Maestro tari Didik Nini Thowok mengatakan, ada suasana yang spesial di candi. Oleh karena itu, dia mengaku selalu senang jika diminta menari di situs bersejarah tersebut.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
Maestro seni tari Didik Nini Thowok (68) selalu senang menari di candi. Namun, ketika ditanya ”kenapa”, dia mengaku sulit mengungkapkan alasannya dalam kata-kata.
”Sulit untuk diterangkan. Harus merasakan dan mengalaminya sendiri,” ujarnya sembari tersenyum saat ditemui di acara penutupan program Belajar Bersama Maestro (BBM) di Studio Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jumat (24/6/2022) malam.
BBM adalah program pelatihan serta peningkatan kapasitas dari para pelajar, mahasiswa, dan seniman muda yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Didik terlibat sejak awal pelaksanaan program itu.
Di tahun ini, saat BBM dilaksanakan di Kabupaten Magelang, Didik tak lupa juga membawa anak-anak didiknya, para seniman muda, untuk menari di kompleks Candi Mendut. Di lingkup candi, dia meminta mereka berlaku tertib, tenang, sopan, tidak berkata-kata, dan cukup belajar dengan meniru gerakan tari yang ditampilkannya. Para perempuan seniman muda yang sedang mengalami menstruasi juga diminta menghormati situs dengan tidak ikut masuk ke kompleks candi.
Ketentuan itu dipatuhi oleh semua peserta pelatihan. Semue meresapi keheningan suasana di candi dan sebagian di antaranya bahkan ada yang sampai menitikkan air mata. Situasi itulah yang kemudian disebutnya sebagai ”suasana spesial” di candi.
Banyak peserta program BBM kemudian mengaku takjub bisa menghayati suasana itu.
”Kebanyakan dari mereka berasal dari Magelang. Namun, mereka tidak pernah merasakan situasi seperti saat menari di candi beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Berangkat dari kesenangannya dan berdasarkan saran dari sejumlah teman, Didik mengatakan, dirinya berencana untuk membuat pentas pertunjukan menari di 108 candi. Angka 108 ini adalah rekomendasi dari seorang rekan, yang dianggap memiliki makna filosofis tertentu.