Emiliano Martinez, Tangan Penjaga Legasi Messi
Dari kiper yang tidak mampu membeli sarung tangan, Martinez menjadi peraih Sarung Tangan Emas di Qatar. Evolusi Martinez sukses menjaga legasi Messi.
Dari kiper yang tidak mampu membeli sarung tangan, Martinez menjadi peraih Sarung Tangan Emas di Qatar. Evolusi Martinez sukses menjaga legasi Messi.
Hanya dalam empat tahun, kiper Argentina Emiliano Martinez berubah dari penonton Piala Dunia Rusia 2018 menjadi juara Piala Dunia Qatar 2022. Nasibnya berbalik hanya karena kans kecil berbau keberuntungan pada tiga tahun silam. Dia menjadikan momen itu untuk melompat ke langit tertinggi.
Publik Argentina kembali merasakan gelar juara dunia setelah penantian panjang 36 tahun. Kapten tim Lionel Messi memimpin Argentina menang atas Perancis dalam adu penalti 4-2, seusai laga berakhir imbang pada perpanjangan waktu 3-3 di Stadion Lusail, pada Senin (19/12/2022) WIB.
Messi, lewat sumbangan dua gol, adalah pemain terbaik malam itu. Dia terpilih sebagai peraih trofi man of the match untuk kelima kalinya di Qatar sekaligus trofi Bola Emas. Namun, Messi tidak akan pernah menggapai trofi Piala Dunia pertamanya tanpa aksi heroik seorang Martinez.
Dibu, panggilan Martinez, bersinar dalam momen terpenting. Dia menggagalkan peluang emas penyerang Perancis Randal Kolo Muani dalam situasi satu lawan satu saat babak tambahan tersisa 30 detik lagi. Berkat penyelamatan dengan kaki, Martinez mengantar tim “Tango” ke adu penalti.
“Laga final ini adalah salah satu yang terbaik. Begitu banyak momen turun dan naik tidak terduga. Namun, penyelamatan dari Martinez adalah titik balik terbesar (untuk Argentina),” kata Jamie Carragher, bek legendaris timnas Inggris.
Momen heroiknya berlanjut di adu tos-tosan. Martinez kembali memperlihatkan ciri khas gaya tengilnya untuk memprovokasi penendang lawan. Hasilnya, dua penendang Perancis Aurelien Tchouameni dan Kingsley Coman gagal mengeksekusi penalti. Argentina pun juara untuk ketiga kalinya.
Martinez menyudahi debut di Piala Dunia dengan gelar juara dan penghargaan Sarung Tangan Emas. Dia mencapai prestasi tertingi yang diraih kiper legendaris seperti Gianluigi Buffon. Istimewanya lagi, kiper Aston Villa itu berjaya bersama Messi, pahlawan negara yang dijuluki greatest of all time.
Kesempatan langka
Jangankan juara, Martinez bahkan segan untuk bermimpi tampil di timnas pada empat tahun lalu. Di Rusia 2018, dia masih datang sebagai penonton. Ketika itu, dia berstatus penjaga gawang cadangan Arsenal yang sangat jarang mendapat kesempatan tampil sejak masuk tim senior pada 2012.
Mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln pernah berkata, bersiaplah sebaik mungkin karena sesuatu hari peluang itu akan datang. Setelah dipinjamkan ke 6 klub kecil, Martinez akhirnya mendapat kesempatan di Arsenal pada musim 2019-2020.
Tepatnya pada pertengahan musim, ketika Arsenal bertemu Brighton. Kiper utama Arsenal Bernd Leno cedera karena didorong penyerang Brighton Neil Maupay. Sebagai kiper pelapis, Martinez mengambil peran Leno hingga akhir musim. Dia langsung unjuk gigi dengan mengantar Arsenal juara Piala FA.
Legenda hidup Arsenal Ian Wright mengatakan, selalu ingat perkataan Martinez kepadanya. “Dia ingin menjadi kiper utama Argentina. Itulah yang membuatnya sangat termotivasi. Dia berhasil mengambil kesempatan dari peristiwa tidak terduga itu,” ujarnya.
Ucapannya menjadi doa. Martinez yang dilirik banyak klub Liga Inggris memutuskan pindah ke Villa pada musim panas 2020. Dia pindah demi kesempatan tampil lebih banyak agar dilirik timnas. Hingga akhirnya, dia menjalani debut bersama Argentina di Piala Dunia kali ini pada usia 30 tahun.
Bagi negara dengan kultur sepak bola seperti Argentina, sangat mudah menemukan pemain berbakat. Namun, tidak sama halnya dengan posisi penjaga gawang. Tidak ada lagi sosok kiper seperti Nery Pumpido yang mendampingi legenda Diego Armando Maradona juara Piala Dunia 1986.
Posisi kiper selalu menjadi titik lemah mereka di turnamen besar, khususnya pada abad ini. Wajar saja jika Messi mengalami paceklik gelar bersama timnas senior, termasuk kalah di tiga final turnamen besar (Piala Dunia 2014, serta Piala Amerika 2015 dan 2016). Sebelum akhirnya Martinez datang.
