Aris Yohanes Elean ingin semua tunanetra mempunyai kemamapuan mengakses teknologi secara optimal. Oleh karena itu, dia mendirikan IT Center for The Blind untuk belajar bersama.
Oleh
MOHAMMAD HILMI FAIQ
·5 menit baca
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Aris Yohanes Elean
Aris Yohanes Elean (37) sadar betul sulitnya menjadi penyandang disabilitas netra di negeri ini. Dengan keterampilan dan pengetahuannya, dia ingin berbagi terang kepada sesama agar kehidupan penyandang disabilitas netra bisa lebih baik.
Itu salah satu alasan dia ingin menjadi guru. Dia mencontohkan, saat menggunakan program MS Word, misalnya, penyandang disabilitas netra lebih nyaman ketika dipandu menggunakan pintasaan papan ketik daripada harus mengklik menu dalam barisan atas kanan MS Word. “Saya ingin sekali membantu karena saya punya kompetensi,” ungkap lulusan terbaik Universitas Pamulang Jurusan Teknik Informatika ini, Kamis (15/12/2022) seusai mengurus berkas kelengkapan untuk menjadi guru.
Aris tengah degdegan menunggu hasil pengumuman lolos tidaknya menjadi guru setelah empat tahun menjadi tenaga kerja kontrak individu (KKI). Sejak tahun 2018, Aris sudah mengajar di SLB-A Pembina Tingkat Nasional di Cilandak. Ada 16 siswa luar biasa yang dia ajar.
Keinginan Aris untuk mengembangkan kompetensi para penyandang disabilitas netra bukan hanya lewat sekolah. Jauh hari sebelum itu, pada tahun 2012, dia menginisiasi kelahiran IT Center for The Blind (ITCFB), sebuah komunitas nirlaba yang merangkul penyandang disabilitas netra belajar teknologi. Anggotanya kini tersebar dari Merauke sampai Sabang lewat beragam platform. Dia menghitung sekurangnya ada 2.000an yang tergabung lewat Facebook, 300-an di Telegram, dan 150-an di WhatsApps Grup. Tiap penyandang disabilitas netra bebas memilih flatform yang penting nyaman.
Kelahiran ITCFB didorong oleh keprihatinan Aris terhadap sesama. Kala itu dia sering mendapat kabar penyandang disabilitas netra sulit mendapatkan pendidikan yang diinginkan. Biasanya pihak kampus atau lembaga pendidikan beralasan tidak punya fasilitas yang mendukung. “Tidak ada alat khusus, guru khusus, juga menjadi alasan mereka,” kata Aris.
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Aris Yohanes Elean
Pada waktu itu, Aris yang menyukai teknologi informatikan sejak sekolah dasar sudah menguasai beberapa Bahasa pemograman seperti Java Script, php, html, dan Visual Basic 6.0. Semua itu dia pelajari secara autodidak. Dengan modal pengetahuan dan keterampilan itu, dia yakin dapat membantu sesama penyandang disabilitas netra. Maka dia membentuk wadah ITCFB sekaligus membuat situs http://itcfb.org/, situs berbagi informasi teknologi untuk tunanetra.
Berbagi
Pelan-pelan dia ajak teman-temannya lewat beragam media sosial dan jaringan internet yang memungkinkan. Mulai dari Grup Facebook lalu merambah mailing list, Grup WA, Skype, sampai Tiktok. Pada fase awal yang dia tekankaan adalah pentingnya adaptasi terhadap teknologi yang kian berkembang dan berubah. Pada tahun 2012, masih banyak telepon selular berbasis teknologi Symbian dan banyak penyandang disabilitas netra kadung nyaman dengannya. Tapi Aris mayakinkan bahwa teknologi sudah bergeser dan sudah mulai masuk era layar sentuh. Oleh karena itu, mereka harus segera beradaptasi dengan cara baru dalam berkomunikasi menggunakan telepon selular. Tidak mudah karena masih banyak yang berat meninggalkan zona nyaman Symbian. “Akhirnya menurut karena dipaksa perkembangan teknologi,” ujar Aris yang tengah merancang kuliah S2 ini.
