Lionel Sebastian Scaloni, Surya Muda Argentina
Kejayaan Argentina di Piala Dunia Qatar 2022 atas Perancis dan penuntasan dahaga trofi ketiga selama 36 tahun merupakan buah strategi dan taktik Lionel Sebastian Scaloni.
Bek sayap Lionel Sebastian Scaloni dan penyerang Lionel Andres Messi turut membawa Argentina menang 2-1 atas Meksiko di perdelapan final Piala Dunia Jerman 2006. Namun, langkah ”La Albiceleste” atau tim nasional Putih Biru-Langit terhenti di perempat final karena kalah 2-4 (1-1) dalam adu penalti dari tuan rumah Jerman.
Lebih dari 16 tahun berlalu, Scaloni dan Messi kembali bahu-membahu membawa Argentina bertualang dan juara Piala Dunia Qatar 2022. Scaloni sebagai pelatih. Messi sebagai kapten dan jantung permainan timnas. Argentina menang 4-2 (3-3) atas Perancis dalam drama adu penalti di Stadion Lusail, ibu kota Doha, Senin (19/12/2022) dini hari WIB.
Trofi ketiga atau setelah juara di Argentina 1978 dan Meksiko 1986 akhirnya diraih. La Albiceleste menghentikan ambisi Perancis, juara di Perancis 1998 dan Rusia 2018. Argentina menuntaskan dahaga prestasi 36 tahun. Terbayar kegagalan di final Italia 1990 dan Brasil 2014 yang keduanya oleh Jerman.
Di pesta bola Qatar, Scaloni (44) pelatih termuda. Yang unik, Argentina berjaya saat ditangani pelatih muda. Saat juara di tanah air 1978, Argentina ditangani Cesar Luis Menotti yang saat itu 40 tahun. Kesuksesan berikutnya di Meksiko 1986, Argentina dilatih oleh Carlos Bilardo yang ketika itu 48 tahun. Scaloni berada di antara Menotti dan Bilardo dengan perbedaan masing-masing empat tahun.
Argentina juga pemegang rekor pelatih termuda Piala Dunia. Juan Jose Tramutola baru berusia 27 tahun saat menangani Argentina di edisi perdana, yakni Piala Dunia Uruguay 1930. Saat itu Argentina menembus final, tetapi kalah 2-4 dari sang tetangga atau tuan rumah Uruguay.
Scaloni sebenarnya sudah punya jejak menangani Argentina ketika tim dilatih oleh Jorge Sampaoli. Di Piala Dunia Rusia 2018, Scaloni adalah salah satu asisten pelatih. Di Rusia, Argentina gagal bertaji karena imbang 1-1 dengan Eslandia, kalah 0-3 dari Kroasia, dan menang 2-1 atas Nigeria di penyisihan Grup D. Lalu, Argentina terhenti di perdelapan final kalah 3-4 dari Perancis. Sampaoli dipecat. Scaloni menjadi caretaker atau pelatih sementara.
Sebulan dari kegagalan di Rusia atau pertengahan Juli 2018, AFA atau Asosiasi Sepak Bola Argentina menunjuk Scaloni sebagai pelatih Argentina U-20. Dua pekan kemudian atau awal Agustus, kursi panas pelatih Argentina akhirnya diduduki Scaloni yang masih menangani Argentina U-20 sampai akhir November 2018.
Saat dipercaya menangani Argentina, langkah pertama Scaloni ialah membujuk Messi yang frustrasi. Megabintang bertabur prestasi individu dan klub (Bercelona) dan berjuluk ”La Pulga” atau Si Kutu amat sulit memanggul beban kegagalan di final Piala Dunia Brasil 2014, final Copa America 2015, dan final Copa America Centenario AS 2016. Seusai hancur lebur di Rusia, Messi sempat menyatakan pensiun dari timnas. Scaloni datang dan anehnya sukses membujuk ”Messiah” kembali ke La Albiceleste. Dia juga mendekati banyak pemain senior yang merasa tertekan untuk percaya lagi dan mau kembali membela Argentina.
Keseimbangan
Scaloni ternyata orang yang tepat dan dibutuhkan oleh Argentina untuk kembali menjadi juara dunia. Lelaki kelahiran Pujato ini sebenarnya tidak punya pendekatan spesial. Namun, semua pemain didekati, diajak bicara, dan diminta peran serta tanggung jawab yang memungkinkan untuk membuat timnas menjadi kuat. Kebintangan pemain tidak dimatikan, tetapi coba dibumikan. Messi tetaplah pemain terbesar di tim.
