Idealnya, harus dipikirkan terobosan agar masyarakat dapat membeli kendaraan listrik dengan harga terjangkau. Tanpa itu, di negeri dengan populasi salah satu yang terbesar di bumi ini, pasokan takkan bertemu dengan perm
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Presiden Joko Widodo pada Sabtu (14/5/2022), blusukan hingga Texas. Pertemuan dengan Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, di Markas SpaceX menandai keseriusan Indonesia.
Indonesia serius dengan kendaraan listrik. Presiden Joko Widodo bahkan mengundang langsung Elon Musk ke Indonesia. Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, kehadiran Musk sangat dinanti. Indonesia menanti Musk untuk berbagi pengalaman soal mobil listrik apalagi berbagi investasi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, April 2022, juga bertemu Musk di pabrik Tesla di Texas. Pada bulan yang sama, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk Garibaldi Thohir juga mengundang sejumlah pemimpin redaksi mengunjungi Tesla, Lucid Motors, dan Toyota Mirai, untuk melihat perkembangan kendaraan listrik dan hidrogen di AS.
Indonesia telah pula mendapatkan investasi terkait ekosistem kendaraan listrik. Hyundai Motor juga telah membangun pabrik mobil listrik. LG Chem juga mengembangkan pabrik komponen baterai listrik. Investasi terkait kendaraan listrik itu menjadi bagian dari investasi Korea Selatan di Indonesia sebesar 445,6 juta dollar AS pada triwulan I-2022.
Modal Indonesia jelas lebih besar dan vital untuk berkecimpung dalam industri kendaraan listrik. Kita punya cadangan nikel terbesar di dunia untuk membuat baterai kendaraan listrik.
Bulan September 2021, Presiden Joko Widodo juga telah meresmikan pembangunan pabrik baterai PT HKML Battery Indonesia, di Karawang New Industry City (KNIC), Jawa Barat. HKML Battery Indonesia merupakan anak perusahaan konsorsium LG Energy Solution, Hyundai, Hyundai Mobis, Kia Mobil, dan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (BUMN Baterai Indonesia).
Menyaksikan sepak terjang pemerintah dan swasta, diproyeksikan 3-4 tahun mendatang, hilirisasi industri nikel mulai terlihat hasilnya. Setelah baterai mampu kita bangun, sudah ada rencana untuk membangun bodi kendaraan listrik.
Persoalannya, meski kita terus mendorong investasi kendaraan listrik, penerimaan pasar di Indonesia belum terlalu baik. Berdasarkan data Gaikindo, tahun 2020-2022, penjualan kendaraan listrik masih kurang 1 persen dari total penjualan. Bagi sebagian warga, mobil listrik terlalu mahal. Harganya bisa 2-3 kali lipat dari mobil sejenis dengan sumber energi fosil.
Adakah skema subsidi yang lebih baik bagi kendaraan listrik? Teorinya, biaya eksternalitas—akibat pencemaran udara, dapat dihitung untuk menentukan subsidi kendaraan listrik. Kematian akibat polusi pun menyebabkan kerugian 4,6 triliun dollar AS pada 2019, setara dengan 6,2 persen dari output ekonomi global. (Kompas.id, 18 Mei 2022).
Idealnya, harus dipikirkan terobosan agar masyarakat dapat membeli kendaraan listrik dengan harga terjangkau. Tanpa itu, di negeri dengan populasi salah satu yang terbesar di bumi ini, pasokan takkan bertemu dengan permintaan.