Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyebut pelajaran atau eskul teater saat SMA justru banyak membentuk dirinya untuk bisa berkembang menjadi pengusaha rintisan teknologi hingga menteri pendidikan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU, ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
Saat puncak peringatan Hari Guru Nasional di Grand Ballroom JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (26/11/2022), di luar kebiasaan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim bukan menjadi pembicara, melainkan menjadi moderator dalam sebuah perbincangan. Narasumber yang hadir dalam acara ini adalah empat guru dari sejumlah daerah dan aktris Maudy Ayunda. Dalam perbincangan ini, satu per satu guru bercerita tentang inovasi yang telah dilakukan.
Salah satu guru bercerita tentang metode pengajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran ini berpihak kepada murid. Murid diminta berkelompok menurut kesukaannya masing-masing, seperti menari, menyanyi, dan berhitung. Dari cara pembelajaran ini, murid menyukai dan menemukan minatnya.
”Saya tertarik dengan pembelajaran berdiferensiasi. Kalau ditanya, orang mungkin akan mengatakan suka pelajaran Ekonomi, Matematika, dan lain-lain. Namun, saya dulu, waktu bersekolah, lebih suka teater,” kata Nadiem yang meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran dilakukan secara berbeda untuk setiap murid.
Dari minatnya itu, Nadiem juga bercerita pernah ikut tampil di dalam pentas teater sewaktu belajar di sekolah. Apa manfaat dari kesukaannya terhadap teater? ”Saya belajar tentang kolaborasi dan berlatih berbicara di depan publik yang bermanfaat untuk sekarang ini,” katanya.
Menurut Nadiem, aktivitas teater di SMA-nya di Singapura mendorong dirinya untuk terbiasa berkolaborasi dengan banyak orang. Dia pun mengaku jadi percaya diri saat berbicara di depan umum atau public speaking.
”Keberanian juga terbentuk. Saat tampil ada risiko dipermalukan,” ujar Nadiem yang juga dikenal sebagai pendiri perusahaan layanan digital Gojek.
Nadiem pun mengingatkan para guru untuk melihat tiap anak di dalam ruang kelas memiliki talenta masing-masing. ”Kalau guru punya paradigma diferensiasi dan bisa memberikan perlakuan belajar yang berbeda sesuai kebutuhan tiap anak, tentunya anak-anak akan berkembang, Awalnya repot untuk guru. Kalau sudah biasa, jadi bisa,” kata Nadiem.
Menurut Nadiem, pekerjaannya sebagai menteri pendidikan membuat dia mulai mengenal banyak sosok guru Indonesia yang sebenarnya kreatif dan inovatif. Para guru juga ingin mengubah cara pembelajaran yang menyenangkan untuk para siswa di kelas.
Nadiem mengaku senang punya kesempatan untuk bisa melakukan transformasi pendidikan lewat Merdeka Belajar. Ketika ditanya seorang guru dari 22 program atau episode Merdeka Belajar yang paling favorit, Nadiem mengaku sebenarnya sulit memilih. ”Tapi kalau tetap harus memilih, yang punya dampak terbesar pada guru,” ujar ayah tiga putri ini.
Nadiem menyebut guru penggerak sangat menginspirasinya. ”Saya ada beberapa yang favorit. Tapi paling favorit guru penggerak. Alasan egois sih. Karena tiap kali stres, kalau ke daerah dan ketemu guru penggerak, ya jadi semangat lagi. Mereka meyakinkan saya, asal guru penggerak terus bergerak untuk transformasi pendidikan dengan meluaskan Merdeka Belajar, biar ganti menteri, Merdeka Belajar akan terus berjalan,” kata Nadiem.