Walau kehilangan pasar terbesarnya di sektor energi, Rusia tetap akan mendulang uang dalam jumlah besar dengan mengalihkan penjualan minyak ke India dan China.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Tekanan Uni Eropa atas Rusia berlanjut. Kali ini tekanan berupa penghentian impor minyak, yang diharapkan membantu mengakhiri perang di Ukraina.
Dalam pertemuan puncak Uni Eropa (UE), Senin (30/5/2022), para pemimpin negara anggota sepakat menghentikan sebagian besar impor minyak dari Rusia. Penghentian impor yang berlaku efektif sepenuhnya enam bulan lagi itu merupakan bagian dari paket sanksi lanjutan atas Rusia terkait serangan ke Ukraina. Tekanan sanksi diharapkan akan memaksa Rusia mengakhiri perang.
Penghentian impor diterapkan bagi minyak yang diangkut kapal tanker atau lewat laut. Berkat upaya keras Hongaria, impor minyak melalui pipa tak dihentikan. Negara itu memang sangat bergantung pada suplai minyak lewat jaringan pipa Druzhba. Pengecualian impor melalui pipa juga diberikan kepada Slowakia dan Ceko. Jerman serta Polandia mendapat pula sebagian pasokan minyak dari pipa, tetapi sepakat untuk menghentikannya.
Sebanyak 25 persen kebutuhan minyak Eropa dipasok Rusia. Diperkirakan penghentian impor minyak dari Rusia lewat laut ikut mendorong kenaikan harga energi global.
Di sisi lain, sanksi penghentian impor minyak dari Rusia diprediksi tidak mampu memaksa negara itu untuk menghentikan operasi militer di Ukraina. Walau kehilangan pasar terbesarnya di sektor energi, Rusia tetap akan mendulang uang dalam jumlah besar dengan mengalihkan penjualan minyak ke India dan China. Potongan yang diberikan Rusia kepada dua negara Asia itu, menurut ahli, tetap mampu memberikan harga minyak setidaknya sama dengan tahun lalu.
Tak mudah bagi UE mencapai mufakat penghentian impor minyak dari Rusia di antara 27 negara anggotanya. Ada kepentingan berbeda-beda dari setiap negara Eropa. Berminggu-minggu perdebatan berlangsung untuk sampai pada kesepakatan penghentian impor minyak dengan perkecualian bagi tiga negara. Tantangan lebih besar dihadapi UE jika hendak menghentikan impor gas mengingat 40 persen kebutuhan mereka dipasok dari Rusia.
Kepentingan nasional mendapat prioritas dari tiap negara anggota UE. Apa artinya menyepakati sebuah sanksi atas Rusia, tetapi rakyat negaranya malah menderita, dan pada saat yang sama, Rusia tetap mampu melanjutkan perang di Ukraina.
Perkembangan terakhir dari Eropa tersebut mengingatkan kita untuk terus bersiap menghadapi situasi buruk sebagai dampak perang di Ukraina. Kenaikan harga energi, ditambah kelangkaan bahan pangan, menekan pemerintah di berbagai belahan dunia untuk menyusun rencana mitigasi sebaik mungkin jika hendak mencegah ketidakpuasan sosial.
Pelajaran lain yang dapat kita petik dari apa yang terjadi di Eropa ialah betapa lebih mudah dan murah mencegah perang ketimbang memaksa perang berhenti. Penerapan sanksi sangat mahal dan sesungguhnya hal ini tak diperlukan jika solusi politik guna mencegah perang diupayakan lebih serius.