Kreativitas Siti Rahayu (65) membuat kain tapis cantik mulang tiyuh dikenal hingga mancanegara. Tidak hanya memanggungkan kain tradisional Lampung, Rahayu juga berjasa dalam memberdayakan masyarakat.
Oleh
VINA OKTAVIA
·5 menit baca
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Siti Rahayu menunjukkan selendang tapis mulang tiyuh di galerinya di Bandar Lampung, Rabu (22/2/2023).
Kreativitas Siti Rahayu (65) membuat kain tapis cantik mulang tiyuh dikenal hingga mancanegara. Tidak hanya mengagungkan kain tradisional Lampung, Rahayu juga berjasa dalam memberdayakan masyarakat, khususnya ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah.
Suasana ”Rahayu Galeri” di Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, tak pernah sepi. Setiap hari, sebelas perajin menyulam tapis dan membuat sulam usus. Keindahan benang emas dan benang sulam disatukan menjadi karya sandang megah, antara lain berupa kebaya, gaun pesta, kain pesta, selendang, dan kopiah.
Di antara ratusan produk yang dipajang di galeri, salah satu yang paling istimewa adalah kain tapis mulang tiyuh. Keistimewaan tapis ini terletak pada desain dan pola kain yang bercerita orang-orang yang pulang ke kampung halamannya. “Mulang tiyuh” adalah bahasa Lampung yang berarti pulang kampung.
Menurut Rahayu, tapis cantik mulang tiyuh lahir sekitar tahun 2014. Ide membuat tapis itu pertama kali muncul ketika Rahayu merindukan kampung halamannya di Kampung Pagar Dewa, yang berada pelosok Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ia punya banyak kenangan masa kecil di kampung itu.
“Ide membuat tapis cantik mulang tiyuh ini seperti ilham, datang begitu saja. Awalnya, saya hanya menggambar di kertas dan saya kumpulkan. Gambar-gambar ini kemudian menjadi cerita yang saya tampilkan dalam kain tapis ini,” kata Rahayu saat ditemui di rumahnya yang menyatu dengan galeri, Rabu (22/2/2023).
Kerinduan akan kampung halaman itu lantas ia tumpahkan pada sehelai kain tapis. Di atas kain tenun, Rahayu membuat pola berupa gambar satu keluarga yang sedang bersiap-siap pulang ke kampung halamannya, di antaranya gambar laki-laki sedang menggendong tas dan gambar perempuan sedang menggandeng anak.
Pada bagian kain yang lain, Rahayu menggambarkan keasyikan anak-anak bermain di atas rumah panggung dan orang-orang berkumpul bersama sanak keluarganya di kampung. Pola itu lalu disulam menggunakan teknik sulam tapis dengan benar berbagai warna dan corak sehingga menjadi kain tapis yang cantik dan megah.
Keseriusan dan kecintaan Rahayu menciptakan tapis mulang tiyuh berbuah sambutan yang baik dari pasar. Apalagi, setiap tapis mulang tiyuh dibuat eksklusif dan berbeda. Tak ada satu kain pun yang mempunyai motif dan warna yang sama persis. Inilah salah satu cara dia mengagungkan tapis mulang tiyuh. Oleh karena itu, tapis dari “Rahayu Galeri” banyak diburu oleh kolektor dan pecinta kain tradisional, baik dari dalam maupun luar negeri.
VINA OKTAVIA
Siti Rahayu menunjukkan selendang tapis surat di galerinya di Bandar Lampung, Rabu (22/2/2023).
Rahayu juga menciptakan berbagai desain tapis yang yang mempunyai cerita dan makna di dalamnya. Salah satunya tapis surat yang berisi desain gambar raja dan ratu serta huruf aksara Lampung. Dalam kain itu, Rahayu menuliskan kata-kata dalam bahasa dan aksara Lampung yang berbunyi ”Tabik Pun, Ikam Ulun Lampung”. Kalimat yang berarti ”Salam, saya orang Lampung”.
Selain kain tapis, Rahayu juga membuat pakaian dari kerajinan tangan sulam usus. Sulam usus adalah sulaman yang dibuat dengan bahan baku kain satin berbentuk seperti usus dengan berbagai motif, misalnya bunga dan daun. Sulam usus dirajut dengan benang mengikuti motif yang telah dibuat dan diaplikasikan sebagai pakaian perempuan.