Pemain lainnya menyadari kebintangan mereka belum akan melewati Messi. Namun, jika mereka berhasil bersama Messi dan Scaloni, nama-nama mereka juga dikenang oleh bangsa dan 40 juta rakyat Negeri Tango yang 40 persennya melarat.
Sebagai mantan bek sayap, Scaloni menaruh perhatian di sektor pertahanan yang dianggap masalah klasik Argentina. Meski memperhatikan pertahanan, Scaloni tetap memelihara karakter permainan timnas yang atraktif menyerang. Argentina bisa bermain dengan tiga bek atau empat bek. Namun, oleh Scaloni, permainan lebih ditetapkan dengan empat bek, yakni formasi 4-3-3 atau 4-2-2 dan berkecenderungan menyerang.
Dengan empat bek, Scaloni dapat menyeimbangkan permainan menyerang dan bertahan. Saat menyerang, mereka tidak kehilangan kendali atas pertahanan. Jantung pertahanan Argentina diserahkan terutama kepada bek senior Nicolas Otamendi (34) yang di pesta bola Qatar biasanya tandem dengan Cristian Romero (24). Sektor itu diapit bek sayap energik Nicolas Tagliafico (30) dan Nahuel Molina (24). Palang terakhir ialah kiper tangguh Emiliano Martinez (25). Lini tengah dan depan Argentina sudah tiada masalah karena berlimpah pemain hebat dan masuk skema permainan Scaloni.
Sejak Agustus 2018, Scaloni telah mendampingi Argentina di 57 laga dengan hasil 37 kemenangan, 15 seri, dan 5 kekalahan. Persentase 66 persen. Argentina mencetak 113 gol atau rerata dua gol per laga dan kemasukan 33 gol atau rerata tak sampai satu gol per pertandingan. Terlihat, Argentina di masa Scaloni tetap produktif atau menyerang, tetapi kuat dalam bertahan.
Baca juga:Zlatko Dalic Tangan Dingin "Lidah Api"
Kehebatan Argentina dibuktikan saat meraih juara Copa America Brasil 2021 dengan kemenangan 1-0 atas tuan rumah di final. Lepas sudah beban menunggu trofi tersebut selama 28 tahun. Juga terangkat sebagian beban dari Messi yang akhirnya memenangi turnamen mayor. Argentina menyempurnakan dengan memenangi Finalissima atau Piala Juara CONMEBOL-UEFA 2022 dengan skor 3-0 atas Italia, juara Piala Eropa 2020.
Selama pesta bola Qatar, ada julukan lain yang disematkan kepada Argentina, yakni ”La Scaloneta”. Inilah gabungan kata dari Scaloni dan camioneta atau bus. Di turnamen terakbar dan perdana di jazirah Arab, permainan Argentina seimbang, yakni cuma kebobolan empat gol di tiga laga. Masing-masing saat kalah 1-2 dari Arab Saudi di penyisihan Grup C, menang 2-1 atas Australia di perdelapan final, dan 2-2 ketika melawan Belanda di perempat final dan menang 3-4 dalam adu penalti.
Menurut Scaloni, sepak bola berarti segalanya bagi bangsa Argentina. ”Bagian dari kebudayaan dan segala unsur kehidupan. Semua di sekeliling, gairah, antusiasme, fans terbaik. Rakyat membutuhkan kegembiraan dan kami bangga bisa memberikan kebahagiaan dalam situasi yang sedang sulit,” katanya. (AFP/REUTERS)
Lionel Sebastian Scaloni
Lahir: Pujato, Argentina, 16 Mei 1978
Kewarganegaraan: Argentina
Posisi saat bermain: Bek sayap
Karier professional:
- ·Newell’s Old Boy
- ·Estudiantes
- ·Deportivo La Coruna
- ·Santander
- ·Lazio
- ·Atalanta
Karier kepelatihan:
- ·Argentina U-20
- ·Argentina
Prestasi kepelatihan
- ·Urutan ke-3 Copa America Brasil 2019
- ·Juara Copa America Brasil 2021
- ·Juara Finalissima 2022
- ·Juara Piala Dunia Qatar 2022