Desi Pratifa dan Febriana Ramadhani, Dua Sukarelawan Teman Tuli
Desi Pratifa (26) dan Febriana Ramadhani (28) lahir di kota dan latar belakang pendidikan yang berbeda, namun visi hidup yang sama mempertemukan mereka. Mereka telah menghibahkan diri menjadi sukarelawan untuk teman tuli
Oleh
ZULKARNAINI
·5 menit baca
Desi Pratifa (26) dan Febriana Ramadhani (28) lahir di kota dan latar belakang pendidikan yang berbeda, namun visi hidup yang sama mempertemukan mereka. Mereka telah menghibahkan diri menjadi sukarelawan sebagai juru bahasa isyarat untuk teman tuli atau disabilitas rungu.
Ada satu momen dalam hidup Syifa dan Febby membuat jiwa mereka menangis melihat keadaan teman tuli. Momen itulah menyeret mereka menjadi juru bahasa isyarat. Mereka ingin jadi mulut dan telinga bagi teman tuli.
Kompas menemui keduanya pada Rabu (25/9/2022) di sebuah warung kopi di Banda Aceh. Dua gadis itu tampak bersemangat diajak bicara tentang teman tuli. Desi lebih akrab disapa Syifa dan Febriana biasa dipanggil Febby.
Syifa lahir di Kota Banda Aceh sedangkan Febby lahir di Kabupaten Aceh Tengah. Syifa kuliah di Universitas Syiah Kuala sedangkan Febby di Universitas Abulyatama. Tempat lahir yang berbeda, kuliah di tempat berbeda, namun jiwa mereka bersatu di jalan kemanusiaan.
Syifa kembali menggali ingatan awal mula dia bertemu dengan teman tuli. Teman kuliahnya memiliki keluarga disabilitas rungu, usia masih anak-anak. Setiap berjumpa dengan anak tersebut Syifa ingin berkomunikasi, saling bercerita, namun dia tidak paham bahasa isyarat.
Syifa merasakan betapa berat hidup teman tuli. Mereka tidak punya teman untuk bercerita atau bercanda. Syifa berpikir dia harus bisa bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan anak tersebut. Tepatnya Syifa ingin menjadi teman anak disabilitas rungu.
Tuhan mendengar keinginan Syifa. Komunitas Rumah Relawan Remaja (3R) membuka kelas bahasa isyarat. Syifa tak mau buang kesempatan. Setelah beberapa kali mengikuti kelas bahasa isyarat, Syifa mulai mengunggah video kemampuan berbahasa isyarat ke media sosial.
Tidak disangka ternyata video itu ditonton oleh para teman tuli. Salah seorang teman tuli mengirim pesan mengajak atau meminta Syifa menjadi juru bahasa isyarat bagi teman tuli. “Ternyata selama ini mereka tidak punya juru bahasa isyarat,” ujar Syifa.
Kini Syifa dapat belajar bahasa isyarat langsung dari teman tuli. Lambat laun kemampuan dia berbahasa isyarat kian baik. Syifa mulai tampil di forum yang dihadiri teman tuli.
Cerita Febby tidak kalah menyentuh. Saat masih kuliah, suatu hari dia melihat seorang pasien disabilitas rungu di rumah sakit. Pasien itu kesulitan menjelaskan apa yang dibutuhkan kepada petugas. Hatinya berkata seandainya bisa bahasa isyarat dia pasti bisa menjadi penghubung antara pasien itu dengan petugas medis.
Bertemu
Akhir 2019 Syifa dan Febby mengikuti kegiatan The Leader sebuah komunitas pengambangan bakat anak muda. Peserta diminta untuk mempresentasikan tentang gerakan sosial atau perubahan yang akan dilakukan. Tanpa pikir panjang, Syifa mengemukakan ingin berbuat banyak untuk teman tuli. Dia mengajak peserta yang ingin belajar bahasa isyarat untuk bergabung dalam rencana yang disusun.
