Vivienne Westwood, Desainer Bergelar ”Ratu Punk” yang Tanpa Ampun
Desainer Vivienne Westwood meninggalkan warisan sebagai perancang busana yang berani dan provokatif. Ia membawa punk ke dalam industri mode hingga menjadi gaya arus utama.
Nama Vivienne Westwood sudah lama malang melintang di dunia mode. Dengan pesona yang eksentrik, perempuan asal Inggris ini menciptakan punk di jalanan serta membawanya masuk ke dalam industri mode. Berani, provokatif, dan tanpa ampun; itulah semangat Westwood.
Menjelang akhir tahun 2022, Westwood akhirnya menyudahi perjalanan hidupnya yang panjang. Sang perancang busana berpulang di Clapham, London, Inggris, Kamis (29/12/2022). Ia berusia 81 tahun.
”Vivienne terus melakukan hal-hal yang dia cintai hingga saat-saat terakhir. Merancang, mengerjakan karya seninya, menulis bukunya, dan mengubah dunia menjadi lebih baik. Dia menjalani hidup yang menakjubkan,” demikian bunyi pernyataan perwakilan Westwood.
Ucapan belasungkawa berhamburan setelah kabar kematian Westwood tersiar. Victoria and Albert Museum menggambarkan Westwood sebagai seorang revolusioner sejati dan kekuatan pemberontak dalam mode.
Sejumlah individu di industri hiburan tak lupa memberi ucapan dukacita. Beberapa di antaranya adalah vokalis The Pretenders, Chrissie Hynde; desainer Stella McCartney; penyanyi Paul McCartney; model Naomi Campbell; model Bella Hadid; penyanyi Bryan Adams; aktris Tracey Emin; dan aktris Marlee Matlin.
Westwood berasal dari keluarga kelas pekerja di Desa Tintwistle, Derbyshire, Inggris utara, yang berjarak 351 kilometer dari London. Perempuan ini lahir dengan nama Vivienne Isabel Swire pada 8 April 1941 sebagai anak tertua dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah tukang sol sepatu, sedangkan ibunya pekerja pabrik kapas.
Keluarganya selanjutnya pindah ke London pada 1957 di mana dia bersekolah di sekolah seni selama satu semester. Ia merupakan desainer otodidak tanpa pelatihan mode formal. Westwood remaja belajar membuat pakaian dengan mengikuti pola pakaian bekas dari pasar.
Westwood kemudian menjadi guru sekolah dasar. Ia menikah dengan pekerja pabrik, Derek Westwood, tetapi tak lama kemudian berpisah. Hidupnya berubah drastis ketika dia bertemu suami keduanya, Malcolm McLaren, pada 1960-an. McLaren merupakan manajer Sex Pistols, grup musik punk rock legendaris.
Pada 1992, Westwood menikah dengan Andreas Kronthaler, mantan muridnya dari Austria, yang 25 tahun lebih muda. Kronthaler direktur kreatifnya dan mengambil alih pekerjaan desain di tahun-tahun berikutnya. Westwood memiliki dua putra setelah menikah tiga kali.
Gerakan punk
Bersama suami keduanya, Westwood membuka toko pakaian yang berganti-ganti nama, mulai dari Let It Rock, Too Fast to Live, Too Young to Die, SEX, hingga Seditionaries di King's Road, Chelsea, London. Dari jalan itu, duo ini membentuk suara dan gaya punk era tahun 1970-an.
Pakaian yang mereka sajikan mengguncang pada masa itu. Mereka menyediakan kaus robek berhias peniti dan retsleting serta pakaian dari semacam jerat (bondage) yang identik dengan siksaan. Pakaian-pakaian tersebut juga dihiasi slogan, simbol, atau gambar problematik, misalnya swastika atau Ratu Inggris dengan peniti di bibir. Ini menjadi semacam seragam generasi yang hendak meruntuhkan tabu.
Gaya itu sangat berbeda dengan gaya jalanan Inggris lainnya, seperti ala Teddy Boy dan Mod. ”Tidak ada punk sebelum saya dan Malcolm. Dan hal lain yang harus kamu ketahui tentang punk juga: itu sangat keren,” kata Westwood dalam biografinya.
McLaren kemudian menjadi manajer grup musik Sex Pistols yang biasa nongkrong di toko itu. Sex Pistols yang meledak pada 1976 kerap memakai desain Westwood dan McLaren.
Bagi Westwood, punk lebih dari sekadar mode. Punk merupakan pemberontakan anak muda lewat lewat kontrabudaya demi melawan korupsi tatanan dunia lama. Gerakannya politis karena tujuannya adalah revolusi.
Kurator The Costume Institute di Metropolitan Museum of New York, Andrew Bolton, mengatakan, Westwood dan McLaren memberikan gerakan punk sebuah tampilan dan gaya yang sangat radikal sehingga menjadi terobosan.