Messi bersama Martinez meraih trofi Piala Amerika 2021 untuk pertama kali sejak 1993. Setahun berselang, mereka bersama menggapai trofi Piala Dunia yang terakhir dipersembahkan oleh Maradona. Messi mengakui peran besar sang kiper. “Dia fenomenal. Kami tenang ketika dia ada di belakang,” ucapnya.
Salah satu kekuatan terbesar Martinez adalah mentalitas baja ketika adu penalti. Dia mengantar Argentina menang di seluruh tiga adu penalti dalam turnamen besar. Satu kali di semifinal Piala Amerika 2021 (versus Kolombia), serta dua kali di Qatar (versus Belanda di perempat final dan Perancis).
Kiper kelahiran Buenos Aires, Argentina, itu selalu sukses menyerang psikis pemain lawan dengan berbagai trik. Seperti di partai puncak. Dia berpura-pura ingin menyerahkan bola ke Tchouameni, lalu malah membuang bola ke arah berlawanan. Trik itu juga dilakukan ke pemain Belanda.
Pejuang Argentina
Seperti itulah sosok Martinez. Dia punya mental juara, ingin menang dengan cara apa pun. Termasuk dengan trik murahan saat adu tos-tosan. Mental itu sudah dibentuk sejak kecil, ketika dia bertumbuh di dalam keluarga yang terbilang miskin.
Martinez besar di kota kecil, Mar del Plata. Dia selalu hidup susah karena orangtuanya tidak punya pekerjaan tetap. Sering kali, hanya dia dan saudara laki-lakinya yang menyantap makan malam, saat sang ayah dan ibu hanya bisa terbengong. Dia banyak belajar tentang kerasnya kehidupan dari jalanan.
Martinez menyadari hanya sepak bola yang bisa menyelamatkan keluarganya dari kemiskinan. Dia pun berlatih keras agar bisa menjadi kiper hebat. Adapun kiper tidak membutuhkan bakat besar seperti pemain di posisi lain. Sampai akhirnya dia dilirik klub lokal Independiente U-20.
“Ayah saya bahkan tidak mampu membelikan sarung tangan kiper, tetapi itu justru yang mendorong saya. Saya ingin menjadi yang terbaik karena sudah berjanji kepadanya. Saya ingin membuktikan semua dukungannya untuk datang ke setiap laga akan terbayar lunas,” ucap Martinez.
Kiper setinggi 1,95 meter itu tidak tahu kapan akan bersinar, dalam 2 bulan atau 10 tahun. Namun, dia selalu yakin akan mendapat peluang dan melompat tinggi. Keyakinan itu yang membuatnya tidak pernah menyerah setelah berpindah-pindah klub selama tujuh tahun.
Bahkan sebelum kesempatan itu datang di Arsenal, dia sudah mempersiapkan diri dengan serius. Ketika itu, Liga Inggris sedang ditunda akibat pandemi Covid-19. Istrinya, Amanda, bingung karena sang suami berlatih tanpa henti di lapangan belakang rumah. Beberapa bulan setelah itu, Martinez menjawabnya dengan tampil di Stadion Wembley untuk final Piala FA.
Baca juga: Lionel Sebastian Scaloni, Surya Muda Argentina
Urusan Martinez dengan keluarganya telah usai setelah sukses di Liga Ingris. Ayah dua anak itu pun datang dengan mimpi baru saat ke Qatar. Dia berjanji, tidak akan membiarkan Messi pensiun tanpa gelar juara dunia. Baginya, Messi adalah sosok terpenting di Argentina, bahkan melebihi sang presiden.
Selain Messi, Dibu juga ingin memberikan kebahagiaan bagi publik Argentina. Dia menyadari, banyak warga yang sedang kesulitan karena masalah ekonomi pada masa pandemi. Hanya lewat sepak bola yang bisa memulihkan itu. Dua motivasi besar itu dibawanya setiap masuk lapangan.
Sisanya adalah sejarah. Semua mimpi Martinez terwujud di Qatar. Dia berhasil bukan karena kesempatan datang cuma-cuma, tetapi karena tidak pernah menyia-nyiakannya. “Saya tidak bisa berkata-kata. Semua yang saya inginkan telah tercapai. Ini adalah takdir,” pungkasnya. (AP/REUTERS)
Emiliano Martinez
Lahir: Mar del Plata, Argentina, 2 September 1992
Posisi: Penjaga gawang
Klub:
- Aston Villa (2020-sekarang)
- Arsenal (2012-2020)
Prestasi:
- Peraih Sarung Tangan Emas Piala Dunia Qatar 2022
- Juara Piala Dunia Qatar 2022
- Juara Piala Amerika 2021
- Juara Piala FA (2017, 2020)
- Juara Community Shield (2015, 2016, 2021)