Lewat ITCFB ini, banyak penyandang disabilitas netra terbantu menguasai teknologi yang dengan demikian hidup mereka jadi lebih mudah. Mereka mampu membuat aplikasi penunjang aktivitas hingga menciptakan beragam gim. Salah satunya Babyball, gim bebasis audio khusus penyandang disabilitas netra. “Ini banyak yang suka," kata Aris
Prestasi Aris ini diganjar penghargaan Satu Indonesia Award 2018 oleh Astra di bidang pendidikan. Aris dinilai telah membantu upaya pemberdayaan tpenyandang disabilitas netra di bidang penguasaan teknologi komputer melalui pelatihan komputer bicara di indonesia dan internasional.
Glukoma
Aris lahir dengan mata normal, tapi glukoma menyerang matanya. Aris yang saat itu tinggal di sebuah desa di Blora, Jawa Tengah, dianggap diguna-guna oleh orang lain sehingga penanganannya pun tidak secara medis. Ketika akhirnya dibawa ke rumah sakit, salah satu bola matanya harus diangkat karena infeksi, sementara satu bola mata lagi tidak berkembang dengan baik. Pada usia enam tahun, dia kehilangan penglihatan.
Pada masa-masa itu, Aris merasa Tuhan tidak adil karena membuatnya buta. Dia juga berulang kali berdoa agar diberi penglihatan, tapi tak kunjung terkabul. "Ini masa paling kelam dalam hidup saya," kata Aris.
Ketika di sekolah luar biasa (SLB) setingkat SD kelas III, Aris mendapati Eureka A4, komputer blaile pabrikan Robotron tahun 1990. Alat ini disertai tombol-tombol berhuruf braile yang bila dipencet menghasilkan suara termasuk bisa digunakan untuk menciptakan kompisisi lagu sederhana. Aris senang sekali mengutak-atik alat ini hingga mampu menghasilkan suara-suara seperti yang dia inginkan. “Waah saya senang sekali. Namanya anak kecil seperti menemukan mainan istimewa,” kata Aris yang gara-gara peristiwa itu dia jatuh cinta dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Aris Yohanes Elean
Sejak saat itu, setiap pelajaran berbau TIK, dia dalami dengan seksama dengan keyakinan bahwa hal itu akan membuat hidupnya lebih bahagia. Selanjutnya dia mengenal komputer meja generasi awal dengan CPU, monitor dan papan ketik. Guru-uru Aris melihat antusiasme itu. Maka saat kelas VI, dialah yang ditawari menjaga stan pameran di Senayan untuk mengoperasikan komputer yang bisa mencetak huruf braile. Aris sebenarnya belum mampu mengoperasikannya. “Saya bilang saja bisa. Pas sampai sana, ternyata saya ga bisa. Terpaksa bapak guru mengajari saya di tempat. Saya dapat ilmu dasarnya akhirnya kembangkan sendiri,” kata Aris tentang semangat belajarnya.
Aris terus belajar lebih mendalam. Semula dia beli buku di Gramedia lalu menscan dan mengubahanya menjadi suara atau meminta teman lain membacanya untuk direkam. Begitu cara dia menyerap ilmu. Kemudian dia bergabung di banyak forum diskusi TIK yang ada di internet, termasuk bergabung dengan forum pemburu buku-buku digital. Dia juga tidak segan beli buku digital di Amazon demi menambah pengetahuan. Kini dia menguasai Wordpress CMS, Swift, dan cukup paham Golang.
Kegigihan Aris dalam belajar itu didorong keinginan untuk membantu sesama. Dia berpikir mungkin Tuhan tidak memberinya penglihatan berupa mata normal, tetapi berupa anugerah "penglihatan" lain dengan melek teknologi. Kini kemampuan Aris itu menjadi semacam lentera bagi teman-teman penyandang disabilitas netra. Ilmu dan keterampilan Aris turut menyinari hari-hari mereka yang relatif gelap. Paling tidak, sekarang hari-hari para tunanetra tak segelap dulu lagi karena Aris siap berbagi.
Biodata
Nama : Aris Yohanes Elean
Tanggal Kelahiran : Pemalang, 22 April 1985
Pendidikan 2004 - 2007 SMA Negeri 66 Jakarta
2017 – 2022 Universitas Pamulang Teknik Informatika
Prestasi
1. Satu Indonesia Award 2018
2. Lulusan Terbaik Universitas Pamulang Program Studi Teknik Informatika 2022