”Kemeja robek, peniti, slogan provokatif. Westwood memperkenalkan postmodernisme. Itu sangat berpengaruh di pertengahan 1970-an. Gerakan punk tidak pernah hilang—itu menjadi bagian dari kosakata mode dan menjadi aliran arus utama sekarang,” kata Bolton.
Baca juga : Karya ”Nyeleneh” dari Kansai Yamamoto
Peragaan busana pertama Westwood yang layak berlangsung pada 1981. Koleksi perdananya itu dikenang sebagai Koleksi Bajak Laut (Pirate Collection) yang sontak populer. Inspirasinya datang dari penduduk asli Amerika. Westwood selanjutnya menggunakan sejarah Inggris dan Perancis untuk inspirasi.
Ibu dua anak ini menjadi selebritas pada tahun 2000-an. Dirinya, misalnya, merancang gaun pengantin untuk kaum elite, bahkan karakter televisi ikonik, termasuk Carrie Bradshaw dalam Sex and the City (2008) dan bahkan Miss Piggy dalam Muppets Most Wanted (2014). Pada 2014, ia merancang seragam baru glamor untuk pramugari Virgin Atlantic.
Penuh kontradiksi
Karier panjang Westwood penuh kontradiksi. Kariernya memang bermula dari gaya jalanan radikal yang menggemparkan dunia pada 1970-an. Namun, kemasyhuran namanya berlanjut berkat rangkaian pertunjukan dan pameran busana yang glamor.
Tak ada yang menyangkal bahwa Westwood membawa sebuah bentuk interaksi yang unik di dunia mode. Dirinya memadukan semangat punk dari jalanan dengan panggung mode yang gemerlap. Ya, ia membawa politik pemberontakan ke atas landas peraga dengan menampilkan seni yang provokatif.
Karyanya sulit untuk diprediksi. Ia mendandani model seperti anak punk baru yang melawan penguasa dan menciptakan ulang pakaian zaman dulu yang merendahkan perempuan. Ide itu bisa terlihat saat ia menciptakan Mini-Crini yang memodernisasi konstruksi rok dalam kaku (crinoline) era Victoria atau korset Statue of Liberty yang memulai tren penggunaan pakaian dalam sebagai pakaian luar.
Westwood pernah membuat sepasang sepatu hak platform setinggi lebih dari 23 sentimeter, Super Elevated Gillie, yang hampir mematahkan kaki supermodel Naomi Campbell. Dalam salah satu pertunjukannya, ia sempat mengirim Kate Moss bertelanjang dada ke landas peraga sambil mengunyah es krim.
”Satu-satunya alasan saya dalam mode adalah untuk menghancurkan kata ’konformitas’. Tidak ada yang menarik bagi saya kecuali ada elemen itu,” kata Westwood dalam biografinya tahun 2014.
Gaya Westwood yang ajaib itu pun terlihat pada kepribadiannya. Pakaiannya nyentrik ala remaja walaupun usianya sudah senja, sedangkan rambutnya dicat oranye terang. Pernah, si pemberontak ini tak mengenakan pakaian dalam saat menerima Order of the British Empire (OBE) dari Ratu Elizabeth II pada 1992.
Baca juga : Robbie Coltrane, Si Hagrid Raksasa yang Jenaka
Ratu Elizabeth II tampaknya tidak masalah. Hal ini karena Westwood kembali ke istana untuk menerima Dame Commander of the British Empire beberapa tahun kemudian.
Akan tetapi, ia juga mampu beralih dari punk ke haute couture tanpa gagal. ”Westwood selalu berusaha menciptakan ulang mode. Karyanya provokatif, transgresif. Ini sangat berakar pada tradisi pastiche (imitasi) serta ironi dan sindiran Inggris. Dia sangat bangga dengan akar Inggris-nya, dan dia tetap melakukannya,” kata Bolton.
Aktivisme politik Westwood konsisten dari tahun ke tahun. Perempuan ini mendukung pendiri Wikileaks, Julian Assange, dan pelucutan senjata nuklir serta mengadvokasi kelompok seperti Greenpeace, PETA, dan Oxfam. Ia pernah berdandan sebagai Perdana Menteri Margaret Thatcher untuk majalah dan mengendarai tank putih di dekat rumah Perdana Menteri David Cameron sebagai bentuk protes. Malahan, kadang kala dia mengimbau orang untuk tidak membeli pakaiannya yang mahal.
Kemampuan Westwood di dunia berjalan bukan tanpa pengakuan. Pada 1989, majalah Women's Wear Daily yang sangat berpengaruh menilai dia sebagai salah satu dari enam desainer terbaik abad ke-20. Westwood adalah satu-satunya perempuan yang bersanding bersama Giorgio Armani, Karl Lagerfeld, dan Yves Saint Laurent. Pada 1990-1991, British Fashion Council mengakuinya sebagai desainer terbaik.
Melihat perjalanan hidupnya, Vivienne Westwood telah menjadi desainer bergelar ”Ratu Punk”, ”Ratu Mode Inggris”, ”Permaisuri Mode Global”, hingga ”Dame”. Bukan main, Westwood. (AFP/AP/REUTERS/BBC)