Forum itu sepertinya adalah rencana Tuhan untuk mempertemukan dua gadis itu untuk menjadi sukarelawan bahasa isyarat. Saat acara sedang berlangsung, Syifa sempat izin untuk mengisi acara teman tuli. Pulang dari acara teman tuli Syifa membawa setangkai bunga untuk Febby.
“Ini bunga dari teman tuli, mereka ingin bertemu dengan kamu,” kata Syifa yang membuat Febby bahagia. Artinya keinginan bertemu dengan teman tuli segera terkabul.
Sebelum bertemu dengan teman tuli, Febby belajar bahasa isyarat pada Syifa. Dengan kemampuan berbahasa isyarat yang terbatas Febby mulai dapat berkomunikasi dengan para teman tuli.
Mereka membuat kesepakatan untuk belajar bahasa isyarat setiap malam. Sistem belajar tidak formal, namun sambil ngopi. Febby belajar dengan tekun. Selama setahun nyaris tidak satu malam pun dia libur.
“Saya beruntung belajar bahasa isyarat langsung dari teman tuli secara gratis. Saya berhutang pada mereka. Karena itu saya berkomitmen akan selalu hadir kapan pun mereka butuhkan,” kata Febby.
Syifa dan Febby berjanji tidak akan menjadikan aktivitas menerjemah bagi teman tuli sebagai sumber ekonomi. Dalam arti lain dua sekawan itu adalah sukarelawan bagi teman tuli.
“Terkadang ada juga honor sebagai penerjemah dibayar oleh panitia pelaksana kegiatan,” ujar Febby.
Saling mengisi
Di Aceh jumlah teman tuli lebih dari seribu orang, mereka tersebar di 23 kabupaten/kota. Sementara juru bahasa isyarat hanya dua orang; Syifa dan Febby.
Mereka harus siap kapan saja dibutuhkan oleh teman tuli untuk jadi penerjemah. Syifa bekerja sebagai staf di industri pasar modal. Sedangkan Febby bekerja sebagai staf di sebuah perusahaan rintisan Hear Me ID bermarkas di Bandung. Mereka juga harus pandai bersiasat berbagi waktu antara pekerjaan utama dengan mengisi kegiatan teman tuli.
Namun karena mereka berdomisili di Kota Banda Aceh banyak keperluan juru bahasa isyarat di daerah tidak tertangani. Pernah seorang teman tuli menjadi korban pelecehan seksual. Korban kesulitan memberikan keterangan kepada penyidik.
“Karena itu perlu lebih banyak juru bahasa isyarat. Teman tuli mau mengajarkan jika ada teman dengar berminat. Kami akan mendampingi kegiatan belajar,” kata Febby.
Kebutuhan juru bahasa isyarat lebih banyak karena para teman tuli kesulitan mengakses pelayanan publik. Mereka juga sukar mengakses pekerjaan yang layak.
Kini teman tuli jamak bekerja di sektor informal, seperti buruh bangunan, bertani, ojek online, fotografer, hingga barista. Pilihan pekerjaan ini muncul karena sudah mulai timbulnya kesadaran kesetaraan teman tuli dan dengar.
“Semoga kesempatan lapangan pekerjaan lainnya terus terbuka untuk seluruh teman tuli di Aceh. Mereka pintar-pintar, jika diberi kesempatan mereka bisa bersaing,” kata Syifa.
Syifa dan Febby ingin para teman tuli berdaya, dapat mandiri, hingga menjadi bagian dari pembangunan daerah.
Desi Pratifa
Lahir : Banda Aceh 16 Desember 1996
Pendidikan terakhir: S1 Manajemen Keuangan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Aktivitas : Juru bahasa isyarat
Febriana Ramadhani
Lahir : Aceh Tengah, 28 Februari 1994
Pendidikan terakhir: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Abulyatama Aceh