja dengan membantu ayah mengikat bunga segar agar mekarnya tampak indah. Ia juga belajar membuat aneka bunga dari kertas.
“Waktu kecil saya mata duitan ya, bikin apa saja, lalu saya jual biar bisa punya uang,” katanya sambil tertawa. Akalnya terus menggerakkan tangannya untuk berkarya.
Baca juga: Padu Padan yang Mengesankan
Saat masih di Jember, ia dan kakaknya, Josphine Linggar (sekarang pelukis) menjual gambar anak tetangga yang dilukis. Ketika kuliah di UGM sekitar tahun 1964, ia menambah uang saku dengan menjual blus berlukisan diri pembeli. “Pembelinya teman indekos,” jelasnya.
Setelah ayahnya meninggal, sekeluarga pindah ke Jakarta. Ekonomi keluarga yang kurang baik mendorong Agnes membuat baju untuk dijual ke toko di Cikini dan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Pemilik toko memberi tahu kekurangan pada baju agar Agnes memperbaikinya. Dari situ ia belajar membuat baju yang benar. Usaha sembari kuliah itu laris.
Akhir tahun 1969, ia putus kuliah di Universitas Indonesia karena menikah dengan Teddy Budhisurya. Tetapi ia punya waktu untuk Agnes membesarkan usaha mode hingga punya pegawai 150 orang. Ia juga membuat busana yang diperkaya dengan bordir sehingga pemerintah menawari Agnes berpameran di New York (AS), lalu Jepang dan negara lain. Pembeli datang memberi order besar.
Selain untuk ekspor, ia juga memenuhi kebutuhan pembeli lokal dan pesanan baju spesia ke Jepang, Eropa, New York. Untuk memenuhi pesanan, Agnes dan Teddy mendirikan pabrik garmen di Cibinong dengan tenaga kerja 500 orang selain tetap membuka studio di rumahnya.
![Model membawakan busana koleksi desainer Agnes Budhisurya dalam Hadiprana Fashion Festival 2023 yang mengusung tema "The Colorful Ramadhan" di Mitra Hadiprana, Jakarta, Selasa (28/3/2023). KOMPAS/RADITYA HELABUMI 28-03-2023 KOMING](https://cdn-assetd.kompas.id/lRFbOcwsPRRql1cz7jrmz_pMCQs=/1024x672/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F08%2F29bfe015-8175-4424-9ed5-a521a96a6f90_jpg.jpg)
Model membawakan busana koleksi desainer Agnes Budhisurya dalam Hadiprana Fashion Festival 2023 yang mengusung tema "The Colorful Ramadhan" di Mitra Hadiprana, Jakarta, Selasa (28/3/2023). KOMPAS/RADITYA HELABUMI 28-03-2023 KOMING
Sayangnya, usaha itu tersandung krisis moneter tahun 1998. Pabrik harus tutup, sedangkan pesanan baju spesia terhenti. Tapi yang menyakitkan hati, pembeli yang sudah langganan lama mebuat tiruan model baju karyanya.
Agnes marah, sebab harga baju itu dijual secara murah, padahal ia membuatnya dengan upaya khusus. Kejengkelannya membuat ia kembali membuat busana dengan lukisan tangannya agar tak ditiru orang lain.
“Sekitar tahun 1999 saya kembali melukis di atas kain,” ujar Agnes. Sejak itu ia kembali menekuni dunia lukis yang ia aplikasikan ke kain yang dibuat baju. Ia khusus memakai cat untuk baju sehingga hasil lukisannya tampak halus dan indah. Di usia senior, Agnes yang tetap sehat itu terus menghias aneka kain dengan lukisan yang membuat banyak orang terhibur melihatnya.
Agnes Linggar Budhisurya
Lahir: Mayang (Jember),April 1945
Suami : Teddy Budhisurya
Anak: 4 orang
Pendidikan terakhir: Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia (tidak selesai)
Pekerjaan: Perancang mode
Penghargaan antara lain: Lifetime Achievement Award dari MNC Group Tahun 2015