Harga jual tapis dan sulam usus di Rahayu Galeri dari Rp 1,5 juta hingga Rp 10 juta bergantung pada kerumitan desainnya. Hingga kini, karya tapis dari galeri itu sudah dimiliki berbagai kalangan terkenal, mulai dari pejabat hingga para pengusaha di Tanah Air. Setiap kali mengikuti pameran di luar negeri, tapis cantik mulang tiyuh selalu habis diborong pembeli.
“Saya pernah mengikuti pameran di Abu Dhabi dan mendapat tawaran ekspor kopiah sampai satu kontainer. Tetapi terpaksa saya tolak karena kapasitas produksi masih terbatas. Saya tidak ingin memaksakan,” ujarnya.
Sejak 1998
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Siti Rahayu menunjukkan selendang tapis mulang tiyuh di galerinya di Bandar Lampung, Rabu (22/2/2023).
Rahayu merupakan salah satu tokoh yang berjasa melestarikan dan mengembangkan kain tradisional di Lampung. Ia merintis usaha tapis itu sejak tahun 1998.
Awalnya, ia membangun usaha untuk menambah penghasilan keluarga setelah suaminya meninggal. Kala itu, Rahayu harus menghidupi empat anaknya yang masih kecil-kecil seorang diri. Pekerjaan utamanya adalah seolah guru sekolah dasar.
Berbekal kemampuannya menjahit dan menyulam yang diwariskan ibunya, Rahayu memberanikan diri membuka usaha tapis di tengah krisis moneter dengan modal uang tabungan keluarga.
Ia benar-benar menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengembangkan tapis Lampung usai pensiun dari pegawai negeri sipil pada tahun 2013. Di masa-masa tenang seusai pensiun itulah, Rahayu banyak mendesain motif tapis sehingga melahirkan tapis cantik mulang tiyuh yang populer hingga saat ini.
Keseriusannya mendesain motif tapis yang unik membuat karyanya diakui pembeli dari dalam maupun luar negeri. Bisnis tapis yang dirintis Rahayu berkembang semakin pesat. Jumlah karyawan Rahayu saat ini mencapai 60 orang. Sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan anak-anak putus sekolah.
Pada awal membangun usaha, Rahayu mencari tenaga kerja hingga ke berbagai pelosok desa di Lampung. Ibu-ibu yang pandai menapis dia rekrut menjadi karyawan. Kebaikan Rahayu membuka lapangan pekerjaan untuk kaum perempuan tersebar dari mulut ke mulut tersebar begitu saja.
Saat ini, banyak perempuan muda yang tiba-tiba datang ke rumahnya untuk melamar kerja sebagai perajin tapis. Meski belum mempunyai keterampilan menapis, Rahayu tetap mau menerima mereka sebagai karyawan.
VINA OKTAVIA
Siti Rahayu menunjukkan selendang tapis surat di galerinya di Bandar Lampung, Rabu (22/2/2023).
Di galeri, karyawan yang baru masuk diajarkan membuat sulam tapis dan sulam usus oleh karyawan senior yang sudah pandai menapis. Rahayu juga mengontrol hasil kerajinan mereka secara langsung untuk melihat kemajuan karyawannya. “Keterampilan menapis bisa dipelajari, yang paling penting mereka punya semangat belajar yang kuat,” ujarnya.
Kini, Rahayu masih bertekad menciptakan berbagai desain tapis yang bisa mewarnai khasanah kain tradisional Lampung. Ia berharap kerajinan tapis semakin dicintai masyarakat Lampung. “Saya juga berharap lebih banyak warga Lampung yang turut melestarikan kerajinan tapis Lampung,” katanya.
Biodata
Nama: Siti Rahayu
Tempat, Tanggal Lahir: Pagar Dewa, 10 Oktober 1957
Pendidikan:
- SD Negeri 1 Pagar Dewa
- SMP Negeri i Bandar Lampung
- Sekolah Pendidikan Guru Palapa, Bandar Lampung
- S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Setolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Bandar Lampung